07. Aku, kamu dan dia

126 16 28
                                    

Eunha pergi meninggalkan Chaeyeon yang terdiam setelah mereka membicarakan Jaehyun, ia masihlah belum puas untuk terus membuat Chaeyeon merasa tertekan sebelum hubungan mereka hancur. Kini ia berjalan dengan tangannya yang ia masukan kedalam saku jas almamaternya melenggang penuh kepercayaan diri sampai seorang lelaki menarik lengannya kasar membawanya menuju ujung lorong yang terlihat sepi.

"Apa mau mu?" tanya Eunha sedikit ketus pada lelaki di depannya.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu," kata lelaki itu.

"Maksudmu apa sih, Mingyu?" kesal Eunha.

"Kau mengusik Chaeyeon itu berarti kau mengusik ku." Penuh kepercayaan diri Mingyu melirik tajam pada Eunha.

"Oh ... Jadi kau menyukainya?" tanya Eunha to the point namun Mingyu hanya diam memainkan rahangnya.

"Seharusnya kau berterima kasih padaku kalau sampai mereka putus aku kembali pada Jaehyun dan kau bisa mendekati Chaeyeon," ucap Eunha bangga membusungkan dadanya sementara tangannya masihlah berada dalam saku.

"Cuih! maaf saja aku bukan orang picik seperti mu." Menatap remeh perempuan yang ada di depannya baginya sungguh sangat kotor ketika mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan cara seperti itu.

"Huh? Kau menyebutku picik lalu apa dengan dirimu? Kau bahkan lebih buruk dariku kau bahkan—"

Belum sempat Eunha menyelesaikan perkataannya, mulutnya sudah dibungkam oleh bibir seseorang membuatnya geram dan langsung mendorong dada bidang itu menjauh sampai tautan mereka lepas.

"Berhenti berbicara itu tak berguna," kata Mingyu yang langsung beranjak akan meninggalkan Eunha.

"Sialan! DASAR BRENGSEK KAU!!! SE-ENAKNYA SAJA MENCIUM SESEORANG!" Eunha benar benar marah dirinya kemudian mengelap bibirnya dengan punggung tangan lalu segera berlari ke toilet untuk membasuh bibirnya menggunakan air.

"Sebenarnya yang kau ingin kan itu Jaehyun apa Mingyu?" tanya eorang perempuan yang berada di sampingnya, ia sama sekali tak mengenal orang itu maka Eunha hanya mendelik acuh.

"Bukan urusanmu," ucap Eunha sarkastis.

"Dasar jalang!" Eunha yang hendak pergi langsung menghentikan langkahnya dirinya merasa tak terima dengan apa yang dikatakan perempuan tersebut.

"Apa katamu?"

"Kau selalu menempeli Jaehyun tapi berciuman dengan Mingyu di lorong sepi," kata perempuan itu mencoba memancing amarah Eunha.

"Huh? aku dan Mingyu tak pernah ada hubungan khusus kami hanya sekedar teman namun pengecualian untuk Jaehyun aku dan dia saling mencintai kami pernah pacaran dan asal kau tahu kau bukan siapa siapa dalam hidupku jadi jangan usik masalah pribadiku mau aku dengan Jaehyun atau pun Mingyu kau tak berhak mengomentari ku memangnya kau siapa mereka?" ucapan Eunha sungguh sangat membuat Somi terdiam ia merasa skakmat bahkan tak bisa membalas perkataan Eunha yang sekarang sudah pergi meninggalkannya sendiri di toilet ternyata Eunha sangat sulit untuk dilawan tak seperti Chaeyeon yang dengan mudah bagaikan merobek kertas.

Eunha sama sekali tak takut dengannya memangnya siapa orang tersebut? Dilihatnya ia cukup akrab dengan Jaehyun apa benar ia mantan pacarnya Jaehyun? tanya Somi dalam pikirannya.

『••✎••』


Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam di luar hujan namun Jaehyun masih kesulitan untuk memejamkan mata, pikirannya masih melayang memikirkan Chaeyeon yang menangis memeluknya ketakutan seperti Chaeyeon benar-benar tak ingin kehilangannya.

Drrrrt drrrt

Ponselnya bergetar ada telpon dari Eunha, awalnya Jaehyun tak berniat untuk mengangkatnya namun Eunha terus menelponnya sehingga iapun mengangkatnya.

["Jae ..."]

"Iya, Eun ada apa?"

["Aku ingin bertemu denganmu."]

"Hah? Ini sudah malam Eun diluar juga hujan."

["Tapi aku sudah ada di depan rumahmu."]

Mendengar hal itu dengan cepat Jaehyun menghampiri jendelanya membuka gorden dan ternyata benar dilihatnya Eunha yang hujan-hujanan dengan ponsel yang berada di telinganya dengan cepat ia membawa payung dan berlari keluar.

"Kenapa hujan-hujanan kau bisa sakit, Eun," ucap Jaehyun khawatir sembari memayungi Eunha dan dirinya.

"Kau masih mengkhawatirkan ku, Jae?" tanya Eunha menatap Jaehyun.

"Tentu saja aku khawatir denganmu."

"Tapi aku bukan siapa-siapa mu, Jae." Eunha menangis di tengah hujan bersyukurlah hari ini hujan dapat menyamarkan air matanya sehingga ia tak terlalu terlihat menyedihkan di depan Jaehyun.

Jaehyun terdiam harus mengatakan apa lagi dirinya merasa bersalah pada Eunha entah kenapa dirinya merasa mengingat masa lalu, namun ia segera menepisnya tak baik biarkanlah masa lalu berlalu dengan semestinya.

"Eun, ayo masuk keringkan bajumu disini dingin." Jaehyun memelas penuh harap ia tak ingin Eunha sakit karena dirinya.

Eunha menurut memasuki rumah Jaehyun pelayan membawanya untuk mengeringkan badan bahkan dirinya sudah menganti pakaian dengan yang kering dan pakaian itu miliknya sendiri ternyata Jaehyun masih menyimpan beberapa pakaian miliknya di rumah ini karena dulu saat mereka masih berpacaran sering kali Eunha menginap di sini.

"Kau baik baik saja, Eun?" tanya Jaehyun khawatir ketika Eunha sudah keluar dari kamar tamu.

"Menurutmu apakah aku terlihat baik?" Eunha malah balik bertanya pada Jaehyun, ia merasa bingung atas sikap Jaehyun yang masih peduli dan perhatian padanya.

"Ku harap kau baik baik saja." Jaehyun tersenyum membuat Eunha merasa jengkel bukannya senang.

Menghela napas berat Eunha menatap Jaehyun dengan intens, tatapannya penuh harap ia benar-benar ingin kembali pada Jaehyun memulai semuanya dari awal, namun sepertinya hati Jaehyun telah hilang untuknya membuatnya merasa ingin menangis.

"Jae, sepertinya aku akan kembali ke Jepang," ucap Eunha mantap.

"Hah? Eunha kau baru saja kembali kesini dan sekarang kau ingin pergi lagi?" Jaehyun terlihat kecewa dan tak rela.

"Untuk apa aku disini? Aku tak punya alasan untuk menetap satu satunya alasanku cuma kamu Jae. Tapi ... Huh sudahlah aku datang kesini hanya ingin mengatakan perpisahan dan semoga kau bahagia, Jae." Eunha beranjak pergi namun langkahnya terhenti ketika Jaehyun memeluknya dari belakang membuat jantungnya kembali berdetak dengan cepat bahkan senyumannya kembali tumbuh ia benar-benar merasa senang.

"Ku mohon jangan pergi lagi." Dugaannya benar, Jaehyun masih mencintainya dan seterusnya harus mencintai sama halnya dengan dirinya.

"Jae, aku tidak akan pergi asal kamu harus melepaskan Chaeyeon." Tiba-tiba saja pelukan Jaehyun terlepas membuat Eunha kebingungan.

"Aku tidak bisa."

"Kenapa? Kamu egois, Jae kamu melarang aku untuk pergi tapi kamu masih mempertahankan Chaeyeon? LALU AKU ARTINYA APA BUAT KAMU?" Eunha menangis air matanya tumpah sekuat-kuatnya, ia masihlah seorang perempuan yang memiliki hati sangat rapuh.

Jaehyun kelabakan harus bagaimana dirinya benar benar tak mau Eunha kembali pergi dan boleh jujur ia masihlah menyayangi Eunha sepenuh hati tak ada yang dapat menggantikan Eunha dalam hatinya.

"Kau sangat berarti bagiku, Eun." Jaehyun kembali memeluk Eunha yang menangis mencoba menenangkan ia akan mencoba bicara ketika Eunha sudah lebih tenang.

"Jae, kumohon jangan tinggalkan aku."

"Harusnya aku yang berkata seperti itu."

***

BERSAMBUNG

Fake Love | JaeYeon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang