2

8.3K 331 13
                                    

Sebuah mobil Lamborghini merah memasuki Universitas Gajah Muda menuju gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan berhenti di halaman parkirnya. Ryo Hernawan keluar dari mobil, menggunakan kemeja biru dongker lengan pendek dengan celana jins hitam dan sepatu espadrilles warna abu-abu. Dia mengambil tas ransel hitamnya dan menaruhnya di bahu kiri, menutup pintu mobilnya kemudian berjalan menuju kantin.

Fakultas ekonomi dan bisnis alias FEB ini memiliki dua kantin, satu berada di dekat parkiran dan yang lainnya berada di roof top gedung B. Kantin yang di dekat parkiran atau sering disebut kantin pojok, karena letaknya yang berada di ujung kampus, memiliki 5 stand yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Mulai dari cilok, batagor, siomay, seblak, bakso, nasi goreng sampai steak ada di sana. Di depan masing-masing stand berjejer rapi meja dan kursi yang biasa digunakan mahasiswa dan mahasiswi untuk makan, nongkrong godain gebetan bahkan diskusi tugas. Saat ini kantin tidak terlalu ramai, karena jam masih menunjukkan pukul 08.30 yang berarti masih ada banyak kelas yang sedang berlangsung. Di bagian ujung kantin sebelah barat, tepat di depan stand Emak Temi, Kaka dan Ibra bersama beberapa temannya berkumpul. Ryo yang melihat teman-temannya pun menghampiri mereka.

"Bro," sapa Ryo menepuk bahu Kaka kemudian duduk di bangku kosong di sebelah Kaka.

"Eh si bos dateng. Seger amat nih bos," sahut Kaka sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Kagak keliatan ye kalo abis patah hati ditolak cewek," ejek Ibra sambil melahap lontong sayurnya.

"Taiy lo," maki Ryo kemudian mengeluarkan handphonenya. "Gak ada kelas emang lo, Bra?" tanyanya heran melihat Ibra malah asik makan di kantin.

"Ada sih, tapi telat gue tadi. Ya udah sarapan aja dulu lah," jawab Ibra santai.

"Lagian lo Bra, lo anak mesin malah nongkrong di ekonomi mulu. Balik sono ke habitat lo," usir Kaka masih asik dengan rokoknya.

"Di mesin jarang ada cewek, bro. Ya kali masa gue liat batang mulu. Bisa bintitan gue," sahut Ibra lalu melahap suapan terakhir makanannya.

"Mending lo yang bintitan lah. Dari pada gue yang bintitan ngeliatin lo mulu. Nggak di cafe nggak di kampus liatnya lo lagi lo lagi," sungut Kaka kemudian menghembuskan asap rokok ke hadapan Ibra yang duduk di hadapannya itu.

"Anjir masa ganteng gini bisa bikin bintitan," protes Ibra kemudian menyalakan rokok. "Eh ada Dinda tuh Yo," kata Ibra saat melihat seorang perempuan cantik yang baru saja masuk ke kantin. Hampir semua mata laki-laki di kantin menatap Dinda, si primadona kampus FEB. Kecuali Ryo yang duduknya membelakangi Dinda.

Dinda yang mengenakan kemeja putih kebesaran dengan celana jins biru dan flat shoes hitam terbuat dari beludru hari ini nampak cantik walaupun hanya menggunakan make up tipis dan rambut dibiarkan tergerai. Bersama dua orang sahabat setianya, Risma dan Fani, sedang memilih akan makan apa. Sampai matanya menemukan sosok Ryo yang duduk di pojokan, membelakanginya. Dinda pun tanpa ragu mendekat ke bangku Ryo.

"Hai Ryo," sapa Dinda saat berdiri di belakang Ryo.

"Eh ada Dinda. Cakep amat neng hari ini." Ibra mulai menggoda sambil menikmati rokoknya.

"Makasih," jawab Dinda sambil tersenyum ramah. "Ryo ada kelas nggak?" tanya Dinda ke Ryo dengan suara manjanya.

"Ada ntar jam 10. Kenapa Din?" sahut Ryo tanpa menoleh, sibuk dengan game di hapenya.

"Yahhh... Pengen jalan nih," kata Dinda sambil mengusap lengan Ryo.

"Jalan sama gue aja yuk Din. Gue nggak ada kelas lagi nih," Ibra menawarkan diri.

"Ogah. Maunya sama Ryo aja," tolak Dinda sengit. Sementara Ryo nggak merespon.

"Yah ditolak gue. Sakit neng abang diginiin," rengek Ibra sambil mengusap dadanya pura-pura sakit yang disambut tawa Dinda.

When You Love Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang