6

192 15 0
                                    

"Ya! Kim Seo-Ri! Akhirnya aku sudah bisa berjalan seperti biasa. Tidak perlu merasa sakit lagi!" girang Jimin melompat diatas kasur.

"hei Jimin! Kau akan mematahkan kasur itu kau tau?" kataku padanya.

"hei hei hei, aku punya ide bagus" kata Jimin padaku.

"apa?"

"bagaimana kalau kita kabur sebentar dari rumah sakit?" tanya Jimin menatapku.

"kau gila ya Jim?" aku memalingkan wajahku dari Jimin.

"oh ayolahh.. Hanya sebentar" kata Jimin memohon.

"tidak dan tidak! Bagaimana kalau kita sampai bertemu fansmu diluar? Bisa-bisa kau terkena skandal!" tolakku mentah-mentah.

"aish, kita kan bisa menyamar. Aku juga sering pergi dengan V hyung menyamar" kata Jimin sebal.

Oh lihatnya wajahnya itu. Imut sekali.

"tidak Jimin" aku menolak sekali lagi.

"oh ayolahhh... Aku sangat memohon padamu.. Aku ingin mengajakmu ke cafe yang es krim nya enak sekali! Kau harus coba!" katanya memohon.

"kita tidak akan diijinkan Jim!" cetusku.

"siapa yang bilang kita akan ijin?" Jimin tersenyum licik.

"maksudmu?"

"kita akan kabur. Kim Seo-Ri."

🍂

"sudah kubilang ini pasti berhasil! ㅋㅋㅋㅋ" Jimin tertawa puas.

"kau lihat kan betapa cerdiknya aku?ㅋㅋㅋㅋㅋㅋㅋ aku tidak bisa berhenti tertawa"

Flasback on

"saat kita keluar, bertingkahlah seperti kita menjenguk seseorang dari dalam. Dan kau pura-pura jadi kekasihku oke?" Jimin segera memakai kacamata hitamnya dan masker.

Seo-Ri juga memakai kacamata hitam, terlihat aneh bukan? Mereka berdua memang aneh.

Jimin dan Seo-Ri berjalan keluar dari kamar bergandengan tangan.

Para perawat menatap mereka aneh karena kostum yang mereka pakai. Bagaimana tidak? Baru saja muncul sepasang kekasih memakai kacamata hitam dan pakaian serba hitam. Tentu saja merebut pandangan orang sekitar bukan?

Jimin yang mengetahui itu langsung membuka topik pembicaraan dengan keras.

"kasihan sekali ya sayang.. Si Park Jimin itu. Harus sekamar dengan yeoja yang garang seperti itu" Jimin berkata dengan nada tak bersalah. Padahal ia sedang mengejek yeoja yang berada di sebelahnya.

"kenapa sayang? Menurutku malah si Yeoja tadi yang kasihan karena harus bersama Park Jimin yang jahil itu" kata Seo-Ri membalas Jimin dengan senyuman.

"mampus kau" batin Seo-Ri

Flashback off

"kenapa tadi menyindirku eoh? Kau sengaja ya?" kataku pada Jimin.

"apa? Oh topik tadi? Aku kan hanya bercanda. Lagipula kau juga sudah membalasnya" kata Jimin enteng.

"kau juga memanggilku sayang-sayang jijik tau!" kataku memukul lengan Jimin.

"heh? Seharusnya kau senang aku menyebutmu sayang. Secara aku ini tampan" kata Jimin pede.

"lagipula kau juga membalas dengan memanggilku sayang kan?" jimin tersenyum meledek

Dasar Park Jimin!

Kami berdua naik bus untuk sampai di cafe yang Jimin maksud. Tapi bisa kulihat cafe ini sangat sepi.

"hei, kenapa sepi?" tanyaku pada Jimin.

"karena aku menyewanya. Supaya tidak ketahuan siapa-siapa. Masa mau makan eskrim pakai masker" Jimin melawak.

"ㅋㅋㅋㅋ benar juga" aku tertawa dengan lelucon yang bahkan tidak lucu.

Kami berdua masuk dan segera duduk di kursi yang sudah tersedia.

Dua kursi yang sudah tersedia, sebuah lilin diatas meja berwarna kuning. Apa ini tidak terlalu berlebihan? Maksudku, kita hanya ingin makan es krim kan?

Jimin membuka masker dan kacamatanya, begitu pula aku.

Setelah memesan menu yang kami inginkan, pelayan segera pergi untuk menyiapkannya. Meninggalkan meja yang tiba-tiba terasa sedikit canggung. Kenapa? Aku sendiri juga tidak tahu kenapa.

Jimin terdiam sibuk dengan ponselnya. Aku hanya sibuk memandang jendela, cuaca diluar sedikit mendung.

Beberapa menit kita lewati dalam diam, aku kembali memandang Jimin. Masih sibuk dengan ponselnya ternyata.
Sebenarnya dia mengajakku kesini untuk apa? Agar aku menunggu tanpa membicarakan sepatah katapun? Aku benci suasana seperti ini.

"Jim" panggilku pada Jimin.

"hm" ia menjawabku singkat, ia bahkan tidak menoleh untuk menghadapku.

"kau sibuk ngapain sih?" aku menunjukkan sedikit rasa kesal padanya. Maksudku, kita sudah nekat pergi seperti ini. Kenapa suasana hatinya gampang sekali berubah? Baru saja tadi ia tersenyum dan tertawa. Kini sikapnya berubah menjadi sedingin es.

Lihat saja, bahkan ia tidak menjawab pertanyaanku. Dirinya masih sibuk menatap ponsel.

"JIM!"

"APA?" Jimin sedikit berteriak, dan itu sukses membuatku terlonjak.

"maksudku, ada apa?" ia menurunkan nadanya, mengetahui aku kaget mendengarnya barusan.

"kau anggap aku apa sih?" aku mendecak kesal.

"kau mengajakku kabur kesini, tadi mood mu baik-baik saja. Tapi lihatlah! Kau tidak mengajakku bicara dan tidak menjawab pertanyaanku. Bahkan sekarang kau membentakku?" seruku padanya.

"aku tidak bermaks-"

"sudahlah Jim, kurasa kau sepertinya punya urusan yang lain. Aku akan pergi saja. Urusi ponselmu" aku mengambil topi dan kacamataku.

"tunggu Seo-Ri, bukan ini maksudku" Jimin mencegahku dengan menarik tanganku.

Aku mendecih dan melepas tangannya paksa. Aku segera berlari menuju pintu keluar meninggalkan Jimin.

"SEO-Ri!" Jimin berteriak, bisa kudengar langkahnya mengejarku.

Aku mempercepat langkahku meninggalkannya. Aku sudah sangat kesal.

"kyaaa!! Itu Park Jimin!!" terdengar teriakan beberapa perempuan. Mereka berlari menghampiri Jimin. Baguslah, urusi fansmu ini Jim!

Dresssss

Sial sekali nasibku, kini hujan turun sangat deras.

Aku tetap berjalan menembus hujan, pakaianku sudah sangat basah dan berat.

"Jimin sialan! Inilah sebabnya semua namja kuanggap selalu salah!" aku menggerutu.

Jdar!

RED -pjm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang