Author’s POV
Day 1...
Setelah sekian hari menunggu, OSPEK universitas, akhirnya tiba juga, Kayla merenggangkan otot-ototnya setelah 6 jam tertidur diranjang, dan bersiap-siap mengikuti OSPEK, sejak mereka menjalani Fake Date dan berakhirlah sudah Dare dari Niall, semuanya sama saja. Niall sedikit pendiam sekarang, ia hanya akan berbicara jika ditanya, namun ia mudah sekali tertawa apabila hal lucu sedang terjadi.
Terik panas matahari mulai muncul seakan-akan siap untuk menerangi bumi, Kayla bersama teman-temannya tengah menjalani upacara pembukaan, dan Kayla membenci upacara. Waliyha hanya tertawa melihat Kayla meneduhi mukanya dengan tangannya, lalu dibentak oleh seniornya yang tak lain dan tak bukan adalah Niall sendiri. Kayla hanya cemberut dan menuruti saja apa yang dikatakan oleh senior mereka.
Panitia penyelenggara OSPEK memang murid semester akhir, meskipun tidak mengambil dengan sepenuhnya tapi tetap saja, acara OSPEK yang dikenali sebagai ajang mengerjai dan mendidik mahasiswa/i baru ini sangatlah menakutkan. Mahasiswa semester akhir hanya memberi bimbingan dan mengawasi mahasiswa semester 5 yang mengadakan OSPEK ini dengan seluruh tanggung jawab yang dilimpahkan pada mahasiswa semester 5 ini.
Setelah acara pembukaan selesai, panitia penyelenggara memperkenalkan diri mereka masing-masing. One Direction, ikut serta menjadi panitia penyelenggara. Suara riuh rendah saat perkenalan dimulai mewarnai acara itu, lalu setelah selesai dengan acara perkenalan, panitia menyuruh mereka untuk masuk kelas masing-masing. Kayla masuk kelas ‘Albert Einstein’ bersama dengan Ariel, sementara Gwen masuk kelas ‘Thomas Alfa Edison’, dan sisanya Waliyha dan Ellie masuk kelas ‘Mark Zuckenberg’.
Ariel merinding, saat pembimbing kelas mulai memasuki ruangan, ternyata pembimbing adalah, Niall yang tak lain dan tak bukan orang yang disukai oleh Kayla, beserta kedua bimbingnya Sheryl dan Adams, mahasiswa semester 5 jurusan tehnik.
“Tentu saja, Niall tidak berlaku kejam kepada kita, kan?” tanya Ariel sedikit berbisik, Kayla mengangkat bahu tidak tahu.
“Baiklah, semuanya, silahkan menaruh peralatan persyaratan yang sudah kami umumkan kemarin, siapa yang tidak lengkap, maju kedepan!” perintah Sheryl, Sheryl menyuruh Adams dan Niall untuk berkeliling memastikan bahwa tidak ada mahasiswa/i yang melanggar.
“Aduuh, Riel, kamu lihat ga kertas yang aku tempelin hasil karya seniku, disini?” tanya Kayla mencari-cari salah satu persyaratan, yang rupanya ketinggalan, Niall saat ini berhadapan dengannya tengah memeriksa perlengkapan persyaratan.
“Karya seni kamu mana?” tanya Niall menatap kejam Kayla, Kayla menelan ludahnya berat lalu menggeleng penuh harap agar tidak dihukum. “Kak, disini ada yang tidak bawa peralatan satu!” ucap Niall sambil mengacungkan jari telunjuknya. “Bawa dia kedepan!” perintah Sheryl sambil memeriksa absenan.
Setelah semuanya diperiksa, ternyata hanya ada dua orang yang tidak membawa peralatan, Kayla beserta Jonetha. Sheryl menatap mereka tajam lalu melayangkan pertanyaan “Kamu, Kamu Kenapa tidak bawa persyaratan dengan lengkap?”. Kayla dan Jonetha hanya tertunduk. “JAWAB!” bentak Sheryl mengangkat dagu Kayla dan Jonetha
“Anu Kak, Lupa” jawab Kayla
“Lupa kata kamu? Kalau kamu saat malam hari membereskannya, semuanya akan lengkap, tahu!” ucap Adams menimbrung, Sheryl mengangguk setuju. “Dan Kamu!” ucap Sheryl menunjuk ke arah Jonetha, “Aku melupakannya juga, Kak” lirih Jonetha
Sheryl mondar mandir dihadapan Kayla dan Jonetha memikirkan apa hukuman yang pantas bagi mereka berdua.
“Hmmm bagaimana, kalau kalian menyatakan cinta pada mereka berdua?” ucap Sheryl sambil menunjuk Niall dan Adams yang tengah senyum dengan sinisnya.