11

4.2K 194 4
                                    

Ryo duduk di bangku kantin, di depan stand Emak Temi. Mukanya terlihat cemas. Pandangannya berkeliling ke sana sini, menjelajahi setiap sudut kantin. Dia sedang mencari seseorang.

"Lo kenapa sih?" tanya Ibra yang jengah melihat kelakuan Ryo.

"Liat Dinda nggak Bra?" Ryo balik bertanya.

"Tumben nyariin Dinda? Kanna mau ditaruh mana?" sindir Ibra.

"Gue nyariin Dinda juga gara-gara Kanna," sahut Ryo sedikit keras.

"Eh gimana maksudnya nih?" Ibra semakin bingung.

"Kanna kena teror. Gue baru tau kemaren. Dan teror kemaren paling parah asli. Emosi gue ngeliatnya," kata Ryo. Matanya masih melihat sekeliling.

"Cerita yang jelas deh. Ini teror apaan? Kenapa lo sampe emosi gini?" Ibra jadi kesel dengerin penjelasan Ryo yang nggak jelas.

"Empat hari belakangan, ada orang yang neror Kanna. Mulai dari SMS ke hapenya, telpon tanpa suara pas tengah malem, kirim paket boneka yang udah dimutilasi, surat kaleng yang ditulis pake darah, dan yang terakhir Kanna dapet kiriman bangkai anak ayam." Ryo bercerita sambil memandang wajah Ibra.

Ibra kaget. Mengernyit jijik saat Ryo mengatakan bangkai anak ayam.

"Terus apa hubungannya sama Dinda?" Ibra masih penasaran.

"Lo tau sendiri kelakuan Dinda ke cewek-cewek yang deketin gue gimana kan," jawab Ryo yang dibalas anggukan oleh Ibra.

"Dan gue tanya ke Kanna, dia kenal nggak sama Dinda. Kanna jawab nggak kenal, tapi Dinda pernah nyamperin dia di kampus. Dan bilang jangan deketin gue lagi." Ryo menjelaskan lagi.

"Sakit emang tuh cewek. Gue udah feeling rada geser itu otaknya," komentar Ibra.

"Tapi kalo lo diajakin jalan sama dia juga mau," sindir Ryo.

"Terpaksa kali. Daripada ntar gue dapet kiriman bangkai gitu." Ibra bergidik ngeri. "Eh itu ada Risma," tunjuk Ibra pada seorang cewek yang baru masuk kantin.

Ryo pun langsung mendatangi Risma yang sedang memesan bakso di stand Bang Jay.

"Ris, Dinda mana?" tanya Ryo tanpa basa-basi.

"Eh Ryo," Risma kaget Ryo mendatanginya. "Gue nggak tau. Belum ketemu hari ini," jawabnya gugup.

"Kalo ketemu bilang gue nyariin. Suruh ketemu gue," pinta Ryo lalu pergi. Nggak peduli Risma memandangnya takut.

Seharian Ryo mencari Dinda, tapi belum ketemu. Di kantin nggak nongol. Di kelas nggak keliatan. Di perpustakaan nggak ada. Handphonenya pun nggak bisa dihubungi, mati. Ryo segera memacu mobilnya. Dia yakin Dinda ada di tempat itu.

Setengah jam kemudian, Ryo memarkirkan mobilnya di basemen sebuah cafe yang terletak di salah satu hotel. Dia kemudian turun dari mobil dan memasuki cafe itu. Hari belum terlalu malam, matahari bahkan baru saja tenggelam. Suasana cafe masih sepi. Ryo berdiri di depan pintu, mengedarkan pandangan lalu berhenti di satu titik.

Ryo melangkahkan kakinya ke dalam. Melewati beberapa meja yang kali ini tanpa penghuni.

"Dinda, ikut gue!" pinta Ryo tegas. Matanya menatap tajam Dinda yang sedang tertawa bersama Risma dan Fani.

"Ryo," Dinda kaget mengetahui Ryo berdiri di hadapannya, dengan mata marah. "Eh hai. Kok lo di sini?" tanya Dinda dengan manja. Berpura-pura nggak takut.

"Ikut gue!" bentak Ryo lalu pergi menjauh.

Dinda memandang Risma dan Fani bergantian, meminta pendapat. Mereka berdua hanya menggeleng, ketakutan. Akhirnya Dinda berdiri dan mengikuti Ryo yang sudah berjalan jauh di depannya. Ryo masuk ke mobil dan meminta Dinda mengikutinya masuk. Dinda hanya diam dan menurut.

When You Love Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang