ALTAIR.

Altair.(11)

Altair

○○○

Orion sedang bersama Alta didalam kelas, sudah waktunya pulang tapi mereka masih dikelas bersama dua orang lainnya yang sedang piket kelas.
Orion memangku gitarnya, karena sedari tadi Alta memintanya bernyanyi.
"Buruan nyanyi," ucap Alta sambil meminum minumannya.
Orion terkekeh "Nanti aja, entar si Arma sama Alfa nge-fans sama gue kan repot."
Alta mendengus "Pedenyaa, gece gue mau balik."
Orion mengangguk lalu mulai memetik gitarnya, mata Orion fokus kearah senar senar gitar dipangkuannya.
Wajahnya terlihat serius.
"You'll always have my shoulder when you cry."
Alta menatap Orion dengan mata berbinar, suara lelaki itu sangat bagus.
"I'll never let go, never say goodbye.
You know... you can count on me like 1, 2, 3 i'll be there, and i know when i need it, i can count on you like 4, 3, 2 you'll be there."
"Cause that's what friends are supposed to do."
Orion menghentikan petikan gitarnya.
"Udah ah, ancur banget suara gue," ucapnya sambil menyugar rambutnya kebelakang lalu terkekeh.
Alta tersenyum lebar.
"Suara lo bagus Yon! Bagus bangett."
Orion memasukkan gitarnya kedalam tas gitar.
"Ngibul kan lo."
"Enggak, eh arti lagunya juga dalem ya. Kayak pernah denger orang ngomong gitu deh kemarin," sindir Alta
Orion yang tahu bahwa Alta tengah menyindirnya hanya memutar bola matanya.
"Siapa? Salah denger kali lo. Ayo balik."
Orion langsung berjalan mendahului Alta keluar kelas.
Alta mengejarnya.
"Beli seblak duluuuu yaa yon."
Orion memutar bola matanya. Gadis itu memang selalu memikirkan makanan.

○○○

"Ga pliss, jangan marah," ucap Lyra dengan nada memohon.
Auriga hanya diam.
Lyra hampir saja menangis, andai dia tidak sebodoh tadi maka semua ini tidak akan terjadi.
Lyra terlalu percaya diri saat itu, ia fikir Auriga tidak akan mendiaminya seperti sekarang.
"Ga." Lyra sudah menangis, ia takut jika Auriga akan menjauhinya.
Auriga menoleh, wajahnya datar.
"Seharusnya kamu gak gitu Ly, mengungkapkan perasaan itu pekerjaan lelaki. Kamu jangan." ucap Auriga datar.

○○○