Sajadah Cinta #09

94 23 0
                                    

Kehangatan yang diharapkan

😎😎😎
****

Zahwa, Fika, Geral serta Halid dan teman-temannya berjalan beriringan setelah selesai melaksanakan sholat tarawih. Fika yang berjalan di samping Zahwa tidak henti-hentinya berceloteh, apa lagi kalau sudah membahas tentang Halid. Fika adalah orang yang paling antusias. Kadang Zahwa hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah sahabatnya itu yang kelewat cerewet.

Zahwa berhenti ketika sampai di depan gerbang rumahnya. Cewek itu mengucapkan terima kasih karena sudah menemaninya pulang sampai rumah dan juga tentang Halid yang dengan baik hatinya mau membimbing cowok yang berdiri di samping Zahwa. Cowok itu bersandar pada pagar rumah Zahwa yang menjulang tinggi.

"Makasih ya kak. Untuk malam ini," ucap Zahwa dan dibalas anggukan serta senyum tulus dari Halid.

"Sama-sama Za. Oh iya Za, besok malam bisa ikut acara gema takbir nggak? Sebenernya semuanya udah disiapin sama anak-anak yang lain. Kamu tinggal ikut aja. Kalau mau nanti malam kita-kita jemput kamu di rumah, gimana?" tanya Halid yang begitu antusias menggajak Zahwa.

Geral yang memperhatikan percakapan kedua orang itu lantas memutar bola matanya malas. Entah kenapa muncul rasa tidak suka saat Halid menatap Zahwa dengan tatapan yang menurut Geral bukan seperti tatapan biasa dari seorang teman.

Geral memperhatikan Zahwa yang tersenyum ramah pada Halid dan teman-temannya. Entah kenapa hati Geral jadi sedikit tersentil ketika melihat senyum itu terbit di wajah cantik Zahwa. Tatapan Geral lagi-lagi beralih pada Halid yang dengan jelas menatap Zahwa dengan binar bahagia, tapi sepertinya cewek itu tidak menyadarinya. Cukup sudah!

Lah. Kenapa juga Geral harus mendadak jadi gerah sendiri?

Dasar aneh!

"Thanks ya!" ucap Geral kelewat datar.

Dan ya, hal itu berhasil mengalihkan perhatikan Halid dari Zahwa. Halid tersenyum untuk kesekian kalinya, menanggapi ucapan Geral dengan dua kali anggukan kepala. "Sama-sama," ucapnya.

Kemudian Fika, Halid, serta yang lainnya pamit pulang ke rumah masing-masing, menyisakan Zahwa dan Geral yang masih berdiri di depan gerbang rumah Zahwa.

"Ayo masuk Vin!" Zahwa membuka gerbang rumahnya dan mendahului Geral masuk ke halaman rumah di mana disana terparkir salah satu mobil milik Geral.

Geral mengekor mengikuti langkah Zahwa dari belakang, tapi tiba-tiba cowok itu ikut menghentikan langkahnya saat Zahwa yang juga berhenti di depannya.

"Kenapa?" tanya Geral.

Zahwa kemudian berbalik dan menunggu Geral menyamai langkahnya. Zahwa melihat Geral, "cowok nggak boleh jalan di belakang cewek, apa lagi bukan muhrim." Geral menaikan satu alisnya tanda tidak mengerti.

"Kamu nggak ngerti ya?" tanyanya sambil terkekeh sebentar dan dibalas anggukan samar Geral. "Nanti tanya sama kak Rama aja ya, kenapa nggak boleh."

"Ayo masuk," ucap Zahwa. Mereka berjalan bersisihan dengan jarak yang terpaut sekitar setengah meter. Zahwa yang menjaga jarak.

***

"Pah!," setelah sampai di ruang tamu, Zahwa duduk di samping Pradifta diikuti Geral yang duduk di sofa berbeda. Cewek itu mengisyaratkan papanya agar segera melakukan apa yang sudah mereka sepakati. Berhubungan dengan Geral, seperti yang diceritakan Ara dan Arbi.

Sajadah Cinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang