Jika Kamu Tau

Prolog

Hari ini merupakan hari bersejarah buatku. Yang hanya akan aku rasakan hanya sekali dalam seumur hidupku. Setelah 10 tahun saling kenal dengan sosok Arif. Akhirnya kita mengikrar untuk menjadi teman hidup. Rona bahagia tak bisa aku bendungi. Di depan penghulu juga ayah ku. Arif berjabat tangan melakukan ijab-qobul. Aku yang masih dalam kamar hanya bisa melihat ronah wajah kelegaan dari arif yang aku lihat dari CCTV. Bulir kehangatan air matapun menetes begitu saja di kedua tebing pipi aku. dengan rasa syukur yang ada, atas kebahagian yang aku rasakan. Aku memanjatkan doa pada Allah. Atas kelancaran akad nikah aku dan Arif yang berjalan dengan lancar untuk selanjutnya melewati brahtera rumah tangga.

Sosok perempuan yang selama ini telah mendidik aku dan membesarkan aku dengan segala keterbatasaanya. Memasuki kamar aku, dengan rona kebahagiaan tak kalah dariku, menghampiri aku. kemudian memeluk aku dengan hangat kita berdua masuk dalam suasana haru yang tercipta.

Siska melepaskan pelukan anak perempuannya. "sayang, ayo. Suami kamu udah nungguin kamu."

Mirna hanya menjawab dengan sekali anggukan kepala. Menggemgam tangan ibunya untuk sama-sama berjalan keluar dari kamarnya. Menemui sosok laki-laki yang kini sudah sah menjadi imamnya. Dengan debaran jantung yang dua kali memompa lebih cepat, aku menuruni anak tangga. Terlihat diujung sana. Arif sudah menunggu dengan seulas senyuman. Dari kejauhan dia tampaknya sudah terpukau dengan penamilanku di hari bahagian ini. sesampainya aku disamping Arif. Arif menggemgam tanganku, kemudian menngecup punggung tanganku. Aku yang baru merasakan disentuh oleh lawan jenis. Seperti ada setrum yang menjalar.

Aku dan Arif pun saling memasangkan cincin. Arif serahkan mahar pada aku, sejumlah uang 10 juta juga, mas 100 gram. Sang ptografer pun menjalankan tugasnya mengabadikan momen indah itu. Agar hanya tidak indah dalam ingatan kita, tapi terabadikan juga lewat sebuah gambar.