3

6.9K 330 6
                                    

Keesokan harinya, pukul 07.00 mobil Lamborghini Ryo sudah parkir di parkiran kampus FEB, sementara sang pemilik sudah duduk manis di depan stand Emak Temi yang bahkan belum buka. Padahal hari ini Ryo nggak ada jadwal kuliah sama sekali. Ryo duduk sendirian menghadap ke gedung A di seberang kantin. Berharap orang yang ditunggu segera muncul. Matanya tajam mengawasi sekeliling, takut melewatkan sesuatu.

Kampus masih sepi, karena perkuliahan biasanya dimulai pukul delapan. Di kantin hanya ada Ryo dan 4 orang mahasiswa dan mahasiswi, yang Ryo tau mereka adik tingkatnya di jurusan manajemen bisnis, sedang sibuk berdiskusi tentang tugas mereka nggak peduli dengan Ryo yang keliatan gelisah sejak mereka datang. Bagi mereka tugas yang deadline-nya sudah mepet lebih penting daripada kakak tingkat ganteng yang sendirian di pojokan.

Semakin lama kampus mulai dipenuhi orang, para mahasiswa-mahasiswi dan dosen bahkan para pemilik stand kantin mulai nampak lalu lalang. Stand Emak Temi pun mulai buka.

"Tumben udah di sini bang?" tanya Emak Temi yang baru datang sambil membuka pintu standnya. Barang belanjaannya ditaruh di lantai dekat kakinya.

"Iya Mak. Bangun kepagian tadi," jawab Ryo asal. Melihat si Emak kewalahan membawa belanjaan, Ryo pun berinisiatif membantu. Diangkutnya belanjaan Emak ke dalam dan menaruhnya di meja dekat kompor.

"Eh makasih lho Abang ganteng," kata Emak Temi tulus. "Kopi item mau?" Emak Temi menawarkan minuman kesukaan Ryo.

"Boleh deh Mak." Ryo mengiyakan lalu kembali duduk di bangkunya tadi dan memandang sekelilingnya lagi. Mencari sosok yang sedari tadi ditunggu.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan, kantin masih sepi tapi parkiran sudah mulai penuh. Tanda bahwa sudah banyak manusia di kampus. Tapi dia yang dicari Ryo masih belum keliatan ujung rambutnya. Ryo mulai merasa bosan. Diambilnya handphone dari saku celananya. Ada tujuh chat masuk, dari Siwi, Dinda, Sandra, Airin, Bella, Kinan dan Mama. Ryo mengabaikan chat dari gadis-gadis yang Ryo yakin hanya sapaan genit atau ajakan kencan, lalu membuka chat dari Mamanya.

Mrs. Hernawan : Ryo, jangan lupa nanti sore jam 3 anterin mama ke butik ya sayang. Klau sanpai lupa, nama kamu mama coret dari daftar warisan.

Ryo tersenyum membaca pesan dari mamanya itu. Mana mungkin Mama tega menghilangkan ahli waris satu-satunya, anak ganteng kesayangan lho ini.

Ryo Hernawan : siap Kanjeng ratu.

"Ini kopinya Abang ganteng." Emak Temi meletakkan pesanan Ryo di meja. Secangkir kopi hitam panas dengan aroma khas langsung tercium, menggoda iman.

"Makasih Mak," kata Ryo mengalihkan pandangannya dari handphone ke Emak Temi, lalu tersenyum ramah.

"Kok sendirian aja bang? Si Abang genit mana?" tanya Emak Temi mencari Ibra yang emang selalu genit ke para wanita cantik.

"Dia kan anak mesin Mak. Lagi di kampus mesin kali," jawab Ryo menjelaskan.

"Ah iya sampe lupa emak kalo si Abang genit anak mesin. Tiap hari liat muka dia mulu dimari," sahut Emak Temi lalu duduk di bangku depan Ryo. "Kalo Abang Adek?" Giliran Kaka yang dicariin si emak. Abang Adek plesetan dari Kakak Adek, suka-suka Emak Temi lah manggilnya.

"Nggak tau Mak. Nggak bareng tadi." Ryo masih menanggapi dengan ramah.

"Abang ganteng gelisah mulu dari tadi. Nungguin siapa?" tanya si Emak yang penasaran nggak biasanya seorang Ryo sudah berada di kampus dari pagi.

"Nyari cewek ini Mak. Dari tadi ditungguin belum keliatan," jawab Ryo jujur.

"Eh emang udah nggak ada cewek yang mau sama Abang ganteng, kok si Abang malah nyari cewek gini?" Emak Temi makin penasaran.

When You Love Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang