Part 5 | Kuki dan Taetae

377 42 26
                                    

Oh, boy! 5

Jimin lagi main perosotan bareng Kuki sama Tae sambil nunggu jemputan mereka, kalau lagi berkumpul gini rasanya dunia udah macam milik mereka bertiga yang lainnya cuman ngontrak.

"Nanti besok Kuki ama Tae jadi kan nginap?"

Kuki mengangguk semangat, "Jadi hyung."

"Tae?"

Yang dipanggil langsung nunjukin senyum kotak andalannya, "Jadi, Chim. Tae udah bilang sama Mama kok."

Jimin mengangguk puas mendengarnya. Mereka bertiga memang berencana untuk menginap di rumah Jimin alias apertemen milik Yoonji besok. Orang tuanya Kuki dan Tae harus pergi keluar kota karena urusan pekerjaan, toh Yoonji juga udah setuju walau agak gak rela sih hari minggu berharganya terganggu. Jangan contoh Yoonji ya teman-teman.

Tak lama jemputan Kuki dan Tae datang, seorang pria tampan yang keluar dari mobil hitam mewah berkilat menyambut mereka. Kuki segera berlari memeluk Papanya, itu Kim Namjoon ayah dari Kuki dan Tae. Kuki dan Tae itu kembar walaupun tidak identik.

"Hi Jiminie, Mama belum jemput?"

Jimin menggeleng sambil merucutkan bibirnya sebal, "Belum uncle."

Namjoon mengelus pucuk kepala Jimin, "Gimana kalau bareng uncle aja?"

Jimin sedikit ragu untuk menjawab pasalnya takut Yoonji khawatir. Melihat keraguan di mata Jimin, Namjoon mengeluarkan handphone dan menelpon Yoonji meminta izin membawa pulang anak satu-satunya. Selesai mendapatkan izin mereka pun masuk ke dalam mobil dengan semangat. Ketiga bocah itu pun mulai mengoceh dan bersikeras untuk duduk di belakang membuat Namjoon mendadak merasa menjadi supir pribadi. Yang sabar ya, Joon.

Jimin di antar kembali dengan selamat, dia langsung berlari masuk hendak mencari Yoonji yang baru juga sampai. Yoonji menyambut pelukan Jimin dengan senang hati.

"Hi baby, hows your day?"

Jimin pun berceloteh mengenai harinya di sekolah, Yoonji mendengarkan dengan seksama sambil melambaikan tangan ke arah Namjoon yang pamit pulang. Dulu waktu mereka pertama kali berjumpa, saat itu Jimin bermain ke rumah keluarga Kim dan sorenya Jimin di jemput oleh Yoonji. Reaksi pertama Namjoon waktu ngeliat Yoongi lagi berdiri di depan pagar sambil berusaha ngeliat ke dalam itu cengo soalnya kan Yoonji itu cantik ya, cowo mana sih yang enggak terhipnotis contohnya Namjoon yang udah punya dua anak aja bisa cengo dan mendadak lupa istri di rumah. Ck.

Kembali lagi ke Jimin yang sekarang lagi bersemangat ngeberesin kamarnya yang berserakan dengan mainan, Yoonji pergi ke dapur menyiapkan makan malam. Jimin mengutip satu persatu mainan yang bertebaran di lantai kamar, meletakkannya kembali ke dalam box khusus tempat mainan yang dibeli Yoonji.

"Makan malam sudah siap!"

Biasanya Jimin langsung berlari dengan semangat menuju dapur saat Yoonji berteriak seperti itu tapi kali ini enggak ada jawaban. Yoonji pun bingung, mencari Jimin dan mendapati bocah kecil berpipi gempal itu sudah tertidur di lantai yang berlapis karpet bulu tebal. Yoonji tersenyum melihatnya, digendongnya tubuh mungil Jimin lalu diletakkannya dengan hati-hati di atas ranjang. Yoonji menarik selimut sampai perbatasan leher, Jimin sedikit menggeliat tidak nyaman. Yoonji mencium dahi anak kesayangannya itu sebelum meninggalkan kamar.

"Sleep well, baby boy."

Keesokan paginya Yoonji terbangun saat bel apertemen yang ditinggalinya meraung-raung tak henti-henti. Mencuci muka dan menggosok gigi terlebih dahulu agar terlihat lebih segar barulah Yoonji membuka pintu dan mendapati bocah seumuran Jimin yang berada digendongan wanita berambut pink yang baru saja akan menekan bel untuk yang sekian kalinya. Bocah itu sebut saja Taetae tersenyum kotak, tidak memancarkan rasa bersalah sama sekali.

"Sorry, ganggu sepagi ini Yoon. Taetae sama Kuki kekeh pengen ke sini sedari tadi, mereka bahkan bangun lebih dulu dari pada aku."

"Hmm....Santai aja kali Jin eonni, kayak baru kenal kemarin aja. Masuk, yuk."

Taetae yang sudah turun dari gendongan langsung berlari menuju kamar Jimin diikuti Kuki yang menenteng boneka kelinci kesayangannya.

Seokjin, istri dari Kim Namjoon menggeleng pelan sambil memberikan Yoongi tas berisi segala kebutuhan Kim twins.

"Sekali lagi maaf, aku buru-buru juga. Pesawat kami jadwalnya dipercepat jadi aku gak bisa mampir. Titip anak-anak ya, Yoon."

Yoonji mengangguk dan melemparkan senyum, "Serahkan saja padaku, tapi ingat ini enggak 'gratis' loh ya."

Jin mengangguk sambil tertawa pelan, "Iya-iya. Nanti aku bakal masakin yang banyak buat kalian berdua."

"Yaudah sana, nanti keburu pesawatnya lepas landas."

Jin pun pamit yang dibalas lambaian tangan dari Yoonji dan anggukan yang dituju ke arah Namjoon yang sedari tadi memperhatikan dari jauh. Kini Yoonji ditinggal dengan tiga bocah hyper, hembusan napas kasar terdengar.

"YAK, TAETAE!"

Teriakan mochi kecilnya menggelegar saat pintu sudah tertutup, Yoonji mendapati Jimin yang sudah terbangun dan berlari mengejar Tae yang tertawa puas. Kuki tak lama menyusul dan jadilah mereka bertiga bermain kejar-kejaran, tak memperdulikan keberadaan Yoonji yang mendengus melihat keadaan ruangan yang rusuh karena dijadikan tempat bermain dadakan trio cilik itu.

"Chim, Tae, Kuki."

Ketiga cimit itu terdiam mendengar nada dingin terselip saat Yoonji memanggil nama mereka, mereka bertiga menatap Yoonji dengan wajah tanpa dosa.

"Chim pergi mandi dulu baru main lagi di kamar, Mama mau ngerjain sesuatu di lab. Tae sama Kuki kalau masih lapar ada pancake di dapur, makan itu sambil nunggu Chim mandi. Okay?"

Chim, Tae dan Kuki mengangguk patuh. Yoonji tersenyum puas.

Jimin pun mandi, pakaiannya sudah disiapkan Yoonji di atas ranjang tidurnya. Tae dan Kuki yang memang masih lapar menuju dapur untuk mencari pancake yang tadi disebut-sebut Yoonji. Tae dan Kuki naik ke atas kursi yang membuat mereka sedikit tenggelam, mengambil beberapa potong pancake dan menyiramnya dengan sirup coklat. Sayangnya, saat Kuki mau menyiram pancakenya tangan gempalnya terlalu erat memegang botol sirup membuat sirup coklatnya keluar terlalu banyak dan melebur keluar dari piring. Kuki shock dan tanpa pikir panjang segera menghapus sirup coklat yang mengalir di meja dengan telapak tangan. Hasilnya malah membuat mejanya semakin berantakan ditambah tangan Kuki yang sudah dilumuri dengan coklat.

Tae yang melihat saudara kembarnya tengah sibuk dengan 'kecelakaan sirup coklat' mengira Kuki sedang asik bermain, dia pun ikutan menumpahkan lebih banyak lagi sirup coklat yang mengundang teriakan panik dari Kuki.

"Yak, Tae hyung! Kok ditumpahin?"

Tae mengerjap polos, "Bukannya kita lagi main 'siapa paling banyak numpahin sirup ke pancake'?"

Kuki menatap Tae seakan Tae adalah makhluk astral yang berasal dari entah berantah, serius kenapa saudaranya ini unik sekali?

Selanjutnya terdengar helaan napas berat dari Yoonji yang menahan hasrat untuk menenggelamkan kedua bocah yang sudah mengubah dapurnya menjadi kapal pecah, well Yoonji terlalu hiperbola sih pasalnya keadaan dapur itu enggak begitu buruk namun mood Yoonji yang emang udah enggak baik jadi makin buruk karena ulah dua bocah tengil itu. Sabar, Yoon. Jadi pembunuh masih ilegal.

"Maaf Mama Yunji, Kuki enggak sengaja kok numpahinnya. Tae hyung aja yang sok ikutan numpahin jadi tambah banyak. Jangan marah ya Ma."

Siapa sih yang bisa kalah dari tatapan memelas kayak anak anjing yang baru kecebur got dari anak bontot kesayangan Kim Namjoon itu? Yang jelas itu bukan Yoonji karena Yoonji langsung menghela napas, kebayakan menghela napas ini elah, dan mengelus surai coklat Kuki.

"Okay, untuk kali ini Mama enggak bakal ngehukum kalian tapi kalian berdua harus ikut bantu Mama beresin ini."

Keduanya mengangguk semangat mendengar kata mereka enggak bakal dihukum, "Humm! Okay!"

Yoonji tersenyum tipis, untungnya walau kedua bocah tengil itu rada merepotkan enggak seperti mochinya mereka masih patuh dengan apa kata Yoonji. Ditambah juga mereka menggemaskan, mana tega Yoonji memberi hukuman lagian itu cuman gertakan.

Tbc,

A/n
Once again,
Gaje. Haha

Hey, Mama! ⛈️ yskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang