Hurt

3.5K 311 226
                                    

Ketika Lesley keluar dari ruang klub cheerleader ia sudah disuguhkan pemandangan dua cowok yang saling menatap satu sama lain. Claude dengan tatapan belagunya dan Gusion dengan tatapan dinginnya. Mereka bersandar di dinding sisi lorong yang berbeda, jarak antara keduanya cukup jauh tapi semua mata yang melihat jelas mengetahui keduanya sedang berpikir tentang cara menghajar satu sama lain.

"Aku duluan, Les!" pamit Hanabi.

"Ya. Hati-hati."

Cewek rambut hitam itu menaikkan alis saat melewati Gusion dan Claude yang masih sibuk dalam staring contest mereka .

Lesley menghela napas lelah. Menundukkan kepala, berharap kedua cowok itu tidak menyadari keberadaannya. Lagipula, ngapain sih mereka di sini?

"Ley." Gusion yang pertama kali bersuara, membuat Lesley mendesah kecewa karena usahanya sia-sia. "Ayo."

"A-ayo?" tanya cewek pirang itu bingung. "Kemana?"

"Kuantar pulang." justru Claude yang menjawab.

"Nyamber aja nih bisul biawak." Gusion memberi Claude tatapan peringatan. "Memang kau siapa mau antar-antar, hah?"

"Calon penggantimu." Claude menyeringai, menaikkan alisnya menantang cowok berambut cokelat yang jelas sudah tersulut amarah.

"Kau--" Gusion maju, hampir menyerang Claude kalau saja Lesley tidak tiba-tiba muncul di hadapannya dan menahan tubuh cowok itu. Tatapan tajam cewek itu membuat dahi Gusion mengerut.

"Aku nggak suka kalau kamu kayak gini." marah Lesley, memegangi lengan cowok itu.

"Tapi dianya minta dihajar." balas Gusion tidak mau kalah.

"Gusion!"

"Iya-iya, nyonya." sahut cowok itu senewen. Meskipun begitu ia tetap menurut.

Entah mengapa melihat interaksi absurd antara Lesley dan Gusion membuat Claude ingin menenggelamkan cowok berambut cokelat itu di laut. Terlihat jelas keduanya masih memiliki perasaan yang kuat untuk satu sama lain. Atau terjemahannya, Claude masih harus berjuang keras jika ingin mendapatkan Lesley.

"Kalian jangan berkelahi. Aku mau pulang sendiri." putus Lesley. Ia berniat meninggalkan kedua cowok itu ketika ada tangan yang menahan lengannya. Lesley menoleh, menemukan Claude yang sedang tersenyum padanya.

"Kuantar saja, oke?"

Gusion menghentak tangan Claude agar melepas lengan Lesley. Ia melipat kedua lengannya di depan dada. Tampak defensif. "Mundur."

"Oi, Paxley." Sebelah alis Claude naik beberapa centimeter. "Jangan berlagak seolah Lesley masih milikmu."

"Ya Tuhan." Lesley mengusap wajahnya frustasi. Padahal ia sudah sangat ingin pulang ke rumah untuk bermesraan dengan kasurnya. Tapi dua cecunguk ini justru bikin ia buang-buang waktu.

Gusion tertawa mengejek. "Kita lihat saja. Apa kau bisa menghentikan aku?"

"Tentu saja--" kalimat Claude terputus ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Ada panggilan masuk. Claude merogoh ponselnya dari saku jeans. Dahinya mengerut tidak suka ketika melihat nama yang muncul di tampilan layar ponselnya. Claude mereject panggilan itu kemudian kembali menaruh ponselnya ke dalam saku.

"Ley, sori. Aku harus pergi." katanya terlihat kecewa. "Lain kali saja ya aku mengantarmu."

Lesley mengangguk sambil tersenyum. Senyuman manis yang membuat Claude reflek mengusap kepala cewek itu.

"Oi!"

"Sampai jumpa besok." pamit Claude pada Lesley, mengabaikan keberadaan Gusion. Cowok itu kemudian tampak tergesa berlari melewati lorong untuk segera pergi entah kemana.

Attention [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang