5.

101 12 2
                                    



Mencoba melihatmu, kau yang tak dapat kulihat lagi.

Mencoba mendengarmu kau yang tak dapat ku dengar lagi.


Kututup buku harianku. 

" btw, gimana dah dapet tanda tangannya kak reza?" tanyaku.

" udah" jawab rizka , " gila ya jadi orang kayak es kepal milo aja" katanya, sambil menguyah siomaynya.

" kok kepal milo sih?" Tanya ku.

" iya, manis cakep eh tapi dinginbanget orangnya. Ya kayak es kepal milo tuh" ujarnya.

Aku hanya terkekeh sesekali meminum bubletea milikku.

Mungkin bubletea adalah pelampiasan terbaik saat aku merindukan seseorang. Sekuat tenaga aku akan berusaha melupakannya, walau mungkin sulit dan terkadang lelah menahan beban rindu. Tapi, tidak ada yang tidak mungkin jika tuhan berkehenda. Melupakan bukan berarti jahat ,tetapi itu adalah cara menetralisir sakitnya perpisahan.

" eh gimana kabarnya si kunyuk han?" Tanya rizka, pertanyaan yang melelahkan.

" kemarin aku baru tau dari mama, ternyata dia di sekolah alam gitu" kataku.

" emang dimana?" tanyarizka.

Aku hanya mengangkat pundak ku, berharap rizka tak bertanya lagi.

PRANGG!! Terdengar suara pecahan piring. Ternyata berasal dari beberapa siswa yang sedang mengerumuni laki-laki yang sedikit cupu.

" woy kalau jalan lihat pake mata dong!!" bentak salah satu gerombolan itu.

" kacamata setebel kerak bumi belum bisa lihat juga lo?!" bentak satunya lagi tak mau kalah.

Laki-laki cupu tadi hanya sibuk membersihkan pecahan piring itu , tanpa menghiraukan olokan dan bentakan mereka. Karna sudah puas dengan olokannya, mereka pun meninggalkan laki-laki cupu itu dan suasana kantin yang tadinya hening menjadi netral kembali.

" dasar senioritas tak pandang identitas!!" Oceh rizka , mengomentari kejadian tadi. Dan seperti biasa, dia memulai vlognya.

Merasa tak nyaman dengan pemandangan itu, aku bangkit dari kursiku dan berjalan mendekati laki-laki itu. Aku ikut berjongkok dan membantunya memunguti pecahan piring dan makan yang berserakan.

" lo ngapain?" Tanyanya sedikit kaket ketika melihatku membantunya.

" lo gak lihat?" Tanya ku.

" ya.. kok lo mau aja bantu bocah cu.."

" mau dibantu gak nih?" tanyaku memotong.

" e,, eh I iya"

Kehidupan sma memang sangat berbeda disbanding smp menurutku. Disekolah ini semua tergantung kepada senioritas dan kegengsian. Yang tertindas akan selalu di berantas, yang teratas akan selalu menjadi prioritas.

" makasih ya udah mau bantu repo repot" katanya, sambil menyodorkan tangannya. Ingin berjabat tangan.

" santai aja." Kataku. " m.. sori tangan gue kotor"

Sebenarnya tanyaku tergores pecahan piring hingga terluka.aku menyembunyikan kebeakang agar tak terlihat olehnya.

" kalau gitu gue duluan ya." Aku hanya mengangguk.

Dia akhirnya pergi, aku masih berdiri ditempatku memperhatikan punggungnya hingga tak telihat lagi. Memastikan agar dia akan baik-baik saja.

Kulihat lukaku yang mengeluarkan darah cukup banyak,

" kok bisa gini sih?" Tanya seseorang yang tiba tiba meraih tanganku, dan membersihkan darahku dengan tisu yang dibawanya.a.

Spontan aku langsung melihat kearahnya kebingungan bercampur gugup.

" nah udah selesai." Katanya . dia melepas genggamannya, tersenyum kepadaku.

Aku masih dibuat bingung.

" oh iya kita belum selesai kenalan tadi" ujarnya tersenyum lebar.

Ya! Aku baru ingat. Dia ketua osis yang memberi tanda tangannya.

" nama gue dicky. " dia menyodorkan tangannya, ingin berjabat tangan.

" tangan gue masih sakit kak" kataka, sebenarnya hanya gugup menjabat tangannya.

Dia menurunkan kembali tangannya, dia malah tersenyum lebar merasa tak tersinggung dengan penolakkanmu.

" gue salut sama lo. Jarang loh yang mau bantu orang kayak gitu." Katanya.

Aku hanya tersenyum pasi

KRIIINGG!! Akhirnya bel masuk yang kutunggu agar aku bisa jauh dari kak dicky terdengar.

" gue duluan ya kak" aku langsung pergi meninggalkannya tanpa mempedulikannya. 


_____________________________________________

Jangan terlalu melihat yang lalu

Karna hidup bukan hanya tentang dia yang dulu

" tau ah!" kulempar penaku dan menutup buku harianku kasar.

Lalu berbaring menatap langit-langit kamar yang penuh dengan lukisan dan quotes mural yang kubuat dengan umar. Seketika aku mengembangkan senyumku, seakan ada yang mengajakku bernostalgia.

Apa tuhan mengijinkan jika aku berhenti merindukan dia? Apa dia benar-benar akan datang kembali dalam kehidupanku? Bagaimana jika suatu hari hati ini bukan untuknya lagi? Apakah aku salah?

TING!  notifikasi ponselku berbunyi

Dickyerwadha: hai

"Dicky? Apa kak dicky ya?" gumamku

Hana: siapa?

Dickyerwandha: lu lupa sama gue?

Hana : kak dicky?

Dickyerwandha: tu lo tau

Hana; ya kan gue gatau nama lengkap lo kak.

Hana: btw ada apa kak?

Dickyerwandha: ada yang mau gue omongin

"Hah? Emang ngomong apa, kayak penting aja. Sampe harus malam ini" gumam ku

Dickyerwandha calling..

"what?! Gila! Baru aja kenal udah kek gini." Gumamku sebelum setelah itu kuangkat.

" halo kak?"

" hai han" jawabnya , seperti sangat bahagia.

" kenapa? Penting banget sampe nelfon segala"

" iya penting banget sumpah. Gue sampe gatau harus gimana lagi nih!" ujarnya memelas.

" lah emang kenapa kak?" perkataannya membuat ku bingung.

" gue.." aku menanti jawabannya " gue kangen sama suara lo"

Tuuuuuut.....

Kuputuskan sambungan telfonku.

" orang gila" 

TING!!

Dickyerwandha : gue nggak bercanda

Mataku terbelalak. Kulempar hpku menjauhi tempatku berbaring.

" orang kerasukan!!"



Alhamdulillah bisa update lagi.

Maaf updatenya lama dan jadinya Cuma sedikit.

Jangan lupa buat votenya

Kritik dan saran kalian sangat berharga

Terimakasih udah sempetin baca

2 HOURS FOR EVERYTHINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang