7

180 15 0
                                    

Jdar!

Terdengar suara petir menggelegar, membuatku menepi didepan supermarket dan membeli segelas coklat panas.

Aku tidak membawa dompetku, hanya membawa sedikit uang. Bahkan untuk membeli payung tidak cukup. Maka dari itu aku hanya membeli segelas coklat untuk menghangatkan badanku.

Aku segera mengambil ponselku, untung saja ponselku masih menyala. Saat-saat seperti ini aku patut bersyukur karena eomma memberiku ponsel tahan air.

9 misscall form Handsome Jim.

Sejak kapan aku punya nomor Jimin? Dan kenapa namanya menjijikan seperti itu.

Aku mematikan ponselku dan kembali menatap hujan.

"Seo-Ri ssi?" panggil seseorang disebelahku.

Siapa? jimin? Tidak mungkin, suaranya lebih berat.

Aku menoleh kearahnya.

"nugu?"

Oh sial! Dia teman Jimin. Lebih tepatnya ia member grup BTS itu.

"Kim Taehyung, kau tidak ingat?"

Bagaimana aku tidak ingat ha? Kau orang yang membicarakanku dengan keras!

"aku ingat" balasku singkat padanya.

"sedang apa?" ia duduk disebelahku.

Kau sendiri sedang apa ha? Keluar tanpa masker dan topi. Apa ia tidak takut ketahuan fansnya? Bisa-bisa aku yang dihujat.

"duduk" jawabku kesal.

"aku tau, maksudku kenapa kau tidak dirumah sakit?" tanyanya.

"kau sudah sembuh ya? Syukurlah" lanjutnya membuatku menyemburkan coklat panas dimulutku.

"uhuk! Uhuk!"

"mian apa aku salah berbicara?" ia meminta maaf padaku.

Kenapa namja ini beda sekali dengan yang kutemui waktu itu?

Waktu itu ia membicarakanku, sekarang ia baik padaku. Dunia memang aneh.

Seaneh Park Jimin.

Berhenti memikirkannya Seo-Ri!

"ani" jawabku pada si Taehyung.

"lalu? Benar ya kau sudah sembuh?" cengir Taehyung.

"ani, aku belum" jawabku lagi padanya.

"lah, kau ini bagaimana sih? Jadi mana yang benar?" ia memasang wajah melongo nya padaku.

"ㅋㅋ berhenti bertanya dengan muka seperti itu" aku tertawa melihat tingkah Taehyung.

"kukira kau sedih, tapi kau tertawa barusan" jawabnya tersenyum, membuatku segera berhenti tertawa.

"paan sih" keluhku padanya.

"kau sakit apa?" ia bertanya padaku tiba-tiba.

"ginjal" aku menjawabnya langsung.

"oh, mian" ia meminta maaf.

Ada apa sih? Kenapa ia minta maaf?
Ia mengingatkanku pada Jimin, dan tentu saja membuatku kesal.

"untuk apa?" aku bertanya menghadapnya.

"ya, entahlah. Kenapa ya?" ia menggaruk kepalanya dengan wajah bingung.

"ㅋㅋ pabo" aku kembali tertawa.

Hujan sudah sedikit reda, aku segera berdiri untuk bersiap pulang.

"mau kemana?" tanyanya.

"ke rumah sakit" aku menjawabnya.

"naik?"

"jalan kaki tentu saja" aku menjawabnya.

"aku antar" ia menunjukkan kunci mobilnya.

"tidak usah" aku menolak dengan cepat.

"sudahlah masuk saja. Aku tidak akan menculikmu. Rumah sakit jauh dari sini" ia membukakan pintu untukku.

Kurasa tidak ada salahnya mengikutinya kan?


🍂

Aku segera naik ke mobil miliknya dan duduk. Perjalanan kami lewati dalam diam, hanya musik didalam mobil yang menyala.

"Jimin, dimana?" Taehyung membuka pembicaraan.

"tidak tau" aku menjawabnya dengan cepat.

"kalian bertengkar?" ia bertanya.

"kata siapa?"

"ntahlah aku hanya bertanya" Taehyung menjawab lagi.

"ani"

"oh, baiklah" Taehyung melanjutkan kegiatan menyetirnya.

Aku memandang jendela sambil melihat jalanan.

Tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing. Apa yang terjadi?

Aku memegangi kepalaku, namun rasa pusing ini makin parah.

"Taehyung.." aku memanggil Taehyung pelan.

Pandanganku sedikit kabur, namun aku masih bisa melihat Taehyung menoleh kearahku. Ia bahkan menghentikan mobilnya.

"kau kenapa? Hey! Hey! Seo-Ri! Sadarlah" ia berteriak.

"kepalaku Taehyung.." pandanganku benar-benar sudah buruk. Kepalaku rasanya mau pecah.

"kepalamu kenapa?! Seo-Ri!" Taehyung berteriak.

Setelah itu semuanya gelap.

RED -pjm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang