Part. 03.1

2.8K 387 48
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

****

Secara perlahan namun pasti Eunha mulai membuka matanya lalu mengerjap membiasakan diri dari cahaya sinar matahari yang sebentar lagi akan meredup. Dengan perlahan Eunha membenarkan posisi ternyamannya dengan mendudukan diri di atas ranjang sembari memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing.

Setelah dirasa cukup kuat menahan beban diri, akhirnya dengan sekuat tenaga dan cukup hati-hati Eunha beranjak dari ranjang tersebut lalu mengayunkan kakinya menuju ke ruang dapur yang berada di bawah sana.

Rumah mewah ini cukup sepi dan juga tanda-tanda kehadiran Jungkook tidak terdeteksi dari pengamatanya. Mungkin bagi Eunha keadaan ini bisa digunakannya untuk melarikan diri dari rumah ini.

Eunha pun memalingkan arah jalannya memilih memeriksa pintu utama dibanding pergi ke dapur untuk mencari makanan karena sekarang adalah waktunya untuk bergegas pergi dari sini tanpa sepengetahuan sang pemilik rumah ini.

"Sial! Kenapa dia harus mengunci pintu rumah ini," Gerutu Eunha ketika pintu utama tersebut terkunci dengan rapat dan kuncinya juga telah dicabut dari gemboknya. Eunha melirik disekitarnya mencari-cari disekitar tempat berharap menemukan kunci cadangan di dalam rumah ini. Ya, walaupun mustahil tapi setidaknya Eunha harus berusaha keras mencari kuncinya hingga dapat.

Jujur Eunha tidak ingin berlama-lama tinggal dirumah ini apalagi bersama Jungkook yang terkenal pengidap hypersex itu terlihat mengerikan dimatanya kala mengingat hampir setiap saat Jungkook melakukannya bersamanya disaat ada kesempatan. Laki-laki itu sangat cerdik jadi sangat susah baginya untuk pergi dari rumah ini dan kali ini Eunha berharap satu kali saja Jungkook melupakan menyimpan kunci cadangan tersebut.

****

Setelah berhasil kabur dari rumah Jungkook dan berlari cukup lama pergi dari sekitaran daerah perumahan Jungkook hingga tidak terlihat lagi dari pandangannya barulah Eunha menghentikan langkahnya tepat di dekat halte bus. Dengan nafas masih memburu Eunha memilih sejenak melepas penat dengan mendudukan tubuh lelahnya di salah satu kursi yang ada di halte bus tersebut. Eunha terlihat memukul dadanya yang terasa sesak akibat kurangnya pasokan udara yang dihirupnya. Serasa sudah kembali normal, Eunha pun menyandarkan punggungnya kebalakang dengan sejenak memejamkan matanya.

Eunha mengibas-ngibaskan wajahnya menggunakan tangannya guna mengurangi rasa panas yang dirasakannya bahkan sesekali Eunha mengelap air keringat yang ada di wajah hingga lehernya. Keinginan Eunha untuk pergi dari rumah mewah tersebut akhirnya tercapai juga. Sekarang cara terakhir adalah menunggu bus datang menjemput dan mengantarnya dengan selamat sampai tujuan.

Hari semakin sore dan bus akan datang sedikit lama mungkin sekitaran 15 menit sampai 30 menit sesuai dengan jadwal yang tertulis di papan pengumuman itu. Eunha hanya mampu mendengus sebal ketika mengingat jadwal jam kuliah Jungkook sebentar lagi akan berakhir. Eunha berharap dosen pengajar akan memberikan materi tambahan untuk mengulur waktu Jungkook dan setelah itu Eunha bisa pulang kerumah dengan hati nyaman.

"Hiks... hiks... hiks..." Suara tangisan anak kecil yang berada tidak jauh dari tempatnya itu mengundang rasa prihatinnya. Eunha segera beranjak dari duduknya memberanikan diri mendekati anak perempuan itu.

"Kamu kenapa dek?" Eunha merengkuh erat tubuh mungil gadis kecil seakan mencoba menenangkan hati gadis kecil yang tangisnya semakin keras. Untung di daerah ini sepi jadi tidak ada yang melihat mereka seperti ini. Eunha hanya tidak ingin mendengar desas-desus kejelekan yang dilontarkan orang itu kepadanya.

"Mamaku, kemana kak?" Tanya balik gadis kecil itu masih sesegukan di dalam pelukan Eunha. Eunha mengerjap matanya sebanyak dua kali mencoba mencari cara agar gadis kecil ini tidak bersedih lagi. Sebenarnya Eunha juga bingung harus mengatakan apa karena saat ini di dalam pikirannya hanyalah ingin cepat-cepat pergi dari sini sebelum Jungkook menemukannya.

Eunha melepas pelukannya lalu menatap lembut gadis kecil yang ada di depannya itu, "Kamu jangan khawatir. Mama kamu bentar lagi balik kok jemput kamu disini." Bujuk Eunha dengan tersenyum manis memberikan kekuatan pada gadis kecil itu. Tangan mungilnya mengusap lembut pucuk kepala gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang secara berulang kali.

"Kakak tetap disini kan? Temanin aku sampai mama datang?" Eunha terkekeh geli melihat ekspresi gadis kecil itu yang sungguh menggemaskan lalu Eunha pun tidak lupa menganggukan kepalanya sebagai jawaban dari permintaan gadis kecil itu ya--- walaupun di dalam hatinya tidak tenang takut Jungkook mendapatinya ada disini.

Sesuai dengan perkiraan dan tanpa diketahui Eunha dari jauh sana Jungkook terlihat berdiri dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku celana jeans sembari melihat Eunha dari kejauhan dengan tatapan tajamnya seakan sudah siap menghukum perempuan nakal itu. Seringaian-seringaian kecil pun juga terlihat menghiasi wajah tampannya bahkan Jungkook sesekali terkekeh geli mengejek kebodohan Eunha dalam pelarian ini.

Seharusnya Eunha sadar bahwa didalam rumah mewah itu terdapat banyak sekali cctv bertebaran kesana kemari dan juga jangan lupakan beberapa mata-mata suruhan Jungkook akan setia mengikuti kemana langkah Eunha berjalan dan berakhir di tempat ini. Jungkook pastikan Eunha tidak akan pernah menyadari keberadaan mereka kalau sampai Eunha mengetahui keberadaan mereka maka katakan selamat tinggal pada kehidupan mereka.

Jungkook akan benar-benar membunuh mereka satu persatu tanpa menghiraukan jeritan hingga tangisan sendu mereka menuju ajal.

"Iya, kakak janji kok." Lagi-lagi Eunha merengkuh tubuh mungil gadis kecil itu membawanya kedalam pelukan hangatnya.

"Hiks! Tapi aku pengen cepat-cepat ketemu sama mama." Tangis yang mulai mereda kini terdengar keras lagi dan itu sukses membuat Jungkook yang ingin melangkah mendatangi Eunha jadi terhenti ditempat semula. Bukan karena takut tapi suara gadis kecil yang sedang bersama Eunha itu membuat beban tubuhnya semakin memberat hingga deru nafasnya seketika memburu bahkan keringata mulai bercucuran memenuhi sebagian tubuhnya.

Kepalanya terasa pusing akibat suara percampuran jeritan tangis antara anak laki-laki dan juga gadis kecil itu saling bersahutan memenuhi isi kepalanya. Jungkook tidak segan-segan mengerang marah bahkan Jungkook memukul kepalanya seakan dengan cara itu bisa menghentikan suara tangisan itu. Jujur Jungkook benar-benar sangat membenci suara tangisan itu. Ingin sekali rasanya Jungkook memutuskan pita suara gadis kecil itu agar suara tangisan yang menusuk tajam dirinya itu tidak terdengar lagi.


Tbc.

Bagaimanakah? Ada yang sudah bisa menebak tentang masa lalu Jungkook?

Kayaknya cerita ini bakalan banyak konflik sama seperti ceritaku yang berjudul DNA. Haduh! Kenapa setiap aku bikin cerita Eunkook pasti selalu serumit ini T.T berbeda dengan ceritaku lainnya yang terlihat biasa saja tanpa adanya konflik serumit ini.

(Seperti biasa jangan lupa tekan bintang dan juga tinggalkan komentarmu agar aku semangat nulisnya)

Next ---> Part. 03.2

( Hari selasa )

Salam dari sintia yang bela-belain nyempatin diri ngetik kelanjutan cerita ditengah kesibukan acara keluarga.

Another SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang