"Ley." Gusion menatap Lesley serius. "Comeback to me, please."
Bisa Gusion lihat bagaimana Lesley terkejut mendengar kalimatnya. Ekspresi cewek itu sulit diartikan. Gabungan antara kaget, bingung, dan keraguan tampak jelas di sana. Dahi Gusion mengerut.
"Please." ulangnya lagi, sungguh-sungguh. Seharusnya Lesley tahu, seorang Gusion Paxley tidak akan memohon jika tidak benar-benar menginginkan sesuatu. Ini menjatuhkan harga dirinya sebagai laki-laki.
Namun Lesley tetap tidak berkata apapun dan itu membuat Gusion mulai kecewa dan insecure. Lesley hanya diam dan sekarang cewek itu justru menghindari mata Gusion. Hati cowok itu mencelos ketika Lesley melepaskan genggaman tangan mereka. Gusion bisa merasakan emosinya mendadak naik.
"Aku--"
"Aku tau." Gusion memotong cepat, mendengus kesal. "Kamu sudah punya pacar baru, kan? Si Claude itu?"
Lesley lagi-lagi terlihat kaget. "A-apa? Bukan, Gusion. Tapi aku--"
Gusion memberi isyarat agar cewek itu berhenti bicara. Tanpa ia sadari ia menatap tajam cewek itu, membuat Lesley takut dan mengurungkan niatnya untuk bicara lagi.
"Lupakan apa yang kukatakan tadi." katanya dingin, kemudian meraih ransel. Mengabaikan panggilan dari teman-temannya yang lain, Gusion segera menuju pintu keluar. Ia berhenti sejenak di depan Lesley, menatap dingin cewek itu. "Kamu tau? Mulai sekarang aku nggak akan peduli lagi padamu." tandas Gusion, kemudian keluar ruangan membanting pintu keras-keras.
***
Kalau bisa Lesley tidak ingin pergi ke sekolah hari ini. Weekend kemarin benar-benar sebuah bencana. Saat Lesley merasa ia sudah bisa lepas dari Gusion, saat ia mulai terbiasa tanpa cowok itu, saat ia sudah merasa bisa mengikhlaskan cowok itu, Tuhan justru mengujinya sekali lagi. Kalau bisa Lesley ingin mengulang hari sabtu kemarin. Ia harusnya pulang saja. Harusnya ia tidak pergi karaoke dengan teman-temannya yang lain agar tidak lagi-lagi mendengar kalimat Gusion yang menyakiti hatinya.
"Mulai sekarang aku nggak akan peduli lagi padamu."
Kalimat itu terus terngiang di telinga Lesley bagai kaset rekaman yang rusak. Air matanya selalu mengalir tiap kali mengingat bagaimana dinginnya tatapan Gusion padanya saat mengatakan kalimat itu. Lesley bisa melihat Gusion serius mengatakannya.
Cewek itu sibuk dengan lamunannya sendiri sampai seseorang menepuk pundaknya.
"Bengong aja." Claude nyengir, cowok itu kemudian duduk di kursi Layla yang berada tepat di depan kursi di mana Lesley biasa duduk. Layla belum datang. Kelas masih lumayan sepi.
"Ah... iya." Lesley tertawa kaku. Matanya yang sembap membuat cewek itu sedikit tidak percaya diri. Tapi sepertinya Claude tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Claude tersenyum.
"Aku punya sesuatu buat kamu." katanya, kemudian mengeluarkan sesuatu dari balik punggung. "Kuharap kamu suka."
Lesley menatap bingung benda yang Claude ulurkan padanya. Sebuah amplop putih polos dengan ukuran cukup panjang.
"Apa ini, Claude?" tanya Lesley bingung.
Cowok itu nyengir, "Buka aja."
Awalnya Lesley ragu. Ia beberapa kali harus menatap Claude, mendapat isyarat dagu dari cowok itu seolah menyuruhnya untuk membuka. Karena sangat penasaran, Lesley akhirnya membuka amplop tersebut. Cewek itu terkesiap kaget saat melihat isinya.
Dua buah tiket konser Fifth Symphony. Kelas VIP.
"Kamu suka?"
"Claude, aku nggak bisa terima ini..." Lesley menyodorkan kembali amplop itu pada Claude. "Ini terlalu mahal..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention [COMPLETED]
Novela JuvenilCewek itu merepotkan-- atau begitulah menurut Gusion Paxley. Tapi dia membuat pengecualian untuk satu cewek yang benar-benar ia sayangi; Lesley Vance. Mereka telah menjadi sepasang kekasih selama lima tahun dan sejujurnya Gusion merasa Lesley mulai...