Part 9 - Dua Kali

31 1 0
                                    

Juny Putri, nama itu sangat menipu. Aku kira dia ulang tahun bulan juni. Eh nyatanya dia lahir di bulan februari. Ketika aku menanyakannya, dia menjawab nggak tau. Nama itu pemberian ibunya. Juny, dia cantik, matanya sipit, dan dia memiliki banyak tahi lalat.

"Uni, ayo sekolah!" teriak Fida sambil masuk ke dalam kobong Juny.

Juny terbangun dari tidurnya. Dia tertidur setelah mengaji subuh tadi. Dia harus segera bergegas karena waktu menunjukkan pukul setengah tujuh. Dia berjalan menuju kamar mandi sambil membawa gayung yang berisikan peralatan mandi dan handuk yang menggantung di bahunya.

"Kamu ngelindur? Bangun Uni," ucapku sedikit mengejeknya. Matanya yang sipit membuat dia seperti masih tidur.

"Ih Teh Michael. Aku udah bangun," kesalnya sambil tersenyum kecil.

Aku hanya mengangkat bahuku. "Cepet mandi, itu iler."

________

Sebuah hadiah baju dari pacarnya Irsan. Mungkin sekarang sudah jadi mantan. Aku akan menceritakan kisah mereka. Mungkin membuat Uni patah hati. Juny langsung memakai pakaian pemberian Irsan dan hari itu Irsan kebagian dakwahan.

Ketika bagian Irsan. Juny langsung pindah duduk agak depanan. Dan Irsan pun mulai bereaksi.

"Cie,, cie.. Uni! Liat bajunya di pake nih," teriak salah satu santri putri mencoba menggoda Irsan.

Irsan hanya tersenyum kecil.

_________

Hubungan mereka berjalan dengan baik. Namun semuanya menjadi renggang karena Irsan sendiri. Juny melihat chat'an laki-laki itu dengan Lia. Dan di sana laki-laki itu mengungkapkan perasaannya pada gadis itu. Itu semua membuat hati Juny hancur seketika. Dia kehilangan kepercayaan pada pria itu.

"Jadi kamu maunya apa?"

"Ayo kita putus."

Itulah yang terjadi. Mereka putus pada akhirnya. Namun beberapa minggu kemudian. Aku mendengar mereka jadian lagi. Juny memberikan laki-laki itu kesempatan untuk mempertahankan hubungan mereka. Namun Irsan tak berubah, dia tetap mencintai Lia. Padahal posisi Lia sudah memiliki kekasih.

Beberapa bulan kemudian, Juny memegang status jones. Jomblo ngenes. Namun kesendiriannya tak bertahan lama. Pada saat itu ada santri baru yang bernama Asep. Rambutnya agak panjang. Beberapa santri putri mencoba mengintip untuk melihat santri baru itu.

"Namanya Asep dari Bandung," ucap salah satu santri. Aku hanya mendengarkan dan melihatnya.

"Ganteng, kan?"

"Nggak, biasa aja," ujarku.

"Ganteng da, Teh Michael," bela Juny.

"Ya udah, kita jodohin aja Mang Asep sama Juny."

Ya. Cerita cinta Juny pun berlanjut. Mulai dari hari itu. Kami sering mengatakan "Ada salam dari Juny" kepada Asep. Asep hanya diam dan tersenyum malu.

_______

Suatu hari, Juny ada di tangga mushola bersama Fida. Tiba-tiba datang surat dari Irsan. Asep menitipkan suratnya pada Irsan, yang notabenenya adalah mantan Irsan sendiri.

Hubungan dari surat menyurat pun berlanjut. Juny meminta Asep untuk memberikan suratnya secara langsung. Asep pun menyanggupi.

Dengan malu-malu dia memberikan suratnya kepada Juny. Juny langsung berlari ke tangga dan masuk ke dalam mushola. Fida ikut menyusulnya.

"Dia tadi senyum-senyum mulu," ujar Fida yang melihat ekspresi Asep.

"Aku nggak liat." Juny tadi terlalu malu untuk melihat wajah Asep.

_________

Hubungan mereka berjalan dengan lancar. Apalagi Asep menyatakan cintanya kepada Juny. Juny juga semakin suka saja, saat laki-laki itu memotong rambutnya.

Aku masuk ke dalam kobong dan melihat Juny sedang membalas surat dari Asep. Mereka juga membuat buku surat. Aku merebutnya dan membaca-baca surat mereka. Juny hanya tersenyum. Maklum saja, gadis ABG yang sedang dimabuk cinta.

"Boleh aku nulis di belakang bukunya?" tanyaku.

"Boleh kok, Teh Juli juga menulis di sini juga," jawabnya.

Aku pun meraih pulpen yang dipegang oleh Juny dan mulai menulis dalam buku surat mereka.

Tiba-tiba Reni datang dan duduk diantara kami. Dia melihat apa yang aku lakukan. "Aku juga mau nulis dong."

"Nggak boleh," larangku seolah pemilik buku surat itu.

"Ih.. Teh Juny juga ngelarang. Emang Teh Michael yang punya bukunya," rengek Reni.

"Biarin."

Reni semakin merengek seperti anak kecil. Aku pun memberikan buku surat itu kepada Reni. Membiarkan dia menulis sesuatu di dalam sana.

__________

Kami sedang jalan-jalan ke pasar, aku dan Juny. Untuk membuang rasa bosan kami. Ketika dalam perjalanan pulang, aku ingin menanyakan sesuatu tentang hubungannya dengan Asep. Sesuatu terjadi lagi padanya, namun berbeda.

"Mang Asep itu sering ngenasehatin aku, ketika aku ngomongin mantan-mantan aku."

"Ohya?"

Dia mengangguk. "Katanya nggak baik ngomongin aib orang."

"Sok bijak. Emang bijak sih," ucapku.

Permasalahannya dengan Asep, aku takkan menceritakannya. Karena dia memintaku untuk menjaga rahasia ini. Hanya sedikit orang yang tahu tentang masalahnya dan Asep itu.

"Teh Michael tahu dari siapa?" tanya Juny.

"Aku juga nggak tahu. Mungkin Fida? Ataukah Debi yang selalu tahu tentang anak-anak santri. Aku nggak tau pokoknya, soalnya lupa lagi."

"Ih.. Tapi Teh Michael jangan ngasih tau orang lain yah. Aku nggak mau nama Mang Asep jadi jelek." pacar yang baik.

Aku menyanggupi. "Tenang aku nggak akan bilang-bilang kok. Lagi pula aku ini pelupa."

"Ok. Janji ya.."

Aku mengangguk. "Emang Mang Asep yang memintamu jangan semua orang tahu tentang permasalahan kalian?"

"Nggak. Hanya aku saja yang ingin."

Yah. Beruntunglah Asep memiliki pacar seperti Juny. Kuharap dia tak menyia-nyiakannya lagi seperti yang Irsan lakukan. Kuharap hubungan mereka langgeng.

"Kuharap Mang Asep dan aku akan menikah nanti." Juny sering sekali mengatakan itu ke semua orang.

"Kalau nggak sama Mang Asep gimana?"

"Ya. Nggak papa. Mungkin nggak jodoh."

The Holy Prison (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang