Part 2 - Hari Santri Nasional

260 7 2
                                    

Aku menyimpan laptopku di atas meja yang sering kami sebut meja Hwarang. Padahal barang ini disebut alat musik hadroh. Malam ini aku akan menceritakan kejadian yang paling klimaks dalam kehidupanku selama di pesantren ini. Kejadian itu terjadi kemarin, tepatnya pada Hari Santri Nasional. Aku tak akan berbicara banyak lagi. Aku akan segera menceritakannya.

_____

Aku terbangun dari tidurku. Aku melihat jam dinding yang menempel di sebuah kayu berpulas hijau. Aku melihat seseorang yang terbaring di sebelahku. Entah kenapa hal itu membuatku menjadi badmood. Aku pun segera bangkit dan menuju kamar mandi. Aku mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat sunnah tahajud dan sholat wajib subuh. Setelah itu aku mengambil mukena yang kusimpan di dalam lemari. Aku memakai mukena itu dan segera melangkahkan kakiku menuju mushola atas.

Setelah aku melaksanakan sholat berjama'ah bersama santriwati lain. Aku segera turun tangga dan masuk ke dalam kobong.

"Michael, aku merasa kasihan padamu," ucap Riri tiba-tiba sambil masuk ke dalam kobongku.

"Maksud kamu apa sih? Aneh," kataku bingung.

Aku melihat Riri terdiam. Dia tak menjelaskan apa maksud dari pernyataannya itu.

"Kalau kamu tau kejadian semalam... ah.. aku nggak bisa menjelaskannya," katanya dengan nada yang lebay sedikit, sehingga membuatku kesal.

"Oh, kamu mau gitu sama aku. Ok. Jangan pernah bicara sama aku selama satu bulan!" kesalku sambil mendorongnya keluar dari kobong.

Riri kembali masuk ke dalam kobong. "Jangan marah atuh. Aku hanya takut kalau kamu tau, kamu pasti marah."

"Sudahlah sana, lagi pula aku nggak mau tau, kok," usirku. Sebenarnya aku sedikit penasaran dengan maksud dari perkataan Riri.

Riri pun keluar dari kobong. Lalu tiba-tiba masuk Fatmala bersama Nyi Imas. Aku mendengar mereka menceritakan sesuatu.

"Fatmala, emang semalam kejadian apa?" tanyaku.

"Ah, iya. Teh Michael sih. Tidurnya terlalu nyenyak."

"Ayolah jelaskan padaku. Apa yang terjadi malam tadi?" desakku padanya.

Fatmala akhirnya menceritakan kejadian semalam. Aku hanya tersenyum sinis. Dalam hati kecil hatiku aku muak. Namun di sisi lain aku tak peduli dengan kejadian itu.

_____

Aku takkan menulis kejadian itu dalam cerita yang kutulis ini. Maafkan aku. Sekarang kita lupakan kejadian yang semalam itu.

_____

Pagi hari, sekitar jam delapan kalau tidak salah. Kami, para santri pergi menuju Kantor Departemen Agama dengan berjalan kaki. Letak kantor Departemen Agama jaraknya sangat dekat dengan pesantrenku. Jadi kami tak perlu menggunakan kendaraan untuk pergi ke sana. Di sana acara akan di mulai. Akan ada pawai untuk memperingati Hari Santri Nasional. Pawai akan dilakukan dari Kantor Departemen Agama hingga Alun-alun Kota. Banyak pesantren yang mengikuti kegiatan ini. Kalian harus tau kalau acara itu sangat meriah. Namun sayang, kami, para santri putri tidak bisa mengikuti pawai itu. Kami selaku paduan suara harus berkumpul di alun-alun untuk berlatih lagi. Kami pun pergi menuju Alun-alun menggunakan mobil kol buntung.
Setelah sampai kami langsung berlatih. Sungguh di sini sangat panas membuat kami kegerahan. Acaranya pun di mulainya sangat lama. Membuat kami kesal.


____

Ada cerita lucu dibalik kekesalan kami. Kemarin malam Debi cerita padaku tentang sebuah kejadian yang menimpanya. Ya, semua tahu kalau dia itu ketinggalan di Kantor Departemen Agama. Dia terpaksa mengikuti pawai bersama para santri putra.

The Holy Prison (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang