Alasan

44 4 0
                                    

"Lalu menurutmu, kenapa aku memimpikan hal aneh kayak gitu?"

"Hm, kamu koma sehabis ketabrak tronton di taman di kawasan Gangnam, kan? Katamu di mimpimu kita berkumpul bersembilan juga berawal dari taman itu. Jangan-jangan..." Chan menggantung ucapannya sambil menatap Jun dengan serius.

Lelaki berjuluk vitamin ini karena semangatnya yang seperti anak anjing, berjalan mendekati ranjang pasien Jun.

"Jangan-jangan apa?" Jun penasaran dengan lanjutan perkataan Chan. Sampai-sampai dia mencengkram bahu Chan.

"Jangan-jangan ada sesuatu di taman itu." Chan beropini. Wajahnya terlihat yakin.

"Apa?"

"Mana aku tau, kan aku bilang jangan-jangan." Chan menggedikkan bahunya lalu

"Bagaimana kalau kita cari tau?" Jun terdengar antusias. Dia sampai melupakan infus yang menempel di tangannya.

"Ouch," ujarnya saat infusnya hampir lepas.

"Ih! Kamu ni!" Chan menggeplak kepala Jun dan memencet bel darurat.

Tak berapa lama beberapa perawat datang dan memperbaikin infus Jun. Terlihat dari selang infus, darah Jun naik lumayan banyak. Jun meringis kesakitan, sedang Chan cuma bisa memperhatikan dengan wajah khawatir.

"Habiskan infusnya dulu, baru dilepas," ujar perawat lelaki itu agak tegas. Wajahnya nampak lelah karena berjaga semalaman merawat pasien-pasiennya.

Selepas para perawat itu keluar, Chan lagi-lagi menggeplak kepala Jun.

"Ih! Chanie!" Jun mengelus kepalanya.

Chan hanya merengut dan menjangkau sekotak kue bolu kukus dari atas lemari.

"Udah, makan dulu, nanti kalau kamu idah sembuh total, kita ke taman itu."

"Beneran?" Jun tersenyum senang.

"Iya." Chan mengangguk lalu menggelengkan kepala. Jun lebih tua sebelas bulan darinya, tapi kadang Chan bingung, kenapa kelakuan Jun lebih kekanakan darinya.

Jun memakan kue bolu kukusnya dengan penuh semangat. Dia tidak sabar lagi ingin mengetahui apa alasannya dia jadi bermimpi hal aneh itu selama dia koma sebulan ini.

9 HEROESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang