Sajadah Cinta #12

87 23 0
                                    

"aku akan bersikap baik selama dia tidak melewati batasannya"

😎😎😎
****

Allahu Akbar...

Allahu Akbar...

Allahu Akbar...

Laa Ilaha Illallohu Allohu Akbar...

Allahu Akbar Walillahilhamd...

Gema takbir terus berkumandang. Disemua masjid, mushola, televisi, radio, bahkan di semua sosial media rata-rata berisi postingan momentum hari kemenangan.

Pukul 8 lewat 15 menit, Adiwijaya  bersama Geral baru saja pulang dari masjid setelah selesai melaksanakan  sholat eid.

Sejak kejadian kemarin sore, hubungan keduanya jadi semakin dekat. Seperti hari raya idul fitri yang menjadikan setiap umat islam kembali fitrah (bersih), seperti itu juga hubungan antara ayah dan anak ini. Hubungan keduanya kembali baik, bahkan bisa dikatakan jauh lebih baik. Saling memaafkan satu sama lain, dan kembali saling menyayangi layaknya ayah dan anak.

Hari ini rencananya mereka akan mengunjungi makam Vina. Mengunjungi makam orang yang  sangat berarti dalam hidup mereka.

Adiwijaya ingin mengatakan betapa bahagianya dia saat ini, mendapatkan kasih sayang dan kepercayaan puteranya kembali. Meskipun di satu sisi, kebahagiaan itu belum lengkap tanpa hadirnya putra pertamanya. Kakak dari Geral, saudara kembarnya, Jerryan.

"Pah!"

Adiwijaya mengusap air mata yang sempat mengalir di pipinya, mengangkat wajahnya untuk menatap Geral yang masih bersimpuh di kakinya.

Adiwijaya tersenyum. Menepuk kedua bahu Geral dua kali, lalu menepuk sofa di sebelahnya. Mengisyaratkan agar Geral duduk di sebelahnya.

Adiwijaya mendongak memerhatikan pintu kamar bercat cokelat di lantai atas, di sebelah kamar Geral. Pandangan matanya sendu, iris mata itu mengisyaratkan kesedihan.

Geral mengikuti arah pandangan Adiwijaya.

"Dia membenci kamu karena papa."

"Nggak pah. Bukan semuanya karena papa." –Bahkan papa nggak tau alasan utama kenapa dia membenci Gavin.

Sekelebat bayangan tentang kejadian beberapa tahun silam kembali berputar di kepala Geral.

"Lo jangan berpikir kalau gue akan selalu ngalah. Cukup! Kali ini lo nggak bisa ngambil segalanya lagi dari gue."

"Lo ngomong apaan sih? gue nggak ngerti sama sekali jalan pikiran lo."

"Semenjak lo masuk di keluarga ini, hidup gue nggak pernah ngerasa sesempurna dulu. Lo ngambil semuanya, lo ngambil perhatian papa, lo ngambil perhatian mama. Lo ambil segalanya dari gue."

"Gue nggak pernah ngelakuin itu Yan!"

Geral memejamkan matanya, mengingat kalimat bentakan pertama yang berhasil keluar dari mulutnya selama 17 tahun dia hidup di dunia.

"Jangan pergi nak! Jangan!"

Suara teriakan bahkan isak tangis mamanya masih terekam jelas di memori Geral. Geral sangat mengingat saat itu ibunya jatuh tersungkur di halaman rumah karena mengejar saudaranya.

Sajadah Cinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang