0.6 Perpustakaan

328 68 22
                                    

"Eun, lu mau kuliah di mana?" Ilhoon menatapi Naeun di seberang rak buku.

Naeun mengajaknya ke perpustakaan. Tempat yang sangat asing bagi Ilhoon. Menatapnya dari luar saja sudah membuat dirinya merasa dilahap monster kebosanan. Tapi berjalan menyusuri rak buku sambil menatapi Naeun di seberangnya tidak pernah membosankan. Wajah yang serius saat memilih buku-buku dan helaian rambut hitam pekat yang jatuh miliknya mengunci mata Ilhoon. Matanya yang menyipit saat menemukan buku asing, lalu membesar saat tahu buku itu begitu menarik. Alisnya yang ikut berkerut saat dia tidak memahami satu pun kata dari buku yang dibacanya. Bibir yang tersenyum saat membaca beberapa fakta unik baru yang tidak pernah dia ketahui. Semuanya seperti lukisan yang terlihat nyata.

"Gue niatnya ke luar kota. Lu?" jawab Naeun lalu menatap lelaki di seberang.

Ilhoon berjalan mengitari rak buku lalu berdiri di sebelah Naeun. Gadis itu merasa tidak nyaman jika berada terlalu dekat. Membuatnya tidak fokus.

"Gua ikut," balasnya santai sambil mengambil salah satu buku.

Naeun menoleh cepat, "Kenapa?"

Ilhoon juga menoleh ke arahnya, menatapi Naeun sambil tersenyum, "Emang kenapa?"

"Ng- Nggak."

Setelah selesai memilih buku, Naeun berjalan ke meja yang disediakan perpustakaan. Ilhoon mengekori di belakang seperti anak ayam.

Naeun duduk dan selalu ada Ilhoon di hadapannya. Selalu tersenyum, dengan tangan kanan menopang dagu. Sudah menjadi kebiasaan bagi Ilhoon dan sudah menjadi pemandangan biasa bagi Naeun.

"Terus Lee Changsub?" Pertanyaan lelaki itu membuat gadis di depannya menggigit bibir. Dia panik, khawatir salah memilih kata lagi.

"Ma- Maaf."

Gadis itu menggeleng, "Gak pa-pa." Lalu dia melanjutkan sambil tersenyum getir, "Kak Changsub terpaksa aku putusin."

Ilhoon terdiam. Walaupun memasang tampang biasa, hatinya berbunga-bunga! Pikirannya bersorak kegirangan. Dia menahan senyum sebisanya, sampai di fase terlihat seperti orang gila. Siapa peduli? Son Naeun sekarang seorang jomlo!

"Serius?"

Naeun mengangguk, hati Ilhoon berteriak dibuatnya. Masih ada kesempatan. Tuhan benar-benar baik. Penantian dan usahanya terbalaskan dan Ilhoon ingin berlari mengelilingi lapangan hingga tenaganya habis. Dia ingin berteriak gembira hingga suaranya hilang. Dia ingin tersenyum bahagia hingga seluruh kesedihannya selama ini luntur.

Kalau hati Naeun sebuah gawang, maka kali ini tidak ada kiper yang menjaganya. Ilhoon bisa mencetak gol kapan saja. Melakukan selebrasi setiap berhasil membuat gadis itu bahagia. Tidak ada lagi yang menghalanginya.

Jung Ilhoon berada di langit ketujuh!

Kini setiap kali Naeun pergi ke perpustakaan, Ilhoon selalu ikut. Berusaha mengerjakan soal dan belajar walaupun matanya tidak pernah berada dalam satu fokus. Keberadaan gadis itu terlalu kuat. Bagi Ilhoon, wajar saja dia selalu mencuri pandang ke arah gadis di hadapannya. Yang tidak wajar adalah orang yang bisa-bisanya mengabaikan keindahan makhluk Tuhan demi pelajaran. Lagipula bagaimana bisa kau mengabaikannya? Sungguh aneh.

Perlu diulangi, cara pikir lelaki itu luar biasa.

Sudah sebulan sejak Ilhoon berubah. Bolak-balik ke perpustakaan setiap hari. Membawa buku ke mana-mana, mengikuti les tambahan, menghentikan hobinya bermain game, dan kebiasaan lain yang sekarang hanyalah belajar, belajar, dan belajar.

Ralat. Naeun, belajar, dan belajar.

Setidaknya sudah bukan Naeun, Naeun, dan Naeun lagi.

Naeun yang mulai bosan karena Ilhoon sudah jarang berkunjung ke rumahnya mengerutkan alis, frustrasi. Hari ini hari Minggu. Dan bagaimana bisa Ilhoon tidak mengunjunginya dua minggu ini? Termasuk hari libur? Hari wajib- Hari di mana dia selalu berkunjung?

Naeun membuang pikiran tentang pilihan kata 'wajib' jauh-jauh. Siapa dia, sehingga Ilhoon wajib mengunjunginya?

Intinya, ada apa dengan Jung Ilhoon?!

Gadis itu menyapa ibu Jung saat beliau membukakan pintu. Menaruh telunjuk di depan bibir sambil tersenyum jahil. Ibu Jung mengerti, gadis ini mempunyai seribu satu rencana.

"Oh? Naeun?"

Minjoo yang sedang menyiapkan sarapan menyapa riang. Senyumnya berseri-seri. Naeun terlonjak kaget lalu berdesis panik sambil menaruh telunjuk di depan bibirnya. Perempuan itu menutup mulutnya rapat-rapat sambil mengisyaratkan kata maaf, menyengir lebar. Naeun hanya bisa cemberut. Jung Minjoo pasti akan mengejeknya habis-habisan!

Pintu kamar Ilhoon terbuka sedikit. Gadis itu mengintip, dengan senyum yang belum luntur. Melihat gundukan selimut di hadapannya saja sudah bahagia rasanya. Mereka hanya bertemu di kelas, dan lelaki itu hanya mengucapkan sepatah dua patah kata padahal dia orang yang banyak bicara. Menjengkelkan sekali! Dia juga menolak pulang bersama. Apa-apaan? Terlihat jelas dari matanya yang sangat menginginkan itu terjadi. Ilhoon membohongi dirinya sendiri dan juga Naeun.

Melihat Ilhoon masih asyik bermain di alam mimpi, Naeun berlarian memasuki kamarnya dan terjun ke tubuh lelaki itu. Terjun, dia menimpanya dan mata Ilhoon terbuka lebar.

"Bangun, bego! Bangun! Jam segini kok masih tidur?!" Naeun tertawa geli. Setelah sekian lama, gadis itu bertingkah begitu girang dan kekanakan. Senyumnya berseri-seri. Matanya menyipit seperti bulan sabit, sempurna. Dia mengibas selimut Ilhoon lalu memainkan wajah bangun tidurnya.

Ilhoon mengerjapkan mata berkali-kali. Sinar matahari begitu menusuk dan suara berisik samar-samar terdengar. Saat dia memfokuskan matanya, dia sadar.

Dia seharusnya tidak tidur dengan kaos tak berlengan dan boxer malam itu.

~

Bagaimana bisa kamu menjaga ekspresimu agar tetap biasa saja semudah itu saat di dekatku?

Padahal aku mati-matian menahan senyum, bahkan saat kamu jauh.

Beritahu aku.

Bukan supaya aku bisa berhenti tersenyum saat bersamamu.

Aku ingin meruntuhkan dinding itu agar kamu juga selalu tersenyum saat bersamaku.

Anti Ilhoon Ilhoon ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang