[11] Scream - 조진호

619 40 26
                                    

Don't forget to vomments and follow for catch up with me


-----

On a long and tiring day
I got together my heart that was filled with sighs
Today and tomorrow, I will get up again
And live through the day

-----

Aku menuntun sepedaku sepanjang perjalanan pulang. Ban sepedaku bocor. Aku tidak tahu mengapa hal ini terjadi padaku.

Padahal saat akan berangkat bekerja aku sudah memastikan semuanya baik-baik saja termasuk sepedaku. Saat aku mengambil sepedaku dari parkiran, bannya sudah kempes begitu saja.

"Jea!!!" lengkingan suara itu membuatku menoleh.

Itu Jo Jinho. Sahabatku sejak SMP sampai sekarang. Kami sudah berumur dua puluh sembilan tahun. Jadi sudah berapa lama kami menjalin persahabatan? Tentu sudah lama.

"Berhenti memanggilku Jea," kataku saat ia sudah berhasil mengejar dan menghampiriku.

Jinho hanya tersenyum. Ia kemudian memamerkan sebuah bungkusan besar kepadaku, "Aku membawa rekaman lagu kesukaanmu, gula-gula, baju, dan masih banyak lagi. Ayo kita ke rumahmu!"

Ia sangat antusias sekali. Jo Jinho sejak dulu tidak pernah berubah. Sifatnya masih ceria walaupun usianya hampir menginjak kepala tiga.

Aku menggeleng, "Tidak bisa. Kau harus pulang ke rumahmu terlebih dahulu."

"Baiklah."

Tentu saja dia adalah pria yang penurut. Aku bukan keluarganya, tetapi ia selalu mengiyakan apa yang ku katakan.

"Ban sepedaku bocor lagi," aku mengeluh saat kami mendadak diam satu sama lain.

"Oh! Mengapa aku baru sadar ya?" ia terkejut. Ekspresi terkejutnya masih sama seperti dulu. Menggemaskan.

Aku menghela nafas dan menghentikan langkahku, "Jo Jinho~ stop being cute like that."

Ia terkekeh. Matanya menyipit. Masih asyik dengan kekehannya, ia menaruh bungkusan besar yang dibawanya ke keranjang sepedaku.

"Permisi, nona Jea. Izinkan saya membawa sepeda ini," ucapnya lucu sambil mengambil alih stang sepeda yang ku pegang. Aku tidak menolak apa yang Jinho lakukan. Aku membiarkannya.

Belakangan ini hari-hariku menjadi guru magang di sebuah desa yang jauh dari tempat tinggalku sangat berat sekali. Hampir setiap hari aku selalu mendapat gubrisan guru senior.

Sebenarnya aku tidak melakukan kesalahan apapun. Aku terjebak dalam lelucon murid-muridku. Semenjak kedatanganku di kelas mereka, mereka tidak menyukaiku. Mereka selalu ingin membuatku dikeluarkan dari sekolah.

Sebagai guru magang, aku tidak berani berbuat apa-apa selain menerima semuanya. Aku hanya berusaha sebaik mungkin untuk mereka walaupun mereka melulaiku.

Alasanku sama. Aku tidak ingin mengusik lebih jauh masalah ini. Biarkan saja terluka, asal luka itu tidak membekas padaku aku sama sekali tak masalah.

"... Jea! Hei!"

Aku terkesiap. Aku tidak sadar aku telah melamun hingga melewatkan apa-apa saja yang Jinho katakan.

"Muridmu bertingkah lagi, ya?" tanyanya dengan hati-hati. Getaran suaranya terdengar seperti sedang mengkhawatirkan ku.

PENTAGON ONESHOOT [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang