Bab 12

7 4 0
                                    

Instanbul, Turki 2014

Linda yang tengah perjalan akan ke kampus tiba-tiba ponsel yang ada di saku celananya bergetar. Langsung saja Linda merogoh saku celannaya. Ternyata ada notofikasi pesan dari Mirna.

Mirna :

Linda, aku minta bantua dari kamu. Hari ini kamu nggak sibukan?

Linda :

Iya, aku lagi nggak sibuk ko, tenang aja.

Mirna :

Kalau gitu aku tunggu di taman kampus.

Linda :

Oke

Linda memasukan kembali ponselnya ke saku celannaya, kemudian memberhenikan busway yang lewat.

«««

Linda menghampiri Mirna yang tengah duduk bersender di bawah pohon taman belakang kampus. Sembari membaca buku di tangannya.

"nih, buat kamu." Linda mengodorkan cup milk shake stoberi kesukaan Liinda yang dia beli di kantin.

Dengan seulas senyuman Mirna menerima cup milk shake yang ada di tangan Linda."makasih."

Linda duduk disebelah Mirna dengan pandangan kedepan menegak kopi mocacino kesukaannya.

"Lin, pagi-pagi udah minum kopi. Perut kosong, di di isi sama kopi itu ga bagus tau."

"Yah, gimana lagi. Kalau tiap pagi gak minum kopi itu kaya ada yang kurang aja."

Mirna menaro buku dan cup milk shakenya di sebelahnya mencondongkan sedikit badannya ke arah Linda. "jadi, aku pengin buat kejutan di hari jadian aku sama Arif." Terang Mirna dengan pipi bersemu kemerahan menahan malu, ketika mengingat kembali pada 14 febuari tahun kemarin Arif mengungkapkan perasaanya.

"oke, kamu mau buat kejutan apa untuk Arif?." Tanya Linda dengan mata membulat penuh penasaran.

"aku mau kasih Arif kejutan yang sama kaya Arif kasih ke aku. saat dia nembak aku satu tahun yang lalu."

"maksudnya, kasih video dokumenter perjalananya kalian gitu?."

Mirna menganggukan kepalanya. "kamu tahu hari pertama aku dan Arif bertemu?."

"kapan?."

"kita pertama kali ketemu, saat kita ngurus beasiswa LPDP. Pembicaraan pertama saat itu. Arif bertanya mengenai alasan aku ingin mendaftar kuliah di Ankara. Alasan kita berdua untuk berada disini sangatlah bertolak belakang. Arif yang memiliki alasan logis karena ingin mengejar impiannya. Sedangkan aku dengan alasan kekanak-kanakannya ingin melihat empat musin yang gak pernah aku rasain kalau berada di Indonesia."

"iya, aku lihat begitu banyak perbedaan diantara kalian." Linda menghabiskan tegakan terakhir dari kopi mocacinonya.

"tapi, itu yang buat hubungan kita begitu seru. Arif nggak pernah memaksa aku untuk menghilangkan sifat kekanak-kanakan aku ini. Yang dia lakukan adalah menuntut aku dalam proses pendewasaan tanpa menggurui atau menghakimi aku. Kita sama-sama berproses itu yang membuat kita dengan banyaknya perbedaan tapi, kita bisa disatukan."

"yang aku liat sih, semenjak status kalian naik tingkat jadi pacaran. Arif yang dulu begitu pemurung dan selalu serius. Saat ada didekat kamu dia jadi ceria, gak boring. Biasanya tiap ketemu tuh sama Arif. Pasti yang diomongin yang serius semua. Nggak ada sisi bercanda dari dirinya."

"segitu parahnya dia?."

"kamu sih nggak tau Arif tuh kaya gimana. Aku udah kenal Arif dari SMA. Bikin dia untuk senyum itu susahnya minta ampun. Tapi, saat sama kamu dia kaya lepas aja nggak ada beban gitu."

Jika Kamu TauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang