Heartache

3.7K 302 534
                                    

Tatapan heran lagi-lagi diterima Lesley ketika bertemu dengan Miya di parkiran sekolah.

"Masih nganter jemput?" justru Alucard yang buka mulut duluan. "Katanya putus tapi masih berdua-duaan. Eh, bertiga malah sekarang ya pake bawa-bawa anaknya yang masih SD."

"Aku tuh udah SMP!" Harley langsung mencak-mencak.

"Tapi tingginya masih setara anak TK, Dek." sambar Miya polos.

Air mata deras bagai air terjun langsung membasahi pipi Harley. "Dasar pasangan nista! Aku nggak bisa diginiin! Aku mau pergi aja!" jerit Harley mendramatisir. Keseringan nonton ftv Anakku Bukan Anak Suamiku tapi Anak Tetanggaku.

"Hati-hati, Dek." Miya melambai. Alucard di sebelahnya tertawa terbahak-bahak.

"Awas, ya, Kak Miya aku bilangin Ayah!" ancam bocah micin tukang ngadu itu. Ia lalu berbalik, pergi menuju gedung Dawn Junior High School yang berada di seberang sekolah kakaknya. Harley tidak lupa salim pada Gusion, membuat Lesley kesal sendiri.

"Kok dia salim sama kamu tapi nggak sama aku, sih?!"

Gusion menyeringai penuh kemenangan walaupun dalam hati menangis karena terancam kehilangan 1000 diamond.

"Rapat dulu di ruang klub." kata Alucard pada Gusion yang langsung ditanggapi dengan anggukan. Alucard lalu mengecup pipi Miya, "Sampai ketemu nanti makan siang, Beb." pamitnya, lalu meloyor pergi.

Gusion sudah mendekati wajah Lesley, berniat mencium cewek itu tapi Lesley justru menamparnya.

"Asw." umpat Gusion pelan. Wajah campuran pasrah dan kecewanya agak membuat Lesley ngenes. Sedikit. "Yaudah. Aku duluan." pamitnya, lalu ikut ngeloyor ke arah Alucard pergi.

"Kalian balikan?" tanya Miya curiga, melipat lengannya di depan dada dengan wajah serius. Lesley menghela napas. Sepupunya ini sudah masuk mode interogasi dan itu menyebalkan baginya.

"Nggak." sahut Lesley cepat. Berjalan beriringan dengan Miya menuju gedung sekolah mereka.

"Lalu kenapa Gusion antar kamu dan Harley lagi?"

Cewek pirang itu menghela napas lelah. "Dia bahkan menginap di rumahku semalam."

"Hah?!" Miya merenggut lengan Lesley tidak sabar. "Kok bisa??"

"Ayah yang suruh." Lesley mendadak pusing. "Ceritanya panjang, deh. Ribet."

Untuk beberapa saat tidak ada respon dari sepupunya itu. Mereka berjalan beriringan dalam diam menuju kelas. Pelajaran pertama kelas mereka adalah Biologi Ibu Aurora. Lesley bertanya-tanya apa Miya sudah mengerjakan tugasnya karena ada beberapa soal yang belum ia jawab dan ingin ia diskusikan dengan Miya.

Diskusi sama nyontek beda tipis.

"Kupikir ada baiknya kamu jauhin Gusion, Les." kata Miya ketika mereka hampir sampai kelas mereka yang berada di ujung lorong lantai dua. "Alu bilang Gusion sempat ngedate sama Ruby."

"Aku tau, kok." sahut Lesley pelan. Ternyata memang benar. Gusion dan Ruby berkencan. Lesley sejujurnya penasaran namun setelah mendengar konfirmasi bahwa dugaannya memang benar seperti ini ternyata rasanya sesak sekali.

"Aku cuma nggak mau kamu sedih lagi." Miya meraih tangan Lesley. "Ada baiknya kamu menjauh sebelum dia menyakitimu lagi." Miya bisa melihat raut sedih di wajah sepupunya itu. Tapi bagaimanapun Miya merasa harus mengatakan ini semua. "Ruby kurasa menyukai Gusion. Dan nggak mungkin Gusion mengajak cewek itu kencan kan kalau dia nggak tertarik?"

Lesley menggigit bibir bawahnya. "Tapi, Mi... Dia bilang dia masih mau jaga aku. Cium aku. Peluk aku--"

"Lalu kenapa dia mutusin kamu?" potong Miya tidak sabar.

"Katanya karena aku bikin dia kesal..."

Miya menghela napas lelah. "Ley, dengarkan aku." mereka berhenti berjalan, Miya mengubah posisi mereka agar saling berhadap-hadapan. "Kamu dan Gusion sudah lima tahun pacaran. Itu bukan waktu yang sebentar." Lesley menunduk, Miya tahu cewek itu sedang menahan tangisnya. "Kalau Gusion memang sayang padamu, harusnya dia membicarakan apa yang ia rasakan padamu. Apapun itu yang membuatnya kesal, harusnya ia diskusikan padamu bukan malah seenaknya memutuskan hubungan kalian!"

Lesley terisak pelan. "Kalau Gusion benar-benar jadian dengan Ruby gimana, Mi?" tanya cewek itu dengan suara bergetar. "Aku masih sayang sama Gusion.. Aku nggak sanggup lihat dia sama cewek lain..."

Miya menghela napas panjang. Menarik sepupunya untuk ia peluk erat-erat. "Jangan ditangisi terus kenapa cowok kaya gitu." bisik Miya gondok. Lesley malah semakin menangis dinasehati seperti itu, membuat Miya jadi pusing.

***

Kalau ada yang paling Lesley sesali dalam hidupnya adalah mengapa ia dulu harus memberi kesempatan pada Gusion. Membuka hatinya untuk cowok itu. Lesley ingat bagaimana Gusion berjuang sangat keras untuk mendapatkannya dulu. Melakukan hal-hal manis hanya untuk menarik perhatian Lesley.

Cewek pirang itu menghela napas. Mengasihani dirinya sendiri yang walaupun berusaha bersikap tidak peduli, berusaha terlihat biasa saja tapi perasaan memang tidak bisa dibohongi.

Hari ini klub basket, klub cheerleader dan klub marching band berlatih bersama di lapangan outdoor sekolah. Lesley yang sedang istirahat dari latihannya bersama anggota cheerleader lain duduk di tribun penonton yang terletak di sisi-sisi pinggir lapangan. Di kejauhan bisa ia lihat Gusion dan Ruby sedang mengobrol akrab. Tampak sangat seru membicarakan sesuatu. Gusion sesekali tertawa, membuat semburat merah muncul di pipi Ruby.

Mereka kelihatan cocok. Lesley tersenyum tipis. Benar kata Miya. Sebaiknya ia menjauh sebelum hatinya tersakiti lagi.

"Haus?"

Wajah tampan berkeringat Claude tampak di mata Lesley ketika cewek itu mendongak ke asal suara. Lagi-lagi Claude mengangsurkan sebotol air mineral untuknya.

"Thanks, Claude. Aku bisa beli sendiri." tolak Lesley sambil tersenyum.

"Jangan kaku gitu, lah." sahut cowok itu. Duduk di sebelah Lesley sambil menaruh botol air di pangkuan cewek pirang itu. "Aku maksa, nih."

Lesley tertawa. "Ya udah. Makasi, ya..."

"Sama-sama, cantik." Claude mengedip genit membuat cewek di sebelahnya itu blushing sedikit.

"Eh, kalian tahu tidak Fifth Symphony bakal datang ke Land of Dawn!!!" jerit Odette disambut jeritan excited cewek-cewek cheerleader yang lain. Fifth Symphony adalah grup vokal dari luar negeri yang sangat populer terutama di kalangan para cewek. Termasuk Lesley Vance, simpul Claude. Ia bisa melihat bagaimana perhatian cewek itu tercuri setelah mendengar seruan Odette tadi.

"Kamu suka Fifth Symphony?"

"Eh." Lesley terlihat malu saat mengangguk. Wajah blushingnya benar-benar manis menurut Claude. "Suka."

Odette lalu dengan nyaringnya membicarakan detail kapan grup vokal itu akan mengadakan konser, di mana, juga lengkap dengan harga tiket yang cukup membuat yang mendengar tercengang. Tidak lupa cewek itu menambahkan informasi bahwa ia dan Lancelot sudah membeli tiket kelas VIP. Freya kemudian terdengar menjerit paling keras tentang ketidak adilan Tuhan.

"Mau nonton?" Claude tiba-tiba bertanya. Sedikit mengagetkan Lesley.

"Nonton apa?"

"Konser."

Cewek itu menggeleng pelan. "Aku lagi nabung, mau beli sesuatu." jelas Lesley. Claude bisa mendengar ada nada sedih di sana. Claude tersenyum.

"Nggak usah pikirin soal itu." katanya, lalu berdiri. "Kosongkan saja jadwalmu pas hari konsernya. Nanti kujemput."

"Tapi--" kalimat Lesley terputus ketika tiba-tiba Claude berlutut di hadapannya.

"Harus ada yang menghapus raut sedih itu kan dari wajahmu." bisik cowok itu. Sebelah tangannya menangkup wajah Lesley, mengusap lembut pipi cewek itu dengan ibu jarinya. "Beri aku kesempatan, oke?"

".......oke..."

Claude tersenyum lebar mendengar jawaban Lesley. Sama sekali tidak sadar ada yang mengawasinya di belakang dengan tatapan membunuh.

*** pengen buruburu tamat 😂🔫

makaciii yang udah baca komen n vote lovelovelove kaliaaaann ❤❤❤😚

Attention [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang