"Nggak mau tahu, stimulannya diminum." Maura melotot, sementara Chris duduk lemas di pinggir ranjang.
"Aku males minum obat, Maura."
"Semalam kamu demam, tidur pagi, bangun kecepetan, kamu tidur nggak ada 7 jam, Chris. Kalau nggak mau minum obatnya, nggak usah ikut anak-anak nonton kuda lumping deh."
Maura bergerak menuju pintu lalu mau mengunci Chris dari luar kalau saja Chris tidak cepat-cepat berdiri dan memekik panik, "Iya, iya! Sini, aku minum."
Seringai licik di bibir Maura terbit begitu saja. Dia segera mendekat, memberi Chris obat, dan menatap pemuda itu sampai obatnya benar-benar ditelan. "Nah, udah sekarang siap-siap."
Chris mengangguk lesu. Dia segera mengambil ransel berisi kamera dan peralatannya lalu keluar kamar. Kemudian menunggu Maura di teras depan bersama anak-anak yang lain.
Begitu Maura keluar dan bersiap pergi, Chris membelalakkan mata. Anak-anak mau pergi naik motor. Maura yang sudah lebih dulu berjalan di depan Chris santai-santai saja sampai tangan Chris menariknya.
"Chris, apaan sih?" Maura berkelit. Tapi tangan Chris begitu kuat. Tubuhnya kini memunggungi Chris, tapi menempel ke badan pemuda itu.
Chris menundukkan kepala, lalu berbisik, "Kamu lagi menstruasi ya, Maura? Celana kamu ada bercak-bercak anehnya gitu di belakang."
Mata Maura membulat. Lalu balik berbisik, "Ha? Seriusan?"
"Iya, serius."
Maura segera balik badan sambil menutupi celana bagian belakangnya. Sial! Kenapa dia bisa jorok dan ceroboh seperti itu, sampai tamu bulanannya datang saja tidak sadar. "Kamu berangkat duluan deh sama anak-anak, Chris. Aku bisa nyusul nanti"
"Seriusan nggak apa aku pergi dulu?"
"Iya, asal pegangan yang kenceng ya, bonceng Doni aja yang badannya gede. Jangan tidur di atas motor."
Chris tersenyum. Lalu segera melesat mendekati Doni tanpa mengucapkan apa-apa lagi kepada Maura. Sementara itu Maura mendengkus. Tamu datang tanpa diundang. Kepergok Chris, rasanya jadi double apes.
***
Kesenian kuda lumping menjadi hal baru yang yang Chris sukai sekarang. Dia tidak menyangka kalau acaranya akan seseru itu.
Ada belasan penari dengan riasan dan baju tradisional yang unik. Semuanya menari di tengah tanah lapang diiringi musik tradisional bernama gamelan. Setiap penari memegang satu anyaman berbentuk kuda. Chris tertawa-tawa puas. Dia mendapat bonus lagi di perjalanan kali ini. Padahal menonton kuda lumping tidak ada di dalam daftar misinya.
Pemuda itu ditemani Doni berkeliling lapangan. Mencari spot terbaik untuk mendapatkan angle foto yang keren dari pertunjukan itu. Sudah ratusan foto ia jepret. "Mas, kameranya simpen aja deh. Sebentar lagi mereka ndadi. Biasanya yang nonton kocar-kacir kalau disamperin sama ebeg yang ndadi."
"Ndadi? Apaan ndadi, Doni?"
Doni meringis kuda. "Kesurupan, Mas. Ini mereka bentar lagi klimaks nih narinya. Itu di sebelah sana lihat, ndak? Ada sesajen gitu, kan? Itu nanti dimakan sama penari-penari yang kesurupan."
Chris membelalakkan mata lalu menatap Doni, agak takut. "Ih, serius pakai ada kesurupan gitu?"
"Iya, Mas. Nih nanti kalau mereka kesurupan, mereka tuh nerjang apa aja yang ada. Nggak menutup kemungkinan, ngedeketin penonton. Nanti penonton lari-lari deh, malahan, penonton juga bisa ikutan kesurupan. Daripada nanti kameranya kenapa-napa mending disimpen aja mulai dari sekarang."
![](https://img.wattpad.com/cover/139725190-288-k315179.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIR UNFAIR
ChickLit*Pemenang Grassmedia Fiction Challenge 2020* Kata Praska, Maura itu bodoh dan selalu melakukan segala hal berdasarkan prinsip tapi tanpa pertimbangan. Jadi, saat Maura kehilangan pekerjaan dan membawa pulang beban hutang yang banyak sekali kepada k...