Sebelumnya di bab 05.......
"Udah berapa minggu lo nggak masuk kerja,atau lo mau gue pecat aja". Suara berat yang mengejutkan Diana
Suara berat yang membuat hari - hari Diana berwarna. Suara berat yang sangat Diana sukai dan tidak pernah bosan mendengarnya.
Diana pun menelan salivanya sendiri ketika menyadari disebelahnya sudah ada Alvaro yang sedari tadi melihat wajahnya tanpa ia sadari.
Melihat wajahnya kembali mengingatkan Diana akan pertemuannya dengan Alvaro pertama kali. Sungguh menyenangkan. sekaligus buat hati Diana dag, dig, dug nggak karuan.
"Hei lo kok malah bengong." Ucap Alvaro melambai - lambaikan tangan didepan wajah Diana yang sontak membuat Diana terkejut.
"eh - sorry sorry." ujar Diana melihat Alvaro dari ujung kepala sampai ujung kaki, tidak ada perubahan batinnya.
Alvaro tidak henti - hentinya menatap mata indah milik Diana, jantungnya mulai berfungsi tidak baik ia merasakan ada kupu-kupu yang terbang didalam perutmya. Geli. Sangat.
"Em- pake topengnya, disini diwajibkan." Alvaro pun mengambil topeng milik Diana yang sedari tadi dipegangnya.
Dengan gerakan yang bisa dibilang lambat,Alvaro memasangkannya di mata Diana.Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja.Bahkan hembusan nafas Alvaro dapat Diana rasakan.
Perlahan Alvaro mendekat dan mencium puncak kepala Diana, lebih tepatnya menghirup aroma mint dari rambutnya Diana.
"Sampai kapan pun wangi rambut lo tetap jadi candu buat gue."
Perkataan Alvaro benar - benar sukses membuat nafas Diana memburu tidak beraturan, tetapi di sisi lain Diana benar - benar merasakan kehangatan yang biasa ia dapatkan ketika bekerja di cafe milik Alvaro.
"Baru gue tinggalin 5 menit lo berdua udah mesra-mesraan." Teriak Nadine di tengah - tengah pesta yang cukup membuat mereka berdua terkejut. Beruntung saat itu musik pesta memang sangat kencang suaranya sehingga tidak mengundang orang lain melihatnya, terlebih lagi Faris.
Nadine pun hanya tertawa melihat ekspresi abang dan temannya ini.
"Kalo mau gaet, gaet aja bang keburu diambil orang." jail Nadine menyikut perut Alvaro.
Diana hanya melihat bingung "hah, mereka belum tau" , gumam Diana. Entah mengapa mengetahui kebenaran jika mereka berdua belum mengetahui hubungannya dengan Faris membuat Diana sesak.
Diana merasa sangat bersalah kepada Alvaro, entah mengapa.
"hah?, apaan sih lo." jitak Alvaro kepada Nadine yang disambut tawaan dari mereka berdua.
"Lo mabuk ya Din." Tanya Diana melihat tingkah aneh dari temannya.
"Nggak kok gue nggak minum." Tawa Nadine "Eh minum deng, setetes hahaha," lanjutnya sempoyongan.
Mendengarnya Alvaro hanya bisa mengurut dahinya, sudah berapa kali dia memarahi adiknya hanya karena hobi minum - minumnya.
"Minum gue mana?" tanya Diana kembali.
"Oh iya, gue lupa. Hehehe." Kali ini Nadine menjawabnya benar - benar sempoyongan. Dia sudah terlalu banyak minum
"Ck, bodoh. Lo minum berapa gelas? " Kali ini Alvaro yang bertanya disertai nada kesalnya
Nadine pun bertingkah seperti sedang berhitung dengan jarinya "Satu... Dua... Emmm... Satu botol hehehe."
Alvaro hanya bisa diam mendengarnya, jika ia memarahinya sekarang itu semua akan percuma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faris
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Diana alika klarista, wanita berusia 22 tahun ini tidak pernah merasakan keindahan didalam hidupnya Keluarga yang dia sayangi sudah hancur.Mulai dari bapaknya seorang narapidana, ibunya seorang pelakor dan kakaknya pemakai obat - obata...