Part 9 | Nemenin Mama kerja

226 30 19
                                    

"Mama!"

Yoonji enggak bisa fokus. Dari tadi bocah mungil berpipi tembem yang biasa dipanggil Chim itu terus saja menganggu apa yang dikerjakan Yoonji. Kertas kertas berisi beberapa lirik lagu yang akan segera digarap sudah berserak di meja Yoonji tapi rengekan dari Jimin semakin menjadi.

"Sabar ya Chim, bentar lagi selesai terus kita makan ice cream ok?" Yoonji berusah merayu.

Jimin mayun, bibirnya maju beberapa senti. Enggak terima dirinya dicuekin sang Mama yang malah milih merhatiin kertas kertas yang menurut Jimin gak enak untuk diliat itu. Berantakan banget, Jimin kan gak suka.

"Tapi Maaa! Enchim bosan, hum!"

Yoonji menghembuskan napas lelah dan menatap Jimin yang lagi tiduran di sofa sambil berguling ke kanan dan ke kiri. Untung enggak jatuh.

"Kan tadi Mama udah bilang gak usah ikut dan main bareng Tae, Kuki di rumah mereka."

"Enggak mau, Chim lagi malahan ama meleka."

Yoonji masang wajah bingung, "Loh? Kalian berantem?"

"Enggak belantem kok!" Jimin cepat cepat mengelak, "Chim cuman lagi malah ama meleka beldua kalna meleka ngeledikin Enchim mulu!"

"Emang mereka ngeledekin apa kalau Mama boleh tau?" Yoonji nanya sambil ngerjain pekerjaannya yang sempat tertunda. Setidaknya dengan begini Jimin enggak rewel lagi.

"Meleka bilang kalau pipi Enchim makin lebal! Dan meleka mau makan pipi Enchim kalau pipi Enchim tambah lebal lagi!"

Yoonji nahan ketawa ngeliat wajah Jimin yang keliatan benar benar kesal dengan alasan yang menurut Yoonji konyol tapi lucu itu.

"Mereka enggak serius kok Chim tapi kalau memang mereka berdua ngelakuin itu lapor ke Mama biar Mama bungkus mereka terus Mama jual ke om om jahat."

Jimin bangkit dari posisi berbaringnya, matanya melotot menatap Yoonji enggak percaya.

"Jangan Ma! Jangan dijual! Nanti teman Enchim siapa dong?"

Jimin keliatan gak rela gitu, Yoonji jadi pengen candain lagi.

"Kan Chim punya Mama, jadi Mama enggak cukup ya buat Enchim?" Yoonji bilang gitu sambil nunjukin muka sedih.

Jimin jadi bimbang, dia sayang Mamanya. Dia juga sayang dua teman jailnya itu.

"Mama ih! Pokoknya jangan jual meleka, hum!"

Yoonji terkekeh, "Mama cuman bercanda kok."

Tok tok tok

Pembicaraan mereka berdua diintrupsi oleh ketukan di pintu.

"Masuk."

"Hi Yoon," Sapa cowo blasteran korea ingris yang bekerja sebagai komposer lagu seperti Yoonji, "Bos menyuruhku untuk memanggilmu, oh hi little Jiminie! How are u buds?"

Yoonji mengangguk, "Oke aku akan kesana, boleh aku menitipkan Jimin sebentar padamu?"

Jimin melembaikan tangan semangat, "Haii Mark hyung!"

"Tentu saja, cmon Jiminie Mamamu akan menemui bosnya selagi kita makan cemilan yang baru saja kubeli."

"Okay!" Seru Jimin semangat dan mengokori Mark.

Mereka pun berpisah, Mark dan Jimin menuju tempat Mark sementara Yoonji ke tempat sang bos seharusnya berada.

"Kau memanggilku?"

Orang yang memanggil Yoonji itu menghela napas, "Kau seharusnya lebih sopan sedikit. Bagaimanapun juga aku bosmu di sini."

"Hnm ya terserah, jadi kenapa kau memanggilku?"

"Kau ingat tentang projek yang kemarin mau kuberi padamu itu?"

Yoonji mencoba mengingat, "Maksudmu projek dengan dancer yang sedang naik daun yang aku tak peduli siapa namanya itu?"

Bos Yoonji mengangguk, "Ya, yang itu. Berikan saja projek yang sedang kau kerjakan pada Mark, aku ingin kau mengerjakan projek bersama dancer itu. Karena kurasa kau yang paling cocok."

"Dan kenapa harus aku?"

"Jangan banyak tanya, pokoknya kau harus mengerjakannya. Akan kuberi biaya tambahan kalau projek kali ini sukses."

Wajah Yoonji langsung sumringah mendengar 'biaya tambahan' dan tentu saja Yoongi tanpa pikir panjang langsung setuju.

"Baiklah, kau tau titik lemahku. Jadi, boleh aku tau dengan siapa aku akan mengerjakan projek kali ini?"

"Oh, tenang saja. Kalian sebentar lagi akan berjumpa, aku sudah menyuruhnya datang ke ruanganmu segera."

Yoonji mengangguk dan dia dipersilahkan kembali ke ruangannya untuk menunggu sang 'tamu' terhormat.

Sebelum ke ruangannya, Yoonji tentu saja menjemput Jimin dulu yang sedikit merengek ingin tinggal lebih lama dengan Mark. Mereka bersenang senang tanpa Yoonji rupanya.

"Kapan kita pulang, Ma?"

"Kita akan pulang setelah Mama bertemu dengan orang ini sebentar."

Jimin menguap, dia mulai mengantuk karena perutnya terlalu banyak diisi camilan. Yoonji mengusap kepala Jimin dan membiarkan Jimin tidur bersandar pahanya.

Tok tok tok

"About damn time," Gumam Yoonji pelan, "Masuk."

Dan Yoonji hampir saja akan buta karena disuguhi senyuman secerah matahari, terlalu hiperbola tapi Yoonji memang membenci sinar menyengat dari matahari.

"Hi Yoonji Noona! Oh, atau sekarang harus kupanggil Suga?"

Yoonji merutuk dalam hati, yang benar saja. Begitu banyak orang di luar sana dan malah orang ini yang ada dihadapannya. Oh, tunggu sebentar,

"Sejak kapan kau seorang dancer, Hoseok?"


















Tbc,

A/n

Hi :)
Sudah lama tidak bersua! /dilemparbatu/
Maap karena menelantarkan story ini, saya kena writers block :( dan saya juga punya story lain yang harus dilanjutin hiks
Yaudahlah kayak ada yang peduli ajah heheh
Btw thats mark tuan yg seumuran ama yoonki

Vote n komen plus share if u like it.

Your hope,
Hopestd.

Hey, Mama! ⛈️ yskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang