di bawah bulan yang tersenyum, di antara bintang-bintang yang gemerlap, di kelilingi kumbang lucu yang berterbangan.
Mereka membuat langit malam menjadi indah.Malam ini adalah malam minggu, dimana Adiba bisa beristirahat tanpa sibuk mengerjakan tugas sekolah seperti malam-malam biasanya.
Setelah Adiba membersihkan diri lalu sholat Isya, dia bersantai-santai di balkon kamarnya.
"Alhamdulillah ya Allah, aku masih diberikan kesehatan dan kebaikan saat ini. Fabiayyialairobbikumatukadzibaan"
Ia menarik nafas sedalam-dalamnya lalu dikeluarkan dengan perlahan sambil menutup mata,Tiba-tiba Ayah Andi masuk ke kamarnya
"Nduk, udah makan belum?"Adiba yang sedikit kaget langsung menoleh
"Eh Ayah, udah pulang?"Ia langsung mencium tangan Ayahnya. tangan yang lelah mencari nafkah untuk dirinya, tangan yang menjadi bukti kasih sayang terhadapnya, dan tangan yang tidak pernah mengeluh dalam segala masalah.
"Iya dong, Ayah kan kangen sama kamu nduk"
"Hehe Adiba juga kangen, cuma Ayah aja jarang pulang" Ia langsung memeluk Ayahnya.
Beginilah manja nya seorang putri kecil kepada ayahnya, satu-satunya orang yang masih bisa ia rasakan kasih sayangnya.
"Gimana? Belum makan ya?" tanya Ayah nya lagi
"Belum, maunya makan sama Ayah" Adiba tertawa menggoda Ayah nya
"Hmm oke ya udah kita makan sekarang"
Adiba dan Ayah lalu turun untuk ke meja makan di lantai satu.
Saat turunan tangga terakhir, Adiba menoleh ke Ayah nya.
"Kenapa?"
Adiba langsung menepuk keningnya "Adiba lupa yah. Bibi hari ini nggak ada, diba juga tadi lupa masak"
Ia merasa tidak enak kepada Ayah nya yang sudah lelah bekerja, tetapi ketika tiba di rumah tidak ada makanan.
Adiba hanya menundukkan kepalanya.
Ayah nya yang mengerti maksud kesedihan anak nya langsung menjawab
"Oh yasudahh ndak papa.. Kebetulan Ayah lagi pengen makan di luar nih, Kuyyy!!"
Adiba langsung melongo mendengar jawaban Ayah nya."Kuyyy!! " jawab Adiba dengan tertawa.
Tibalah mereka di sebuah restoran yang cukup mahal.
Adiba menarik tangan ayah nya untuk duduk di pojok dekat jendela, tempat favorit Adiba.
Ketika mereka sedang menikmati makanan, di seberang Adiba terdapat dua orang yang juga sedang makan malam, dengan laki-laki yang membelakanginya.
Itu Kak Azam bukan ya.. Terus siapa wanita disampingnya? batin Adiba.
Di saat Adiba sedang melamun sambil menatap punggung itu, tiba-tiba sang empunya punggung membalikkan diri.
Deg! Adibaa.. Semoga dia tidak salah paham batin Azam
Adiba langsung salah tingkah. Ia pura-pura memalingkan wajah ke arah lain.
"Kenapa, Nduk?"
"Nggak papa, Yah" jawab Adiba berusaha setenang mungkin.
"Adiba ke toilet sebentar ya"
Ayah nya yang sedang asyik menikmati makanan menganggukkan kepalanya.Azam langsung menyusul kemana Adiba pergi.
"Itu siapa? Kamu gak usah ngikutin dia deh" ucap gadis itu sambil menggenggam tangan Azam
"Astaghfirullahaladzim. Far, lepasin" jawab Azam dingin. Dia paling tidak suka bersentuhan dengan yang bukan mahromnya.
"Nggak mau sebelum kamu duduk lagi" paksa Farah
Azam yang diperlakukan begitu langsung menepis tangan Farah.
Gadis itu langsung mencebikkan bibirnya, ia mengerti maksud Azam."Azaaaaammm" teriak Farah
Yang memiliki nama tidak peduli pada panggilan itu, dia lebih memilih berlari mengejar gadis yang disukainya.
"Adiba" panggil Azam
"Iya?" Adiba menoleh
"Kenapa?" tanya Adiba lagi..
"Emm..nggak papa sih, kamu ngapain disini?"
Kenapa gue nanya itu sih, jelas-jelas ke restoran ya mau makan lah zam batin kesal Azam
"Ini lagi makan sama Ayah"
Aku nanya nggak ya soal siapa perempuan itu, tapi kayanya ngga sopan deh.. Memang aku siapa nya batin Adiba
"Kak"
"Ba"
Mereka tertawa merasa suasana aneh saat ini.
"Kamu dulu aja ba, mau ngomong sesuatu kan?"
Aduh ngomong nggak ya batin Adiba
"emm ini.. itu.. yang tadi duduk di samping kak Azam, siapa?"
Azam yang ditanya tentang hal itu tersenyum.
"Diaa.."
*Flashback On*
Flashback nya tunggu di part selanjutnya aja yaaa, terimakasih^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Rabb Aku Jatuh Cinta
SpiritualAku merasa ada yang aneh dengan hatiku. setiap bertemu denganmu, jantungku berdegup kencang. Apa maksud dari semua ini Ya Allah? Ini cinta atau nafsu? Jika memang benar ini cinta, aku berharap rasa yang ada padamu tidak mengurangi rasa cintaku pada...