3

217 17 0
                                    

"AHAHAHA kau kalah lagi!" kataku mencoret wajah Jimin dengan bedak.

"kau curang! Tadi katanya gak bisa main!" kata Jimin mempout kan bibirnya.

"mungkin kau saja yang terlalu cupu. P.a.r.k J.i.m.i.n! Jawabku memberi tekanan pada seluruh namanya.

"jadi bagaimana? Aku yang menang kan?" kataku bangga.

"baiklah! Katakan kau mau apa?" tanya Jimin padaku.

"apapun kan? Aku simpan saja, siapa tau kapan-kapan aku butuh" jawabku membanggakan diriku dan tersenyum.

"cih, yasudah. Paling kau juga akan lupa" jawab Jimin.

"tidak akan!" aku tersenyum memandang wajah Jimin.

"dasar sombong" jawab Jimin memukul lenganku.

Sejak kapan kami menjadi lebih dekat?

Cklek

"ya.. Ini ma- apa yang terjadi dengan muka kalian berdua?" tanya suster saat masuk hendak memberi makan siang.

"kami bermain kartu sus, aku yang menang HAHAHA" jawabku tertawa.

"wah, coba tebak siapa yang sekarang sudah dekat. Baru saja tadi pagi keluar dengan wajah cemberut. Sekarang sudah tertawa terbahak-bahak" sang suster meledek sambil melirikkan matanya kearahku dan Jimin.

"jarang sekali kau mau dekat dengan namja" lanjutnya.

"wah? Apa mungkin aku orang spesial ya suster?" tanya Jimin tersenyum lebar. Aku tau maksudnya hanya untuk meledekku.

"diam kau menyebalkan!" kataku melontarkan tatapan garang padanya.

"yasudah, nikmati makan siang kalian" suster meninggalkan kamar kami.

Aku dengan segera mengambil sendok dan garpu lalu menyalakan TV. Selanjutnya aku memakan makan siangku dalam diam.

"ngomong-ngomong kakimu kenapa?" tanyaku mengunyah donat coklat sebagai makanan penutup.

"terjatuh dari panggung" katanya padaku.

"aku tidak kaget sih. Kau kan tolol" kataku memasukkan potongan terakhir kedalam mulutku.

"Ya! Setidaknya bersimpatiklah sedikit!" Jimin berteriak.

"ne ne ne terserahmu saja" kataku mengelak.

Aku melanjutkan aktivitasku menonton TV. Setelah menonton agak lama, aku merasa sedikit mengantuk dan segera mematikan TV.

Duar! Duar!

Bunyi apa itu?
Aku segera membuka tirai jendela, ternyata ada orang yang sedang bermain kembang api. Aku segera menarik infusku dan hendak berjalan keluar. Kulihat Jimin tertidur, yah kurasa dia lelah.

"mau melihat kembang api? Aku ikut" kata Jimin dengan mata tertutup. Kukira dia tidur.

Jimin segera membuka matanya cepat dan duduk diatas kursi roda.

"kajja, sebelum kembang apinya sudah habis" ajak Jimin tersenyum padaku.

Oh, dia terlihat tampan.

He? Apa yang kau katakan Seo-Ri?! Sadar!

Aku menepuk pipiku sendiri.

"sedang apa?" tanya Jimin padaku, membuyarkan lamunanku.

"ani, nyamuk" kataku berjalan mendahului Jimin.

Aku pasti sudah gila!

Kami berjalan menyusuri lorong, hingga sampai dihalaman depan rumah sakit. Pemandangan kembang api terlihat sangat indah dari sini.

"wah, jarang-jarang aku melihat yang seperti ini" kata Jimin padaku. Membuat aku tersenyum dan berkata.

"hm, indah kan?"

Duar!duar!

Kembang api yang sangat besar muncul diatas langit. Aku sangat menyukainya.

"indah sekali, apa warna kesukaanmu Jim?" tanyaku pada Jimin.

"Jim? Wah kau sudah memanggilku dengan panggilan santai ternyata" kata Jimin meledek lagi, membuatku melontarkan pukulan pelan kearah lengannya.

"entahlah, aku suka warna cerah" katanya padaku.

"bagaimana denganmu?" lanjut Jimin.

"aku suka warna itu" aku menunjuk kembang api besar berwarna merah tadi.

"merah?" tanya Jimin, kali ini menghadapku.

"ne, merah"

"wae?"

"entahlah, aku hanya menyukainya saja" jawabku pada Jimin.

Pandanganku dan Jimin sempat bertemu sebelum akhirnya aku memalingkan wajahku. Namun, masih bisa kulihat ia tetap menatapku.

Aneh, kenapa aku merasa tegang?

Tatapannya tidak horor.

Tatapannya tidak mengerikan.

Aku tidak bisa mengartikan apa arti tatapannya.

Tapi yang jelas jantungku berdegup, kenapa?

Bahkan lebih berdegup dari saat aku menunggu pengumuman lotre.

Ada apa denganku?

"berhenti melihatku Jim!" aku kembali memasang muka sebal pada Jimin.

"siapa yang melihatmu ha? geer sekali"

Jelas-jelas kau melihatiku dari tadi! Masa iya aku kegeeran? No way

"omong-omong, kira-kira kalau kau keluar dari rumah sakit. Apa yang mau kau lakukan?" Jimin bertanya padaku.

"aku? Hm, kurasa menuju Mall dan mencoba yang namanya Shoping. Setelah itu makan daging sepuasnya dan pergi bermain ke laut" jawabku pada Jimin antusias.

"kau belum pernah ke laut?" tanya Jimin dengan wajah kaget.

"belum, wae? Mau meledekku?"

"ani" ia menggelengkan kepalanya.

Imut.

"kalau begitu cepat sembuh dan kita kesana!" Jimin mendorong kursinya mendekatiku.

"jinjja? Kau mau mengajakku kesana?"

"tentu saja! Aku berjanji!" ia memajukan jari kelingkingnya padaku.

Aku segera membalasnya menggunakan kelingkingku. "Janji!"

RED -pjm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang