Bab 14

9 5 0
                                    


Instanbul, Turki 2016.

Di bulan september hingga November Turki berada di musim gugur. Kebanyakan wisatawan yang suka akan sejarah. Saat ini adalah saat yang tepat untuk menikmati wisatawan museum dan bangunan sejarah di Turki. Dan untuk yang hobi fotografi seperti Arif maka, musim ini juga musim yang tepat, banyak sekali spot foto di Turki yang menawarkan keindahan menakjubkan selama musim gugur ini, paduan wana yang kaya beserta cuaca yang mendukung membuat sebuah mahakarya fotografi yang mengagumkan.

Seperti tempat saat ini yang sedang Arif dan Mirna jelajahi di Selasuk. Bagi penyuka sejarah Yunani dan Romawi kuno, objek yang terkenal di kota ini adalah kuil Artemis, Library of Celcius, Terrace House, dan The Great Theater. Tempat teater yang menampung hingga 25.000 penonton. Keistimewaan teater yang sempat berfungsi sebagai panggung drama dan arena gladiator ini adalah sistem akustinya.

Linda dan Arif seusai menikmati petunjukan teater.berjalan ke bagian paling atas. Arif mulai mengedarkan kameranya untuk mengabadikan suasana yang pas untuk dijadikanya objeknya. Sedangkan Mirna menikmati terpaan angin ke tubuhnya dengan memejamkan matanya. Karena hal yang paling benar dilakukan untuk menikmati dan meresapi betapi indahnya semesta yang tuhan ciptakan adalah dengan diam menghirup udara gratis mensyukuri mata karena masih diberi kesempatan untuk melihat hal yang indah darai bagian isi bumi ini. Tanpa Mirna sadari Arif menjepret kameranya ke arah dirinya yang tengah menikmati suasana indah ini.

Mirna membuka matanya lalu memukul lengan Arif. "apaan sih, main foto aja. Ganggu aja lagi nikmati suasana indah."

"maaf, soalnya objek disamping aku terlalu memukau. Sayang kalau tidak diabadikan."

"Rif, apa yang kita liat ini masih berupa inti dari bumi. Aku ga bisa bayangin isi dari kesuluruhan isi bumi ini kaya gimana kalau kita belah. Pasti masih banyak hal takjub yang tuhan ciptakan yang manusia belum tau keberadaannya."

Arif dan Mirna sama-sama mengedarkan matanya ke depan. "iya, manusia di beri bekal dengan akal dan pikiran yang sempurna. Seiring kemajuan teknologi begitu banyak ilmu baru ditemu oleh para ilmuan. Ilmu yang didapat harusnya menjadikan manusia selalu siap akan segala fenomena-fenomena aneh yang akan terjadi."

Mirna mengerutkan dahinya. "maksud kamu apa?."

"fenomena, dipertemukan aku dan kamu ini bagiku fenomena yang menggugah hati aku untuk selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan. Karena satu keputusan berpengaruh pada keputusan-keputusan selanjutnya. Dengannya aku mengambil keputusan untuk memiliki hubungan dengan kamu itu adalah hal yang tak bisa aku tolak."

Mendengar kata-kata manis dari Arif linda hanya bisa tersenyum simpul, menundukan kepalanya untuk menyembunyikan pipinya yang sudah memerah.

«««

Linda yang tengah berada di perpustakaan kampus. Bagi dirinya berdiam diri di perpustakaan berjam-jam sangat menyenagkan untuk melupakan setiap pedih di hatinya karena hingga kini dirinya belum bisa membuka hatinya untuk seseorang yang dengan tulus mau menyembuhi lukanya. Saat melihat postingan foto Arif dan Mirna di Instagramnya menyadari Linda. Kalau hatinya benar-benar sudah berkarat rasa pedih itu sudah terlapau batas hingga lapisan paling dalam.

Linda mencoba menutupi isakan tangisnya dengan menangkupkan buku di depan wajahnya. Sedangkan badanya terlihat teguncang menahan suara tangis. Seketika tangkupan buku didepan wajahnya terbuka seiring suara langkah kaki menghampiri mejanya. Linda terlonjak segera mnghapus air matanya.

"sudah aku kira, kamu pasti ada disini untuk menghibur diri kamu sendiri." Ucap Ayaz.

"mau apa kamu nyamperin aku disini."

"dari pada kamu murung diri disini. Aku mau ajak kamu ketempat yang bener-bener bisa lupin semua emosi di dada kamu itu. Yang udah lama kamu endapin sampai aku nggak tau cara cairin bekunya hati kamu itu." Ayaz menarik lengan Linda keluar dari perpustakaan.

«««

Dalam bahasa Turki, Pamukkale berarti katel kapas. Sebutan itu tersebut memang ada benarnya, karena objek wisata yang berada di kawasan Denizli ini menawarkan pemandangan bak di negeri dongeng. Kolam air panas yang berundak menjadi pemandangan utamanya.

Ayaz dan Linda merenam kakinya ke kolam air panas. Senyuman kecil tampak merekah di bibir Linda. Ada sedikit kepuasan di hati Ayaz membawa Linda ke Pamukkale. Setidaknya dirinya bisa melihat senyuman dari wajah murung Linda.

Saat mata mereka saling bertemu tak sengaja. Linda memudarkan senyumannya di hadapan Ayaz. "Ayaz, terimakasih atas usaha kamu untuk selalu membuat aku terhibur."

"tidak masalah kamu anggap usaha aku ini atau tidak. Aku akan menunggu sampai hati kamu sepenuhnya terbuka untuk aku. Diisni kamu bisa keluarin unek-unek kamu. dihadapan aku kamu tidak perlu berpura-pura tegar." Ayaz mencontoi Linda untuk mengeluarkan emosinya dnegan berteriak sekeras mungkin. "Aaaaaaaaaaaaaaaa." Sekarang giliran kamu.

'Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa." Yang awalnya hanya berlinag air mata tetesan selajutnya airn matanya keluar lebih deras. "aku benci kalian, kenapa kalian yang nggaj pernah ngetiin perasaan aku." tubuh Linda ambruk. Mukanya tenggelam di bahu Ayaz yang tegas memberinya sandaran. Setelah puas menumpahkan air matanya, Linda mengangkat kepalanya dengan berat, matanya yang sudah sembab. "maaf, baju kamu jadi basah dengan air mataku."

"tidak apa-apa, apa sekarang kamu jauh lebih puas?."

Linda menjawab dengan menganggukan kepalanya. Ayaz mengeluarkan headset-nya berbagi dengan Linda untuk mendengarkan lagu bersama. Dengan posisi punggung mereka saling membelakangi terhanyut oleh alunan melodi musik. Mata mereka terpejam mendongkap ke atas membiarkan sinar matahari menyengat tubuh mereka.

«««

Hari sudah malam. Ayaz mengantarkan Linda pulang, sebelum membiarkan Linda masuk ke dalam apartemennya. Ayaz memegang kedua tangan Linda dengan tatapan yang dalam penuh sayang ke dalam bola mata Linda.

"kamu kenapa menatap aku seperti itu?."

"Lin, sampai kapan kamu nggak ikhlas dengan hubungan Arif, Mirna. Kamu bilang mau beri aku kesempatan untuk memulihkan hati kamu. Ini udah satu tahun hubugan kita yang klise ini. Aku udah kerahin semua kemampuan aku untuk membut kamu bisa bahagian di sisi aku. Katakan apa yang membut nama Arif di hati kamu sulit untuk di hapus di hati kamu."

Linda menundukan kepalanya seketika badannya lemas. "maaf,"

"apa aku sebaiknya menyerah saja. Aku udah nggak tau harus memberikan kamu apa, agar hati kamu luluh."

"tidak, kesempatan itu masih ada untuk kamu. Memang sangat sukar untuk aku menghapus jejek-jejak nama Arif di hati ini. Sekarang kadar rasa sayang yang berlebih ke Arif sudah mulai memudar itu karena ada kamu di sisi aku."

Linda dan Ayaz saling bersitatap melempar senyuman. Dengan penuh sayang Ayaz mengusap puncak kepala Linda. "sudah malam. Sebaiknya kamu masuk."

"iya, makasih untuk hari ini. kamu juga hati-hati di jalan." Linda berbalik badan memasuki apartemennya. Sepeningalannya Linda. Ayaz terpatung sejenak masih merasakan momen-momen indah saat bersama Linda. Di dadanya meletup dengan rasa yang di nama kan jatuh cinta.

«««

Jika Kamu TauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang