#part5

127 41 13
                                    

terkadang aku menangis ketika ada teman yang menceritakan kebahagiaan suasana keluarganya.
mungkin aku iri.

___________________________


"Cathy tungguin gue, Cathy!" teriak Bryan, sembari mengejar Cathy.

Dengan langkah terburu buru, Cathy berlari menjauhi Bryan. Ia sangat ketakutan, karena ketahuan menguping percakapan cowok itu tadi.

Bughh!

Tiba-tiba Cathy tidak sengaja  menabrak seseorang dan terjatuh yang ternyata itu adalah Kyla, sahabat nya. Kyla yang menabrak Cathy hingga jatuh, entah kenapa merasa tidak bersalah, dan membiarkan Cathy tanpa membantunya. Melihat sahabatnya berlalu pergi begitu saja, sontak Cathy terkejut serta bingung melihat perlakuan Kyla, hingga ia tidak sadar bahwa Bryan, cowok yang dihindarinya tadi telah berada di depannya.

"heyy,berdiri lo!" kata Bryan, sambil mengulurkan tangannya. Dengan hati yang teramat takut bercampur gugup, Cathy menerima uluran tangan cowok itu.
akhirnya cathy berhasil berdiri,lalu Bryan mengajukan pertanyaan dengan mimik yang sangat menyeramkan, membuat Cathy bergidik, takut. "Lo kenapa bisa ada di taman belakang?"

"E-nggak, tadi gue cuma lewat aja. Terus nggak sengaja liat lo teleponan," jawab Cathy dengan jujur.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka dari belakang.
"Demi kebaikan lo, gue bakalan ngerubah lo perlahan-lahan dengan cara ngedekatin lo dengan dia, tapi mungkin hanya sesaat karena itu adalah posisi gue,'' kata orang itu dalam hati.

"Hm, terus lo nguping pembicaraan gue tadi?" lanjut bryan.

"Ta- taadii ka-"

"Eh, kalian ngapain berduaan disini? Tegang banget lagi suasananya, atau jangan-jangan lo mau nembak Cathy ya, Bry? Wah, nggak so sweet banget lo! Kalau mau nembak cewek itu pakai bunga, atau boneka, atau sesuatu yang buat romantis deh intinya!" kata Serin tiba-tiba yang entah darimana asal-usulnya.

Tanpa menggubris pernyataan Serin, Bryan menarik sebelah tangan Cathy, dan berlalu pergi meninggalkan Serin.

"Eh ngapain lo tarik-tarik gue? Ser, gue pergi duluan, ya!" teriak Cathy.

"Ih, kesel banget gue! Capek-capek ngomong tapi dicuekin. Aduh, rasanya pengen gue iris-iris aja tuh si Bryan terus dijadiin bumbu masakan. Secara kan, dia tuh manis," oceh Serin. "Loh, mana mereka, ya? Gila ah, gila gue ditinggal lagi. Nasib jomblo mah gini."

****

"Apa, sih, lo tarik-tarik? Lepasin gue, deh!" bentak Cathy pada Bryan. Kemudian Bryan melepaskan genggaman tangannya dari cewek itu.

"Ayo!" Hanya satu kata yang Bryan ucapkan, kemudian cowok itu masuk ke dalam mobil. Cathy yang merasa bingung, hanya diam di luar saja.
"Woi, masuk lo! Ngapain masih diam di situ? Ayo!" titah Bryan dengan nada dingin. Kemudian Cathy masuk ke dalam mobil cowok itu dalam diam.

Ya begitulah Cathy dan Bryan, dari mereka berdua, tidak ada yang berani membuka pembicaraan yang menyebabkan suasana menjadi tegang. Tapi kali ini Cathy memberanikan diri untuk bertanya.

"Kita mau ke mall, ya? Nggak usah jadi, deh! Gue nggak mau porotin lo buat beli boneka gue. Gue udah ikhlasin tawaran itu.''

"Siapa juga yang mau ajakin lo beli boneka? Nggak usah geer, ya!" jawab bryan asal.

"Jadi, kita mau kemana, dong?" tanya Cathy, penasaran. Namun, Bryan memilih untuk diam, dan tidak menjawab pertanyaan dari cewek itu.


****


Di sebuah rumah sakit ternama khusus kejiwaan di Jakarta, Bryan masuk ke dalam suatu ruangan yang disusul oleh Cathy dari belakang.

Ngapain dia kesini, ya?- batin Cathy. Ia tidak berani bertanya apapun. Ia mengikuti saja Bryan, lagipula ia belum terlalu paham dengan jalan di rumah sakit ini, karena ia baru pertama kalinya juga kesini.

Tiba-tiba ada seorang cowok yang berlari mendekati Bryan, lalu memukulinya. Dengan hati yang teramat hancur, Bryan hanya diam tanpa melakukan perlawanan apapun pada cowok itu. Setelah merasa puas memukuli Bryan, kemudian entah mengapa cowok itu menangis.

Bryan mendekat ke arahnya cowok itu. "Hai, Bang! Abang baik-baik aja kan di sini? Nggak ada yang pukulin Abang kayak dulu lagi kan di sini? Aku bakal sembunyiin semuanya demi kebaikan Abang," ucap Bryan kepada cowok itu.

Cowok itu hanya diam, tidak menjawab. Cathy yang melihat cowok itu, merasa de ja vu. Ia seperti mengenalinya, dan ia seperti pernah bertemu cowok itu sebelumnya. Tapi, siapa dia? Dia hanya abang Bryan yang baru dikenalnya sama seperti Bryan yang baru dikenalnya. 

"Suster, jaga abang baik-baik, ya! Jangan biarin siapa pun temuin dia selain aku. Sekarang, aku mau pulang dulu."

Dengan hati yang teramat berat, Bryan meninggalkan tempat itu. Sebelum ia benar-benar pergi, ia melihat sejenak ke belakang bahwa cowok tadi masih terus menangis. Entah mengapa, ada rasa sesak di hati Bryan ketika melihatnya menangis, karena bagi Bryan sekarang satu-satunya harta miliknya adalah abangnya sendiri. Papa? mama?Entahlah. Tanpa sadar, air mata menetes di pelupuk matanya. Cathy yang melihat hal itu merasa bingung sekaligus heran mengapa Bryan menangis, karena Cathy pun tak tau permasalahan Bryan.

Tanpa aba-aba Cathy masuk ke dalam mobil mengikuti Bryan.

"Tadi itu abang lo?" tanya Cathy.

"Iya, itu abang gue."

"Oh, dia lagi sakit, ya? Kok bisa dirawat di rumah sakit jiwa, sih?"

"Nggak!" kata Bryan, tegas.

Cathy yang terkejut dengan suara Bryan, memilih diam. ''Maaf, kalau gue salah ngomong.''

Bryan hanya diam menanggapi perminta maafan itu, dan sebagai peramai suasana ia memasang lagu di mobilnya.


"Harta yang paling berharga adalah keluarga.
Istana yang paling indah adalah keluarga.
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga.
Mutiara tiada tara adalah keluarga,"

nyanyi Bryan mengikuti lagu yang berputar.

Yap! Lagu ini adalah lagu yang sangat disukai oleh Bryan dulu. Lagu yang sangat bermakna bagi Bryan dan abangnya. Sekelebat kenangan-kenangan manis keluarganya terputar diingatannya. Bryan sangat merindukan hal itu.

Begitu pula dengan Cathy, begitu ia mendengar lagu ini, ia seketika merasa rindu kepada mamanya. Cathy juga sempat berpikir, bahwa lagu ini bakalan dijadikannya sebagai lagu favorit mulai detik ini.

Mereka berdua hanyut dalam suasana lagu ini sehingga Bryan tidak sadar bahwa mereka telah salah jalan.

"Eh, kita ini dimana, ya?" tanya Bryan. Cowok itu langsung mematikan musik. Bryan merasa bahwa mereka telah salah jalan. Ia juga belum terlalu hafal jalan-jalan di Jakarta.

Cathy yang sempat hanyut dalam suasana, tiba-tiba terkejut mendapat pertanyaan itu. "Eh gila lo, ya? Maksud lo, kita tersesat?"

"Kayaknya gitu," jawab Bryan, sembari turun dari mobil.

Cathy yang merasa ketakutan, hanya bisa mengikuti Bryan saja. "Bry, gue takut ini. Plis, dong, jangan cepat-cepat jalannya. Gue capek."

"Hm, ya udah gue lambat."

"Makasih Bryan. Lo ganteng deh kalau baik," canda Cathy.

Sementara Bryan yang mendapat pujian seperti itu, entah kenapa merasa deg-degan seketika. Tapi, dia tetap menanggapinya dengan biasa saja, agar tidak kelihatan lebai dan selalu stay cool. Bukan Bryan namanya kalau tidak menjaga image.

happy reading guys😊
lagu nya di dengerin ya... lagu favorit author juga tuh😂
btw di mulmed ada bryan,,ganteng banget kan??
jangan lupa vote and coment..

Faux SourireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang