chapter 4

7.3K 243 35
                                    

Popoy membalas panggilan anjing betina itu dan kemudian popoy berlari ke arah anjing betina dan anak2nya.
"Itu anjing betina pasangannya popoy" ujar rio.
"Gak terasa ya, dulu popoy kita rawat seperti anak kita sendiri dan sekarang popoy udah besar dan ia jg harus membantu pasangannya membesarkan anaknya" ujarku.
Aku tak sadar apa yg ku katakan, kulihat rio hanya terdiam dan menatapku.
"Emm oh iya kitakan mau ambil kompor, yuk rio kita ambil entar kita ke ujanan" ujarku mengalihkan pembicaraan.
Hari sudah gelap dan langitpun mendung dan sepertinya akan turun hujan.
Kamipun pergi masuk ke dalam rumah. Ku lihar seisi rumah dan beberapa barang di tutupi plastik dan kain putih karena sudah tidak di tunggu. Aku jadi teringat kenangan dulu saat melihat rumah ini.
"Kamu tunggu disini dulu han, saya mau ngambil kompor" ujar rio.
Lalu ia pergi ke dapur. Dan kembali membawa kompor.
"Yuk han kita pulang sebelum hujan" ajaknya.
"Iya rio" ujarku.
Kemudian aku dan rio pergi dengan motornya. Belum jauh dari rumah itu, hujanpun mulai turun dan deras.
"Ahh sial" cetuh rio.
"Gimana nih rio hujannya deres banget" ujarku.
"Kita kembali kerumah tadi aja, kalo mau ke rumah masih jauh" ujar rio.
Kemudian ia berbalik arah dan kembali ke rumah tadi. Kami masuk ke dalam rumah dengan ke adaan basah kuyup. Dan ku letakan kompornya di meja. Dan menggigil kedinginan. Kulihat rio melepas bajunya dan bertelanjang dada di depanku. Dadanya terlihat semakin bidang dan atletis di tambah lagi bulu2 tipis yg tumbuh di dadanya.
"Han, buka aja baju sama celana kamu biar gak masuk angin" ujarnya.
Lalu ia melepas celananya dan hanya memakai celana dalamnya. Uhh mimpi apa aku semalam sehingga dapat melihat rio setengah bugil seperti ini.
Lalu rio meletalan baju dan celananya di atas meja dan dio pergi ke kamar. Aku menuruti kata2 rio dan melepas baju dan celanaku. Aku juga hanya memakai celana dalamku. Ia kembali sambil membawa selimut dan di berikannya padaku.
"Cuman 1 rio?" Tanyaku saat ia hanya membawa 1 selimut dari kamar.
"Iya han cuman ada 1, soalnya semua selimut udah di bawa ke rumah disana" jelasnya sambil melepas plastik yg menutupi sofa.
"Yuk han duduk dulu" ajaknya.
Akupun duduk bersebelahan dengannya dan melingkarkan selimut di tubuhku. Ku lihat ia tak memakai apapun selain celana dalamnya.
"Yo, apa kamu gak ke dinginan nanti kalo gak pakek baju gitu dan kayaknya hujan masih lama" ujarku.
"Udah lah han itu pakai buat kamu aja, aku takut kamu sakit nanti" ujarnya.
Kulihat lengan dan tubuhnya yg terlihat makin berotot, sepertinya dia sering olah raga apa lagi sekarang dia bekerja sebagai guru olahraga sekolah dasar.

Tak hanya itu aku melihat gundukan di dalam celana dalamnya yg besar itu dan mungkin penisnya sudah semakin besar. Uhh aku jadi horni membayangkannya.
"Emm han apa pernikahanmu akan di laksanakan dalam waktu dekat ini?" Tanya rio.
"Iya yo" jawabku.
"Emm kamu benar2 mencintai bianca?" Tanya rio.
Aku tak tahu apa maksud rio bertanya seperti itu.
"Maksud kamu?" Tanyaku meyakinkan pertanyaanya.
"Ah lupakan saja han, aku ngomongnya emang ngaur, gak mungkinkan orang mau menikah tanpa cinta" ujarnya.
Mendengar peekataanya itu, aku mulai berfikir kalo rio menikahi tasya benar2 karena cinta. Hatiku terasa iri membayangkannya. Setelah percakapan itu kami kembali terdiam menunggu hujan reda.
Rio nampak menggigil dan menggosok2 tanganya supaya hangat.
"Rio kamu nampaknya kedinginan, ini selimut kamu pakai aja yo" tawarku
"Ah gak usah han, gak apa2 kok" tolaknya.
Tapi aku tahu kalo dia sedang kedinginan. Aku langsung melingkarlan selimut padanya dan juga padaku. Kami berdua berselimut bersama.
"Han.." ujarnya saat aku melakukan itu, dan matanya menatapku.
Aku tersenyum kepadanya dan menyadarkan tubuhku di lengannya. Entah kenapa saat bersamanya seperti ini dan di rumah ini, aku jadi ingat tentang kenangan2 dulu bersama rio.
"Setiap melihat rumah ini aku jadi teringat kenangan tentang kita rio" ujarku yg hanyut dalam hayalan mengingat kenangan dulu bersamanya.
"Iya han, aku juga jadi ingat tentang kita di rumah ini" ujarnya yg ikut hanyut dalam memory kenangan kami dulu.
Ku lihat ia tersenyum sambil menatap kosong seolah mengingat kenangan dulu. Terlitas di benakku untuk mengulang kenangan itu. Aku melingkarkan tanganku ke tubuhnya memberikan pelukan yg hangat padaku dan menyandarkan kepalaku di pundaknya.
Ia merangkulku dan mengusap rambutku.
"Han entah kenapa setiap di dekatmu aku jadi selalu ingat kenangan kita dulu, aku selalu berusaha melupakannya tapi aku tidak pernah berhasil han, entah kenapa hari ini aku ingin mengenang kenangan kita dulu han" ujarnya.
Pikirannya sama seperti apa yg di benakku.
"Kau benar rio, hal itu juga sama apa yg ada di benakku" ujarku sambil mengusap usap tubuhnya.
Lalu ia memegang pipiku dan kemudian menangkupkan bibirnya ke bibirku. Akupun membalas ciumannya dan membuka mulutku sambil memasukan lidahku ke mulutnya.

(*bersambung*)

My Brother Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang