VII

7 3 7
                                    

Raja Aric dan Ratu Beatrix berjalan melewati lembah gelap di mana hanya ada kabut dan tidak ada satu pun kehidupan. Mereka terus berjalan melewati kawah besar, pohon mati, hingga di depan mereka menjulanglah benteng raksasa dari besi hitam.

"Aku selalu benci Darkendurr, tempat para Orc itu tinggal," ucap sang ratu sambil merapatkan jubahnya. Aric tertawa kecil, "Kau harus belajar bersabar, sayang. Kita ke sini hanya sekedar berkunjung dan membuat aliansi."

"Ku dengar mereka makhluk yang bar-bar."

"Oh tidak, kerajaan kita sudah lama sekali kenal baik dengan mereka. Aliansi dengan mereka akan membuat pertahanan kita semakin kuat. Jadi bersabarlah." Beatrix tersenyum dan menggenggam tangan Aric, "Jika ini bukan kau atau pun untuk membalas dendamku kepada Kerajaan Clubs, pasti aku sudah pergi dari sini." 

"Tentu, aku juga sudah tidak sabar membalaskan dendamku kepada Kerajaan Spades. Aku ingin mereka diratakan dengan tanah. Aku sudah muak." Aric dengan ekspresi dingin berjalan mendekati benteng tersebut.

-O-

Ruang dansa saat itu penuh sesak. Valerie harus berjuang untuk mendapatkan makanan di meja bufet. Setelah berhasil, memutuskan untuk memakannya di taman. Ia melihat para raja dan ratu sedang berbincang-bincang di depan. Atmosfer ruangan itu pun juga hangat dan menyenangkan. Untuk sementara tidak ada yang perlu di khawatirkan. Valerie hendak keluar ketika ada seorang pria bersetelan hitam dengan topeng putih menabraknya.

"Ah maafkan aku nona," ucap pria itu. Valerie bersyukur tidak menjatuhkan makanannya dan mengangguk. "Tidak apa-apa, sir. Um . . ."

"Bukankah aneh mereka menyelenggarakan pesta seperti ini di mana kerajaan hitam sedang bangkit eh?" tanya pria itu tiba-tiba dan menyeringai aneh. Valerie menatapnya aneh dan mulai memperhatikannya. Rambut pria itu bergelombang hitam dan warna kulitnya sedikit cokelat. Kedua matanya memiliki warna yang berbeda, yang kanan berwarna cokelat dan yang kiri berwarna kuning ambar. Aksennya Hispania. 

"Eh iya, cukup aneh sebenarnya. Maaf saya harus pergi." Valerie hendak pergi ketika ia mendengar pria itu bergumam, "Tapi tentu saja Kerajaan Blackjacklah yang menang nanti hihi. Dasar Ace bodoh." Valerie segera berbalik dan tidak mendapati siapa pun. Pria itu hilang.

"Apa-apaan tadi?"

"Valerie! Aduh maaf."

Valerie tersadar dan melihat Nochtis berlari ke arahnya. "Hai, Nochtis. Tidak bersama kakakmu?" Anak itu menggeleng, "Enggak. Kakakku sedang mengobrol dengan wanita-wanita aristokrat itu. aku kabur." Valerie mengusap-usap dagunya. "Kayaknya sifat Allard mulai menempel pada dirimu, Nak. Itu tidak baik. Walau pun begitu, apa kau ingin ikut aku makan di luar?"

"Ya!"

Mereka menyelinap keluar dan duduk di sebuah gazebo di dekat kolam. "Jadi kostum apa yang kamu kenakan untuk besok?" tanya Valerie sambil melahap kue vanillanya. Nochtis menyeringai jahil, "Rahasia dong. Tapi kostumku bakalan keren." Mereka tertawa. Valerie pun ingat sesuatu. "Oh aku ingat. Apa kau ingin ikut aku dan Allard menjalankan operasi 13 malam Halloween? Dijamin kau tidak akan kecewa deh," ucap Valerie sambil mengacungkan jempol. "Kelihatannya seru. Aku ikut!"

"Di sini toh kalian. Kami harus berjuang buat keluar dari sana," Tori dan Azura berjalan dengan tumpuk piring di tangan. Valerie mengangguk-angguk, "Kita semua jadi pejuang di dalam sana. Terutama ketika kalian harus lewat wanita-wanita yang pakai bustle. Astaga, mengerikan"

Nochtis dengan mata kosong berkata, "Aku hampir tergencet tadi."

Keempat Ace itu berbincang-bincang seru ditemani hawa malam musim gugur Clubs. Cahaya sang dewi malam bersinar keperakan. Valerie akhirnya memutuskan untuk mengungkit sedikit kedatangan Joker tahun lalu di lorong istana dan memberikannya sebuah teka-teki karena mungkin ini ada hubungannya dengan Ace. Aduh kenapa pasti Ace yang dapat masalah.

The Cards Chronicles - The Magical StonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang