Bab 13

8 6 0
                                    


Instanbul, Turki 2015

Mirna yang baru selesai mandi. Bersiap-siap ke kampus, ada notifikasi pesan singkaat dari Arif. Dengan tersenyum Mirna membaca isi dari pesan singkat Arif.

Arif :

Pagi ini aku mau ajak kamu sarapan di taman belakang kampus.

Mirna :

Oke, aku mau bawa jus jeruk kesukaan kamu yah.

Arif :

Ga usah. Aku udah sipin semuanya.

Selesi mengoleskan lipstik berwarna nude ke bibirnya. Mirna menyambar tas di atas kasurnya. Lalu mengambil coat coklat kesayangannya. Terakhir sebelum keluar, di depan pintu Mirna memakai sepati ket.

«««

Sesampai di taman belakang kampus. Mirna terpanah dengan semua yang sudah Arif siapkan untuk sarapan paginya.

"Rif, ini kita mau piknik yah?."

Arif dengan santai tanpa mempedulikan oang-orang yang berlalu-lalang dengan tatapan aneh. "emang kenapa, kamu ga suka kalau sarapan disini?."

"bukan gitu, kamu ga malu apa. Orang-orang pada liatin kita aneh."

Selesai mengmaparkan tikar, menata makanan di atasnya sepeti. Jus jeruk, kopi mocaino kesukaan Mirna, kebab, juga beberapa buah. "biarin aja." Jawab Arif santai.

"yuk, kita mulai." Arif terlebih dahulu duduk. Sedangkan Mirna masih berdiri mematung. "oh, kamu nggak mau makan."

"iya, iya aku makan." Mirna ikut duduk disebelah Arif. "kamu tuh yah. Untuk apa siapin sarapan seheboh ini. Ga malu apa jadi pusat perhatiaan banyak orang." Mina mengambil cup kopi mocacino nya.

"nggak, karena aku seneng ngelakuin apa aja. Asalkan ada kamu disamping aku."

Mirna hanya bisa terenyum mendengar kata-kata manis itu dari mulut Arif. Sedangkan Linda yang ada jauh disana hanya bisa menyaksikan momen menyajat hatinya di ujung koridor. Dengan mengepalkan tanganya, hatinya sudah memanas sampai ke kepala.

Ayaz yang melihat Linda hanya bisa memedam amarahnya. Ayaz menghampiri Linda dengan menepuk pundaknya. "sampai kapan kamu mau menyimpan ke amarahan kamu itu."

Di hadapan Ayaz. Linda tidak bisa menahan air matnaya lagi yang akan jatuh. Hanya di hadapan Ayaz Linda bisa jujur betapa rapuh hatinya dalam menghadapi namanya cinta. Matanya sudah memerah, dengan tersedu-sedu. Linda memukul-mukul dada bidang Ayaz untuk melapiaskan amarahnya. "mereka jahat, kenapa mereka ga pernah ngertiin perasaan aku Yaz. Kenapa selalu aku yang di sisihkan."

Ayaz menghentikan pukulan tangan Linda di dadanya dengan memegang kedua tangan Linda di depan dadanya. Pandanganya begitu dalam ke bola mata Linda. Dengan lembut Ayaz menghapus air mata Linda. Dengan ibu jarinya. "Linda, berhenti untuk selalu terfokus pada cinta kamu yang tak terbalaskan. Beri aku kesempatan untuk mengisi ke kosongan hati kamu, juga izinkan aku mengobati setiap sakit yang kamu rasakan." Dalam beberapa detik, mereka terpatung dengan posisi tangan kanan Ayaz ibu jarinya menghapus air mata Linda. Sedangkan tangan kananya memegang kedua tangan Linda menjadi satu kepalan.

«««

Selesai jam pelajaran. Mirna, Arif, Mirna. Ke kantin untuk mengisi perutnya yang lapar. Setelah energinya terkuras untuk mencerna semua materi pelajaran selama 2 jam di kelas.

"Lin, Mir, mau pesen apa. Biar aku yang pesenin." Tanya Arif.

"terserah kamu deh. Samain aja." Jawab Linda.

Arif menuruti apa kata Linda, berjalan ke kasir untuk memesan.

Saat dimeja hanya mereka berdua. Mirna mencondongkan badanya untuk kebuh dekat ke Linda. "Lin, aku mau tanya satu hal ke kamu."

"tanya apa?."

"tadi pagi, aku liat kamu sama Ayaz lagu berduan di koridor. Sebernya aku sama Arif mau panggil kalian berdua untuk gabung sarapan bareng. Cuman sarapan yang Arif bawa cuman sedikit."

"terus?."

"aku penasaran aja hubungan kamu sama Ayaz kaya gimana sih? kamu ko ga pernah cerita ke aku tentang Ayaz."

Linda tersenyum simpul mendengar pertanyaan dari Mirna. "aku sama Ayaz sejauh ini cuman temenan aja. Dia temen aku satu organisasi. Aku nyaman aja kalau sama dia, kita kalau ngobrol nyambung, kalau kamu pikir diantara kita ada hubungan yang spesial itu salah. Ngaco aja aku sama Ayaz bisa pacaran. Kita udah nyaman dengan hubungan pertemanan, mungkin bakal aneh kalau kita bisa sampai ke tahapan pacaran."

"kenapa nggak? Aku sama Arif kan berawal dari temenan. Dnegan naik status jadi pacaran malahan kita makin tau sikap asli kita masing-masing, kita makin terbuka, nggak ada lagi kata jaim-jaiman."

Linda menggemgam kedua tangannya dengan erat. Tanda amarahnya sudah di ubun. "gini yah Mir. Untuk masalah hati, aku yang paling tau apa yang akau mau, apa yang aku suka. Jadi kamu nggak usah repot-repot ikut campur dalam masalah hati aku."

"iya aku ngerti. Sebagi sahabat kamu, aku cuman bisa dukung apapun keputusan yang kamu ambil. Cuman aku rasa, kalau liat dari gerak-gerik tubuh kalian saat berduan di koridor, kayanya Ayaz punya rasa sayang ke kamu lebih dari cuman sekedar teman. Sedangkan kamu terlihat kiku. Iya kamu menganggap perhatian dari Ayaz cuman dari seorang sahabat. Tapi, apa salahnya kamu bersikap lebih terbuka untuk Ayaz. Aku ingin kamu juga cari kebahagian kamu."

"makasih Mir, kamu udah peduli sama aku. Kamu bener udah saatnya untuk aku besikap terbuka. Menerima orang yang dengan tulus mau mengobati setiap pilu yang aku rasa."

«««

Di jam pulang Linda berdiri di depan pintu gerbang kampus untuk menunggu Ayaz. Beberapa menit menunggu kedatangan Ayaz. Pada akhirnya laki-laki bermata mempesona dengan iris mata berwarna coklat, kumis yang tipis, juga sedikit brewok, hidung yang macung, alis yang tebal, tinggi badan 185 cm. Jika berdiri berdampingan dengan Ayaz Linda yang cewe Asia memiliki ukuran standar hinggi badan cewe asia 160 cm bila sedang berbicara denganya lehernya pegal harus mendongkak ke atas.

Dengan mengerutkan dahinya. Bulu alaisnya yang tebal terlihat menyatu. Ayaz menghampiri Linda. "ada apa?."

Dalam-dalam Linda melihat ke bola mata Ayaz. "Ayaz, kamu laki-laki yang baik. Maafkan kebodohan aku yang selama ini hanya terfokus pada satu titik delimitasi. Aku ciptakan garis batas diantara kita, tanpa pedulikan dan analisikan overlapping ini yang menyiksa badin disetiap rasa yang terselubung."

"jadi, mau kamu apa Linda." Tegas Ayaz "kamu sibuk dengan setiap pilu itu. Sedangkan aku orang yang peduli dengan kamu. Tak diberi kesempatan untuk masuk di hati kamu dan mengahapus setiap goresan pilu itu."

"sekarang aku mau menghapus zona delimitasi diantara kita. Aku akan mencoba membuka hati ini, agar kamu bisa sembuhkan pilu ini." jawab Linda dengan suara yang parau.

"kamu sangat manis dan menggemaskan. Kalau sedang melankolis." Dengan menekan hidung Linda yang pesek, Ayaz.

"aw, sakit tau." Keluh Linda, memegang hidungnya yang merah setelah di pencet oleh tangan Ayaz.

«««

Jika Kamu TauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang