Dua minggu berlalu dan Lesley benar-benar menepati janjinya untuk tidak mengganggu Gusion lagi. Saat pertama kali mereka putus Gusion merasa biasa saja. Walaupun mereka tidak bersama lagi, tapi Gusion masih sering mendengar dari Alucard bagaimana cewek itu selalu menangis pada Miya tentang dirinya yang masih sayang pada Gusion. Yang sejujurnya membuat cowok itu tenang. Merasa kapan saja bisa kembali pada cewek itu karena ia tahu Lesley masih menginginkannya.
Tapi tidak akhir-akhir ini. Tidak ada omongan Alucard yang menyuruhnya untuk kembali pada Lesley agar cewek itu tidak terus-terusan bersedih. Kali ini ia benar-benar mengacau. Gusion tahu itu. Lesley bahkan tidak pernah bicara padanya lagi sekalipun hanya untuk menjawab pertanyaannya. Gusion menyadari bagaimana cewek itu berusaha untuk tidak melakukan interaksi apapun dengannya. Bahkan sampai hal terkecilpun seperti tatapan mata.
Lesley bahkan mengunfollow Instagram dan Twitternya. Gusion masih bersyukur cewek itu tidak memblocknya dari sosial media dan aplikasi chat.
"Aku ng-nggak akan mengganggu kamu la-lagi, Gusion..."
"A-aku janji..."
"Damn it." umpat Gusion pelan. Memandang kasau atap kamarnya dengan kalut. Wajah menangis Lesley terus terbayang olehnya. Wajah cewek yang ia sayangi, wajah sama yang sempat ia merasa ingin jauhi, dan wajah yang sekarang ia sadari tidak bisa ia lepaskan.
Pintu kamarnya diketuk tapi Gusion diam saja. "Oi," Mazion membuka pintu, mengintip adiknya yang sedang berbaring di atas ranjang dengan seragam sekolah lengkap. "Kau tidur lagi?"
Gusion menghela napas. "Nggak."
"Sarapan." Mazion akhirnya masuk ke dalam kamar. Meraih satu bantal kemudian ia lempar ke muka kusut adiknya.
"Brengsek." Gusion menatap kakaknya kesal. Mazion tertawa.
"Kenapa kau? Lagi galau?"
Gusion bangkit duduk, mengacak rambutnya frustasi. Melihat adiknya bertingkah seperti itu Mazion menaikkan alisnya.
"Lesley?" Gusion tidak menjawab tapi ekspresinya yang kalut sudah cukup bagi Mazion. "Apa yang terjadi padanya? Kulihat dia akhir-akhir ini jarang main ke rumah."
Putra termuda keluarga Paxley menghela napas panjang. "Kami putus."
Mazion mengangguk-angguk. "Akhirnya Lesley tidak tahan juga pada Gusion Paxley yang hanya memikirkan dirinya sendiri."
"Enyah kau."
Kakaknya tertawa, kemudian duduk di sisi ranjang Gusion. "Bicara padanya kalau kau masih sayang. Tinggalkan dia kalau kau sudah bosan." Mazion meninju lengan Gusion. "Ini nggak sesulit soal Fisika, dasar payah."
Dahi Gusion mengerut. "Lebih baik ngerjain soal Fisika olimpiade daripada mikirin hal begini."
"Ya, ya, ya." sahut Mazion malas. "Ngomong-ngomong, apa Mama sudah cerita tentang Natalia Phantom yang datang kerumah untuk mencarimu?"
"Natalia Phantom?" Gusion mengulang dengan bingung. "Maksudmu, Mrs. Natalia? Nggak. Mama nggak cerita apa-apa padaku.
"Berarti Mama merahasiakannya padamu." simpul Mazion cepat.
"Kenapa Mrs. Natalia mencariku?"
Untuk beberapa saat Mazion hanya diam. Tampak berpikir apa ia harus menceritakan ini atau tidak pada Gusion.
"Ayolah, Kak." paksa Gusion tidak sabar.
"Well, aku nggak tahu persis tapi kudengar Natalia ingin menawarkanmu bergabung dengan Church of Light." Mazion mengangkat bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention [COMPLETED]
Teen FictionCewek itu merepotkan-- atau begitulah menurut Gusion Paxley. Tapi dia membuat pengecualian untuk satu cewek yang benar-benar ia sayangi; Lesley Vance. Mereka telah menjadi sepasang kekasih selama lima tahun dan sejujurnya Gusion merasa Lesley mulai...