Sajadah Cinta #06

97 26 0
                                    

Kecelakaan?

😎😎😎
****

Hanya butuh waktu 15 menit untuk Geral sampai di tempat tujuannya. Cowok itu memarkirkan motornya di samping warung yang menjual berbagai macam bunga yang biasa digunakan orang-orang untuk berziarah.

Geral membeli satu kantung plastik bunga yang sudah disediakan di warung itu, kemudian bergegas masuk ke pemakaman.

Hari ini, seperti biasanya tidak banyak orang yang datang ke pemakaman. Hanya ada beberapa keluarga dan mang Dirman si penjaga makam.

Geral berjalan perlahan mendekati sebuah makam yang terletak hampir disudut pemakaman. Sebuah makam dengan nisan berwarna biru malam yang di lindungi pohon besar, hanya terkena sinar matahari saat sore hari.

Geral meletakan kresek bening berisi bunga itu di samping makam. Cowok itu berjongkok, lalu mengusap nisan makam di depannya. Ekspresinya datar, sorot matanya memancarkan banyak kesedihan yang terpendam sejak lama.

"Ma." Manik mata cowok itu mulai berkaca-kaca. Sudut bibirnya ia paksa untuk terangkat membentuk seulas senyum kecil.

"Gavin disini," cairan bening itu lolos seketika dari sudut matanya.

"Mama apa kabar?" diusapnya pelan nisan di depannya. "Mama bahagia kan disana?" cowok itu berusaha tersenyum lagi.

Namun tanpa seorang pun tau, dibalik senyum itu menyimpan beribu luka. Sorot mata itu mengisyaratkan kepedihan dan kehampaan. Geral kembali tersenyum getir, air matanya masih mengalir tanpa dia sadari.

Cowok itu meraih kresek bening berisi bunga di sampingnya, membukanya kemudian menaburkan isinya pada makam sang mama. Geral berdo'a untuk mamanya. Masih seperti do'anya di hari-hari sebelumnya, mendo'akan agar wanita yang paling dia cintai itu tenang dan bahagia disana. Bersama Tuhan yang maha Esa.

Setelah menyelesaikan do'anya, Geral menghapus jejak air mata di pipinya. Cowok itu melihat jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hampir pukul setengah enam sore.

"Ma." Geral kembali mengusap nisan mamanya. "Gavin pulang dulu, nanti Gavin kesini lagi," cowok itu kembali tersenyum samar.

"Jangan khawatirin Gavin ya ma. Gavin baik-baik aja."

Setelah mengusap kembali nisan mamanya, Geral beranjak dari tempatnya. Cowok itu berjalan menghampiri mang Dirman yang hampir menyelesaikan pekerjaannya menyapu dedaunan.

"Eh den Geral, tumben baru kesini lagi. Biasanya juga seminggu sekali den." Mang Dirman meletakkan sapu dan serok yang baru selesai dia gunakan.

Geral tersenyum, menampilkan deretan gigi putihnya yang berjejer rapi. "Geral sibuk sama tugas kuliah mang," mang Dirman mengangguk mengerti.

"Mang Dirman rajin ya, makam mama sampai kinclong gitu." Geral terkekeh sebentar, sementara mang Dirman tersenyum atas pujian Geral. Memperjelas garis-garis kerutan di wajah mang Dirman yang sudah berumur itu.

"Biasa saja den. Sama seperti hari-hari sebelumnya, mungkin karena den Geralnya yang sudah hampir satu bulan tidak kesini."

"Ah iya juga." Geral terkekeh lagi.

"Mama pasti kesepian kan mang? Geral jarang datang kesini." Ucap Geral sedikit menyesal, walau masih dengan senyum tipis di wajahnya.

Sajadah Cinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang