Akulah seorang musafir yang menapaki langkah pijak di jalan basah, kering, tandus, dan berpasir. Mencoba menjelajahi takdir sebagaimana syair-syair yang terukir pada lembar-lembar titik nadir.
Meski kerap rasaku kian getir, tak jarang hilang arah dan mengikuti embus bayu yang menerpa raga semilir demi semilir.
Penuh akan kelalaian dan mangkir hingga terjerembab dalam rasa khawatir yang menciutkan asaku dalam berupaya menyibak tabir-tabir yang tak mampu di urai oleh waktu yang bergulir
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi
Historia CortaFiksi, cerita pendek, narasi, quotes, cinta, patah hati, rindu, kehidupan