====================================================================
Merekapun mengakhirinya, keduanya sama-sama menyukai lagu itu, Niall menaruh gitarnya disamping kaki piano, Kayla berdiri meregangkan otot-ototnya setelah bernyanyi. “Seharusnya dari tadi aku menawarkan ini, kau harus ikut ekskul music bersamaku dan others boys!” ajak Niall sambil berdiri meregangkan otot-ototnya.
=====================================================
“Of course I want, mengapa tidak sedari tadi kau bilang, jelek!” ejeknya, Niall hanya menatap gadis itu sinis, lalu mengajaknya keluar.
“Where we go?” Tanya Kayla yang menatap Niall kesal
“Kelas memanah” jawab Niall singkat.
Setelah berada di beranda kelas memanah, Niall memberikan beberapa keperluan untuk memanah kepada Kayla. “Aku tidak pandai bermain ini, sungguh” tolaknya.
“Sudahlah, biar aku nanti ajari” ucap Niall sambil mengajaknya masuk ke tempat latihan.
Kelas memanah ini ternyata cukup luas, ada satu ruang ganti, dan dua wc yang masing-masing satu diberanda dan didalam sini. Sisanya hanyalah ruang kosong yang terbuka untuk memanah, didepan terdapat papan sasaran, yang harus mereka berdua hadapi.
Kayla terlihat canggung dengan pemandangan seperti ini, Niall sudah 2 kali memanah dan hasilnya luar biasa mengenai yang merah! Sedangkan dirinya, hanya memegang alat panahnya dan tidak tahu harus bagaimana sampai ia mendapatkan tangan lembut yang mengajarinya memegang panah lalu mengarahkannya dan menembak meskipun hanya berjarak beberapa senti dari titik utama “lumayan untuk pemula” ucap sang pemilik tangan itu, Kayla menelusuri tangan itu dan mendapatkan Niall yang menatapnya. Kuakui jantungku sedang berdansa sekarang, batin Kayla sambil berpaling.
“Pegang disini. Ya. Arahkan panahnya, pegang kuat disini daaaan tembak!” perintah Niall sambil melepaskan tangan Kayla dari busur panah. “Tak sulitkan?” ucapnya tersenyum memegang tangan Kayla yang gemetar, Kayla menggeleng.
Kayla’s POV
“Pegang disini. Ya. Arahkan panahnya, pegang kuat disini daaaan tembak!” perintah Niall sambil melepaskan tanganku dari busur panah. “Tak sulitkan?” ucapnya tersenyum memegang tanganku yang gemetar, aku menggeleng.
Saat itu kutatap sedikit mata birunya yang bersinar dipantulkan cahaya matahari yang menyilaukan, matanya begitu indah, tatapannya kali ini lembut, mungkin selama dia date seperti ini ia lembut dan melunak, pikirku. Niall melepaskan tangannya dari tanganku, ia lalu lanjut memahanah seperti biasa, senyumnya mengembang ketika kami mengadakan pertarungan memanah dan yang kalah akan menggendong pasangannya sampai pada next date kita. Lucu bukan? Sebelumnya aku tak pernah sebahagia ini bersama orang, dan ternyata akulah yang kalah telak dengannya.
“Gendooonngg” manjanya sambil memperlihatkan matanya yang memesona itu, Oh Tuhan!
“Ngerengek banget sih jadi orang! Tahu tidak? Aku ini perempuan sedangkan kau laki-laki seharusnya kau yang menggendongku, Ni” ucapku cemberut memanyunkan setengah bibirku, hingga ia menyentil kuat bibirku membuat bibirku ini merasakan sakit.
“Tapi ini berbeda, ayolah kita sudah berjanji?” ucapnya mengingatkan.
Saat ini kami sudah berada didepan kelas memanah, Niall memberi saran pada kami, untuk masuk pada klub film yang berada 5 blok kelas dari kelas memanah ini, aku hanya mencibirnya kesal tidak mau. Saat tiba aku akan meninggalkannya, ia malah menggendongku dari belakang dengan menampilkan senyuman khasnya, tawanya meledak saat aku memukul dadanya.