[Ngobrol yuk?]
Naeun menatapi layar ponsel. Cukup lama, hingga pikirannya kembali jernih.
Gadis itu segera merapikan rambutnya. Melihat ke cermin apakah wajahnya sudah bersih dari kotoran. Kemudian dia mengganti piyama dengan yang paling indah yang dia punya. Ia memastikan, apakah giginya bersih dari sisa makan malam? Apakah napasnya bau? Naeun menyemprotkan cologne ke tubuhnya.
"Ilhoon," panggil Naeun di hadapan jendela yang tertutup rapat.
Jendela di seberang pun terbuka. Lelaki dengan senyum sumringah menampakkan dirinya dari sana. Rambut yang acak-acakan dan kaos hitam yang senada, seakan menghamburkan tatanan isi hati Naeun.
"Naeun," lagi-lagi dengan nada yang sama.
"Ada apa?" tanya Naeun basa-basi.
"Pengen liat kamu aja."
Jantungnya semakin berdebar tak karuan. Bagaimana bisa Ilhoon menampakkan diri dalam keadaan seperti itu?
Mereka hanya saling diam. Hilang ke dalam pikiran masing-masing. Harus mulai percakapan dari mana? Kata apa yang bagus?
Udah makan malam?
Ah, terlalu kaku.
Lagi ngapain?
Basi banget!
"Lagi ngapain?"
Basi ataupun tidak basi, yang penting ada topik.
Ilhoon mendongakkan kepalanya, "Belajar."
"Kenapa?"
"Hm?"
Naeun menatap lelaki di hadapannya.
"Kenapa belajar?"
Lelaki bermarga Jung itu tertawa lepas. Naeun, yang tadinya kesal menjadi bengong. Naeun, yang tadinya marah menjadi berdebar. Naeun, perasaannya kembali.
"Kenapa? Hahaha. Kamu yang kenapa?" Ilhoon tersenyum miring, "Kok ditanya kenapa? Ya, biar lulus kuliah bareng kamu, lah!"
Kuliah. Naeun tersenyum pahit, kuliah, ya. Tiga tahun terasa begitu singkat. Rasa-rasanya baru kemarin, mereka menjelajahi gedung-gedung sekolah yang terasa asing mengenakan seragam putih biru. Rasa-rasanya baru kemarin, ia bertemu dengan Ilhoon, bocah ompong ingusan yang hobi berteriak dan berlarian mengelilingi komplek. Rasa-rasanya baru kemarin, ia sadar perasaan ini sudah hinggap di tubuhnya.
"Cewek, kenapa bengong?" goda Ilhoon sambil menyengir jahil.
"Tenang aja! Aku pasti bisa, kok, ngejar kamu. Nanti kita bareng lagi."
Kata-kata Ilhoon seakan mendekap Naeun sambil mengusap kepalanya. Begitu lembut, dan ia sudah merasa rindu.
Naeun tersenyum lemah, "Aku tau, Hoon."
"Pinter," Ilhoon tersenyum manis.
"Tapi...," Naeun menggantungkan kalimatnya, membuat Ilhoon mengalihkan perhatiannya kembali dari buku.
"Iya?"
"Belajarnya nanti dulu. Malem ini ngobrol dulu."
Ilhoon terkejut, namun tertawa. Agak lucu, namun kenapa terdengar sedih?
"Ke taman aja, mau?"
Gadis itu mengangguk pelan, "Mau."
"Siap-siap, ya," ia mengakhiri sembari tersenyum.
Ilhoon menutup jendela kamar, begitu juga Naeun. Jantung gadis itu masih berdebar kencang. Semua senyuman yang Ilhoon berikan, terasa berbeda. Terasa... begitu lembut, seperti awan. Suaranya yang Ilhoon keluarkan, terasa berbeda. Terasa... begitu manis, seperti madu. Aroma tubuhnya. Hanya aroma biasa, sampo pria dan keringat yang Naeun sudah terbiasa sejak lima tahun lalu. Namun kali ini terasa... begitu maskulin.
Maskulin? Haha! Lucu sekali.
Naeun mengambil jaket tebalnya dan pergi meninggalkan kamar. Ini hanya sugesti! Semakin kau berpikir seperti itu, perasaan itu akan semakin menjadi. Anggap biasa saja. Ilhoon hanyalah bocah biasa!
"Mau ke mana?" Ibu Son yang sedang menonton TV di ruang tengah mendapati anaknya yang sedang memilih sepatu terbaik.
"Mau main sama Ilhoon."
"Harus banget pake jaket pink bulu-bulu?"
Wajah Naeun memerah. Ia menghentakkan kaki lalu berjalan kembali ke kamarnya. Ibu Son hanya bisa tertawa kecil. Saat anaknya keluar, ia hanya mengenakan jaket tebal yang usang berwarna khaki polos.
"Bercanda kali."
"Enggak kok, aku emang dari tadi pengennya make ini. Pergi dulu, ya, Ma."
"Iya, hati-hati, ya. Titip salam sama Ilhoon, pake muach."
Naeun memutar bola matanya, "Idih."
"Halah kamu masa cemburu sama emak sendiri," godanya membuat telinga Naeun semakin memerah.
"Enggak cemburu, ih! Suka sok tau! Udah, bye!"
Naeun membanting pintu rumahnya lalu berjalan melewati halaman depan sambil ngedumel. Membuatnya tidak sadar, sedari tadi Ilhoon sedang memperhatikan perempuan dengan ikat kuncir kuda asal-asalan itu sambil tersenyum gemas tepat di depannya.
Brak.
Tabrakan klasik, namun membuat Naeun tak berkutik.
"Ngedumelin apa sih, Princess? Hm?"
Ilhoon mengangkat kepala Naeun sambil bermain-main dengan pipi dinginnya. Bibirnya cemberut menirukan ekspresi masam gadis itu, yang tentu saja sekarang berubah menjadi batu.
"Kaget tau!" protes Naeun yang hanya dibalas cengiran oleh lelaki di hadapannya.
"Cantik, kok," Ilhoon mengacak-acak rambut gadis itu.
"Bukan gitu..."
"Kenapa?"
"Bodo, ah!"
Ia tertawa lepas, "Ya udah, ayo jalan-jalan."
~
Aneh, ya
Dulu bisa tertawa lepas dengan kamu
Sekarang mendengar suara kamu saja aku langsung membatuAneh, ya
Dulu bergulat denganmu rasanya bukan apa-apa
Sekarang di saat tangan kita tak sengaja bersentuhan aku sudah merindingAneh, ya
Kamu yang dulu aku anggap bocah lugu
Sekarang membuat seolah-olah aku wanita paling polos di duniaAneh, ya
Aneh

KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Ilhoon Ilhoon Club
FanficTau Ilhoon gak sih? Oh, si bacot itu kan? Dia ganteng tau! Ogah, gue mah Anti Ilhoon Ilhoon Club Ah, lama-lama juga demen Diem