@7

14K 188 3
                                    

Suara dering telpon menyentakan lamunan ku, segera ku raih pesawat telpon yang bertengger manis di dinding kamar ku. telpon ini gunanya untuk memantau penghuni wisma ini, seperti mengingatkan ada akan waktu , atau ada seseorang yang menginginkan dirimu.  yah seperti di hotel gitu dech. 

" hallo.... " 

" xerin, malan ini kamu kerja atau masih mau istirahat sayang?"

ah itu suara mami, kami memang memanggil germo kami dengan sebutan mami, biar gaul gitu. 

" kerja mi, ini juga sudah mau turun kok."

" ok, di tunggu di bawah ea."

" ea , mi." 

jawabku singkat sebelum meletakan gagang telpon itu pada tempat nya. ku perhatikan diriku di cermin sekali lagi. ok sempurna.  belum juga aku sampai di tangga terakhir kini HP ku sudah berdendang dengan merdunya. ku lirik no yang tertera di layar HP ku.

" ada apa sih , Ryan...... gue mau kerja nich."

ya itu Ryan yang telpon, dan aku sudah menceritakan siapa aku pada Ryan, awalnya dia cukup terkejut dan tak percaya.  aku sih cuek saja terserah dia mau percaya atau tidak, yang pasti ku sudah berusaha untuk jujur.

" galak amat non, entar cantik nya hilang lo."

"bodo, udah cepet ngomong atau aku matiin nich, ku gak mau mami marah nich."

" ok.. ok... xerin sayang, ku tahu waktumu cukup berharga, ku cuma kangen saja godain kamu."

shit... sialan memang Ryan, belum sempat ku memaki dia, Ryan sudah mematikan sambungan telpon nya dulu. dasar Ryan gila , buat mood ku jelek saja. 

ku hempaskan tubuh ku dengan sebel ke sofa.

" kenapa wajah mu , jutek banget non?"

pertanyaan lusi tak ku hiraukan, mataku justru celingak celinguk, mencari penghuni kamar atas. 

' penghuni kamar atas ada tamunya semua ea lus, tanyaku balik pada lusy."

lusy menunjuk ruan karaoke yang berada tepat di depan kami, ruang karoke ini walau berdinding kaca semua, tapi kedap suara. mungkin sengaja di desain seperti itu. biar gak mengganggu aktivitas yang lain. 

ku layangkan pandangan ku ruang karoke, di sana ku lihat mayda, lia, santi, dan satu cewek yang ku yakini anak baru, meski jujur ku gak mengenal semua penghuni rumah bordir ini. tapi setidak nya aku hafal wajah mereka. 

" itu anak baru ea lus ?"

tanyaku pada lusy , daripada ku penasaran. 

" yupz, baru datang kemarin erni namanya.'

oh , jawab ku singkat, ku layangkan lagi mataku ke ruang karaoke, seperti yang ada disana orang penting, terbukti mami sama papi sendiri yang menyambut mereka.  atau mungkin teman papi sama mami. ah masa bodoh  bukan urusan ku.

kenapa aku merasa ada seseorang yang terus mengawasi diriku ea, tapi siapa . tumben belum ada seseorang yang menginginkan diriku, biasanya belum juga lima menit ku hempaskan tubuh ku di sofa para calo pasti sudah mendapatkan lelaki hidung belang untuk ku layani napsunya. la ini sudah hampir dua puluh menit ku duduk belum juga laku. 

susy saja sudah pergi sepuluh menit yang lalu, ada yang aneh malam ini. mending main game saja . keasyikan ku terhenti saat mas edhy salah satu calo di rumah bordir ini memanggil ku , menyuruh ku turun. 

" mami memanggil mu ." katanya.

ku langkahkan kaki ku ke ruang karaoke, disana masih ku lihat mayda  dan yang lain  nya. la memang siapa yang membeli diriku .? tanyaku dalam hati . soal nya ku lihat para lelaki itu sudah ada pasangan nya. 

tapi wait... aku seperti mengenal salah satu dari mereka, tapi dimana ea. belum juga ku temukan jawaban atas tanyaku, seseorang yang kurasa pernah ku kenal berdiri menghampiriku. 

" xerin... layani dia dengan baik ea." pesan mami padaku.  aku hanya mengangguk kecil , kemudian berlalu dari ruang karaoke, di ikuti laki laki itu. 

aku masih bertanya tanya dimana aku pernah melihat nya.  

well akhirnya aku sampai juga di kamar ku.  

" anda mau minum , tuan ?" tanyaku . 

basa basi memang sudah biasa kami lakukan, menjaga kesopanan katanya. bah.... kesopanan, rasanya lucu membahas masalah kesopanan di tempat maksiat seperti ini. secara di lihat dari pakaian kami saja sudah kekurangan bahan, belum lagi kami harus telanjang di depan orang yang tak kami kenal. belum juga kata kata kami yang sedikit agak vulgar mungkin. 

" hai... kok ngelamun, kamu gak suka ea aku disini?

shit ... aku lupa , ada orang lain di kamar ini . 

" kamu jangan bersifat formal gitu , panggil saja aku Dirga."

" nama yang bagus , aku xerin." 

sebenarnya kami gak harus tahu nama tamu kita. toh mereka hanya datang untuk pergi. yang kami butuhkan hanya uang mereka. kami juga gak bakal tahu itu nama asli atau bukan, seperti nama kami tentu nya. gak ada yang asli semuanya palsu. 

ku lihat Dirga mulai melepas kemejanya, shit..... body nya keren juga , kotak kotak gitu. wow..... bau tubuh nya kenapa membuat ku nyaman seperti ini ea.  aku sudah sering berinteraksi dengan laki laki tapi kenapa yang ini beda. 

aku jadi salah tingkah begitu ketangkap basah telah memperhatikan sosok nya. dia tersenyum kecil, duh senyum nya keren banget . 

Dirgapun merebahkan tubuh nya di tempat tidur, kenapa aku jadi salting gini ea. ah mending ku ganti baju saja ah. 

" kamu asli mana xer, kalau boleh ku tahu ?" suaranya kenapa sesexy  ini sih... jantan banget.

" jawa tengah mas." 

" kamu tahu gak, kalau kita pernah bertemu sebelum nya, dan aku gak nyangka kalau kamu kerja di sini ."

deg... tuh benerkan , aku memang merasa pernah bertemu dengan dia.

" aku juga merasa begitu mas, tapi maaf jika aku lupa dimana kita pernah bertemu."

" aku bisa maklum kalau kamu lupa, aku pernah melihat kamu di salon exzido milik ricky."

Exzido salan itu memang salon langganan ku , aku juga kenal dengan ricky pemilik salon . 

" aku ingat sekarang, mas kan yang di goda ricky waktu itu."

ya aku ingat sekarang dirga waktu itu di goda ricky habis habisan secara dirga cakep, dan ricky banci. 

" xer, boleh gak kalau ku pengen tahu lebih banyak tentang dirimu?"

" memang nya apa yang mau mas Dirga tahu tentang diriku?' tanyaku balik.

" jujur saja , dari pertama ku lihat kamu. aku penasaran dengan mu."

" mas Dirga ini ada ada saja, gak ada yang menarik dari diriku. tapi kalau mas memang pengen tahu, aku gak keberatan kok untuk cerita."

aku memang tak pernah menutup diriku pada siapapun, aku selalu berusaha menjawab dengan jujur, setiap pertanyaan yang di ajukan. setidak nya aku masih punya sifat jujur diantara bejat nya kelakuan ku dan hitam nya jalan hidup yang ku tempuh.

BLACK FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang