Part 3 - Haruskah Memilih?

74 2 0
                                    

Aku kaget melihat sesorang yang tidur di depan pintu kobong lima. Aku tersenyum kecil. Itulah Riri, orang yang suka tidur di mana saja. Aku mendekatinya dan mencoba untuk membangunkannya, menyuruhnya untuk pindah ke kobong saja.

"Ri, bangun! Jangan tidur di sini," ujarku sambil menggoyangkan tubuhnya.

Dia hanya bergumam tak jelas. Matanya terbuka, menatapku. Namun mata itu kembali menutup. Aku hanya menghela nafas, usahaku akan sia-sia. Riri memang tak bisa kubangunkan. Dia itu kebluk.

Aku mmutuskan kembali ke kobongku. Aku membuka laptop yang baru kupinjam tadi. Aku menyalakan layar laptop. Mengklik ikon aplikasi Word. Aku akan menceritakan kisah temanku yang bernama Riri. Riri yang selalu bingung, antara memilih seseorang, antara memilih keinginan orang tuanya atau keinginannya sendiri.

________

Hari yang melelahkan bagi gadis yang bernama Riri Khofifah. Dia memasuki area kantin. Dia berniat untuk membeli makanan. Dia sungguh lapar setelah pelajaran Matematika yang membingungkan. Riri berjalan, tiba-tiba seseorang menubruk tubuhnya. Riri terkejut, dia mengandah untuk melihat orang yang tubuhnya yang lebih tinggi darinya. Riri langsung kesal melihat wajah orang itu dan dia menginjak kaki orang itu. Orang yang bernama Harif itu langsung merintih kesakitan. Riri menjulurkan lidahnya.

"Dasar pesek!" teriak Harif membuat semua orang di kantin melirik ke arah mereka.

Riri yang malu langsung melangkah pergi. Dia sungguh kesal. Itu adalah hari buruk baginya, karena dia harus bertemu laki-laki yang menjadi musuhnya ketika MTs dulu. Mereka selalu ribut saat sekelas dulu. Ya, laki-laki itu yang selalu memulainya. Riri melangkah masuk ke minimarket yang dimiliki oleh sekolah. Semua orang sering memanggil minimarket itu dengan sebutan 'Makemin". Riri memutuskan untuk membeli roti. Setelah itu dia langsung keluar dari makemin. Riri menundukkan kepalanya saat berjalan. Dia memang memiliki kebiasaan seperti itu. Entah kenapa. Tak sengaja dia menubruk seseorang. Hari ini dia selalu menabrak? Dia bukan mobil. Riri melihat dari bawah penampilan orang yang ditabraknya, lalu dia melihat wajah. Harif lagi.

"Kamu jalan pake kaki doang yah? Kenapa matamu selalu melihat ke bawah saat berjalan? Emang ada apa di bawah? Atau lagi cari sesuatu?" Tanya laki-laki itu dengan nada suara mengejek.

"Bukan urusanmu!"

"Oh, yah. Lain kali jangan tabrak aku lagi yah. Belum muhrim. Kalo mau muhrim nanti aja setelah keluar dari sekolah," ucapnya.

"Ish," dengus Riri.

Terdengar beberapa orang meneriaki mereka. Riri melihat ke arah mereka. Mereka itu adalah teman-temannya Harif. Riri tau, mereka selalu bersama dan nokrong di tangga dekat tangga sebelah kelas Riri. Membuat Riri sering melihat mereka.

"Ri! Harif masih mencintaimu!" teriak seseorang dari salah satu mereka.

Riri merona malu mendengar itu. Dia juga melihat Harif yang masih di depannya. Laki-laki itu tersenyum padanya. Riri langsung berlari pergi. Menahan malu. Jujur saja, Riri itu membenci laki-laki itu. Namun di sisi lain, dia mencintai laki-laki itu.

_________

Di pesantren, Riri sedang membersihkan panggung. Tiba-tiba ada seorang santri putra yang bernama Muhammad Faud dating hendak mengecat kaligrafi. Tiba-tiba dari arah dapur santri putri mengharu-harunya dan menyebut nama Riri dan Faud. Riri bingung dan malu. Dia pun lansung pergi menuju dapur santri putri. Teman-temannya semakin menggodanya.

"Ciee, ciee, Fuad," sorak mereka.

"Kenapa sih kalian? Jangan jodohin aku sama dia," kesal Riri.

Mereka tak mempedulikan kekesalan Riri dan tetap menggoda gadis itu.

_________

Riri, gadis itu masih tidur. Tak terbangun dengan beberapa santri yang melewatinya. Aku hanya mengangkat bahuku, mencoba tak peduli. Lebih baik aku melanjutkan ceritanya.

Ini kejadian saat semua santri pergi ke acara di sebuah kampung. Kejadiannya sebelum aku masuk ke pesantren ini. Aku mendengarnya dari Riri sendiri. Ini kisahnya dengan Fuad.

__________

Riri dan Fuad berjalan berdampingan. Mereka ada di belakang Teh Yayang, Teh Nafi, Teh Kanaya, dan Dude berada di depan mereka. Mereka berenam baru dari rumah salah satu masyarakat kampung itu, yang merupakan saudara dari Teh Nafi. Ada suara jangkrik menemani perjalanan mereka. Riri sebenarnya takut ada apa-apa, karena mereka harus melewati hutan. Namun untung saja ada Fuad dan Dude yang merupakan laki-laki.

"Harif, dia sering membicarakanmu saat di sekolah," ujar Fuad memecahkan keheningan di antara mereka.

"Membicarakan apa?" Tanya Riri penasaran.

"Tentang kalian saat di MTs dulu."

"Oh," Riri sedikit melukis senyuman di wajahnya.

"Namun aku juga pernah bilang sama dia. Kalua kamu itu sangat dekat denganku saat di pesantren."

Riri tak habis pikir dengan yang dilakukan Fuad itu. Padahal mereka tak sedekat itu.

___________

Aku tersenyum sendiri saat menuliskan ini. Aku hanya menuliskan yang dikatakan Riri padaku. Aku ingat sesuatu. Riri pernah membicarakan, kalau Harif itu menyukainya. Namun Riri juga tak percaya itu. Karena dia takut salah dan dia takut sakit hati pada akhirnya. Fatmala yang mengatakan hal itu kepada Riri. Fatmala pernah mendengar cerita dari temannya yang merupakan pacar Harif.

_________

Harif sedang duduk di masjid sekolah bersama pacarnya yang bernama Lira. Lira hanya diam. Dia tak tau apa yang harus dikatakan pada Harif.

"Ra, sebenarnya aku tak mau membuatmu sakit hati. Tapi aku harus mengatakannya," ucap Harif pada pacarnya itu.

"Membicarakan apa?"

"Sebenarnya aku itu suka sama seseorang. Orang itu, teman sekelasku saat MTs dulu. Aku masih mencintainya. Tapi aku tak bisa menjadikan dia pacarku."

"Oh ya?" Lira mencoba tersenyum meskipun hatinya sangat sakit mendengar itu.

"Kau mau tahu siapa orangnyakan?"

Perlahan Lira mengangguk.

"Itu dia!" ucap Harif sambil menunjuk seseorang yang sedang mengobrol dengan anak rohis. "Namanya Riri."

Lira menatap tajam gadis yang ditunjuk oleh Harif itu.

__________

Aku tak habis pikir dengan pikiran Harif. Tak seharusnya dia melakukan itu pada pacarnya. Namun aku juga senang dengan kenyataan itu. Karena Riri yang begitu menyukai Harif. Namun di sisi lain dia juga menyukai Fuad. Aku dapat menyimpulkan semua itu. Karena melihat tingkah Riri saat membicarakan tentang mereka. Kalian tau, tak? Sosok Riri itu cantik. Namun sayangnya bisa dibilang dia itu pesek. Dia ramah kepada semua orang, dia juga berbakat. Banyak orang yang menyukainya. Dia selalu mendapatkan salam dari beberapa santriwan pondok pesantren kami. Namun yang dilakukannya, dia tak pernah menerima perasaan seseorang.

"Riri, pilihlah seorang laki-laki saja yang ingin kamu pacari?" ucapku di tengah-tengah candaan kami. Kita selalu bercanda tentang hal itu.

"Apa sih Michael?"

"Banyak laki-laki yang suka sama kamu? Jadi kamu itu harus memutuskan. Kau tau aku takut nggak kebagian. Semua laki-laki itu suka sama kamu," candaku.

"Ih kamu. Siapa yang harus aku pilih? Nggak ada yang harus aku pilih?"

"Ok, begini saja. Kamu lebih memilih Harif atau Fuad?"

Aku melihat Riri yang diam begitu mendengar pertanyaanku. Dia tak kunjung menjawab pertanyaanku itu.

Dia menampilkan senyumnya. "Entahlah, Michael. Aku bingung," jawabnya pada akhirnya.

Tuh, kan. Memang benar, kalau gadis itu suka kepada keduanya.

Ok, ini hanya bisa kutulis tentang Riri. Aku mungkin akan menceritakannya lagi di part selanjutnya. Lihat saja, di halaman berikutnya.

The Holy Prison (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang