Ilhoon menarik selimut dari genggaman Naeun, menutupi tubuhnya. Gadis di depannya terdiam lalu kembali tertawa. Sungguh, dia cantik.
Pemandangan itu, Naeun tidak peduli. Sudah biasa. Namun, Ilhoon sangat peduli. Telinganya merah luar biasa.
"Lu ngapa-"
"Ilhoon lu tatoan?!!"
Ilhoon dengan sigap membekap mulut Naeun. Ah, gadis ini baru datang sudah membuat masalah!
"Diem, anjir."
"Khwswa iwh."
"Hah? Apa, sih?"
Naeun menatap lelaki itu malas. Ilhoon mengerti dan melepaskan genggamannya yang sempat menyentuh bibir lembut gadis itu.
Menyadari tangannya menyentuh bibir Naeun membuat pikiran Ilhoon meracau ke mana-mana.
Tidak. Tidak.
Jaga pikiran.
Tarik napas.
Hembuskan.
Anggap saja itu Sungjae.
Iya, Naeun sekarang adalah Sungjae.
Ilhoon berhasil membohongi pikirannya dan sekarang dia mual.
"Kasar, ih," cibir Naeun membuat khayalan menjijikan Ilhoon hancur dan sekarang dipenuhi pelangi dan gemintang.
Matanya tak berkedip, sedangkan mulutnya tertutup rapat, seperti biasa. Gadis di depannya juga menatapi dengan bola mata yang berwarna coklat indah. Tidak ada kata yang bisa menjelaskan warnanya. Hanya... Seindah Son Naeun. Segalanya. Mulai dari puncak kepala yang ingin diciumnya suatu saat nanti, hingga ujung jempol kaki yang ingin dimainkannya setiap bangun tidur.
Hanya... Seindah khayalan jika bisa memiliki Son Naeun seutuhnya.
"Hayo yang di atas! Kok diem aja sih? Ngapain kalian?!" Teriakan nakal Minjoo dari bawah benar-benar membuat Ilhoon kesal.
"GAK NGAPA-NGAPAIN ASTAGA!" seru Ilhoon dengan telinga kembali memerah.
Naeun mengerjapkan mata. Teriakan kedua orang itu membuatnya panik. Pipinya kemudian memanas hingga terlihat seperti tomat.
Tapi setelah melihat Ilhoon tersenyum di hadapannya, dia menjadi lebih tenang. Bibir gadis itu secara tak sadar terangkat. Waktu kembali berhenti. Ah, benar-benar. Jung Ilhoon punya seribu satu cara untuk membuat suatu momen terasa abadi.
"Udah jatuh cinta belum?"
Pertanyaan asal Ilhoon membuat hati Naeun hampir melompat keluar dari tempatnya.
"Hah?"
Dia tertawa, "Kemarin-kemarin lu bilang udah natapin gua semenit lebih, tapi kaga jatuh cinta. Sekarang udah belum?"
Salah langkah. Membuat Naeun salah tingkah.
Naeun hanya berbohong malam itu dan sejak kapan temannya ini memiliki ingatan yang kuat?
"Belum."
Tidak apa. Ilhoon juga tidak mengharapkan jawaban lebih.
Gadis itu beranjak dari tempat tidur untuk menghindari kontak mata dengan lelaki di hadapannya.
"Yuk, sarapan," ujarnya dingin di depan pintu.
Ilhoon berlari sambil tersenyum gemas, "Yuk, istriku!"
"Istri apaan, anj-" Naeun menutup mulut. Kemudian dia berbalik badan, dengan pipi yang kembali memerah dan alis yang mengerut kesal.
Ilhoon merangkul Naeun sambil tersenyum lebar. Lee Changsub? Siapa Lee Changsub? Son Naeun sekarang hanya milik Jung Ilhoon. Jemari yang kini mengacak-acak rambut Naeun ialah satu di antara banyak bukti yang akan disusun mulai dari hari ini.
"Makin deket aja kalian," goda ibu Jung saat menyelesaikan makanannya. Naeun yang sedang memegang pisau hampir saja salah mengira jarinya adalah apel.
Ilhoon menyengir lebar. Dia tidak pandai menyembunyikan emosi, apalagi kebahagiaan yang sangat dinantikannya ini.
"Iya, dong," balasannya mengundang tawa semua orang di ruangan itu. Kecuali Naeun yang menyesal, seharusnya dia tidak berada di sana.
Ilhoon yang dipuji semakin berbunga-bunga. Dia beranjak dari kursi dan membereskan semua peralatan makan. Kegiatan itu hanya dilakukan setiap neneknya yang tinggal di tepi kota berkunjung ke rumah. Jadi, bisa dibilang kehadiran Naeun benar-benar spesial.
Ibu Jung menatap punggung anaknya terharu. Minjoo tersenyum miring, sedikit jijik karena dia sudah melewati fase itu.
"Sini ak-, gua cuciin," khayalannya tentang berbicara dengan aku-kamu hampir saja menjadi kenyataan.
Naeun menoleh, mengambil tumpukan piring lalu kembali berpaling ke wastafel. Dia tidak bisa menatap Ilhoon dalam keadaan seperti ini. Ilhoon tidak boleh melihatnya merona. Ilhoon tidak boleh melihat senyum kegirangannya.
Bisa malu!
Sialnya lelaki itu justru semakin mendekat. Naeun menjauh, hatinya menari-nari. Bibirnya tertutup rapat. Pikirannya benar-benar kacau sekarang.
"Mau dibantuin apa, hm?" Ilhoon bertanya dengan lembut, membuat Naeun merinding.
Gadis itu menggeleng dengan cepat, "Ngga ada."
Dia tersenyum manis. Benar-benar manis. Naeun tidak pernah melihatnya seperti itu. Atau mungkin saja gadis itu tidak sadar Ilhoon selalu tersenyum seperti itu setiap menatapinya dari jauh.
"Lama amat natapinnya. Ntar jatuh cinta," Ilhoon menolehkan kepala. Matanya yang ikut menyipit saat dia tersenyum dan lengkungan bibirnya mengunci pandangan Naeun.
Jung Ilhoon berhasil membuat inderanya melemah. Dia tidak bisa mendengar apa-apa, dunia menjadi hening. Bibirnya juga tak mengeluarkan suara. Seluruh bagian tubuhnya mati rasa, merinding. Bau sabun cuci piring telah lenyap dan hanya aroma tubuh bercampur sampo milik lelaki itu yang tercium.
Dan matanya tak bisa berkedip, tenggelam di dalam pesona lelaki itu.
~
Tidak perlu kata-kata manis
Senyumanmu sudah membuatku berdebarTidak perlu ucapan selamat pagi
Melihat wajah bangun tidurmu sudah membuat perutku bergejolakTidak perlu menjadi yang paling sempurna
Sudah menjadi tugasku mengisi semua kekuranganmuTidak perlu khawatir
Duduk di sini, di sisiku
Dan akan kubuat kamu menjadi wanita paling bahagia di semesta
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Ilhoon Ilhoon Club
Fiksi PenggemarTau Ilhoon gak sih? Oh, si bacot itu kan? Dia ganteng tau! Ogah, gue mah Anti Ilhoon Ilhoon Club Ah, lama-lama juga demen Diem