Lebih baik aku diam.
Saat bibir itu malas berucap
Saat lidah itu telah keluh ditelan amarah.
Saat mulut itu telah terkunci rapat,
Untuk apa aku berbicara???
Jika sebuah kata tak berharga lagi,
Untuk apa aku menyapa??
Jika bagi kalian "diam" ku lebih nikmat.
Lebih baik aku diam.
Walau aku tau itu tidak menyelesaikan masalah!~bryan.*****
~~Flashback~~
"Papa sama mama bisa nggak, sehari aja nggak bertengkar? Apa tanpa bertengkar hidup kalian nggak tenang? Apa dipikiran kalian hanya ada harta, harta, dan harta, tanpa ada kedamaian sedikit pun? Kami juga butuh perhatian kalian Ma, Pa. Kami pengen seperti anak-anak lain yang selalu dapat kasih sayang dari orang tuanya. Kami nggak butuh harta kalian, karena bagi kami kebahagiaan tidak muncul melalui harta yang berlimpah, tapi muncul dari kebiasaan hidup yang penuh kasih!""Hei, kamu anak kecil diam saja! Kamu itu belum tahu apa-apa, nggak usah sok menasehati. Ini urusan orangtua. Mending, sekarang kamu masuk kamar sana!" bentak laki laki itu, kepada salah satu anak laki-lakinya.
Anak laki-laki itu akhirnya menyerah, ia sudah muak dengan kondisi keluarganya. Namun, sebelum ia masuk ke kamar, ia mendengar sebuah kalimat yang sungguh mengejutkan.
"Ya sudah kalau begitu, mulai sekarang kita jalani hidup masing-masing. Kita cerai! Bryan tetap tinggal bersamaku, sementara bocah cacat itu tinggal bersamamu!"
Benar, anak laki-laki itu sudah muak dengan keluarganya. Tapi, ia tak pernah membayangkan bahwa orangtuanya akan mengambil keputusan untuk bercerai.
****
Bel pulang sekolah berbunyi, membuat para siswa yang tadinya tenggelam di alam mimpi akibat dongeng Bu cecil di depan kelas, bangun dengan semangat dan bersorak-sorak riuh. Beruntungnya mereka mendapatkan satu sesi pembelajaran yang gurunya sedikit malas untuk menegur murid-murid yang tidur. Lumayan, mereka bisa tidur siang.
"Oke anak anak, sampai disini dulu pembelajaran kita hari ini. Terima kasih."
Kyla merenggangkan badan, terlihat lelah saat memperhatikan coret-coretan di papan yang sangat dibencinya. "Uh, akhirnya pulang juga. Lelah juga nih otak gue, diacak-acak sama rumus yang nggak tahu asal-usulnya itu."
"Bacot lo, Kyl. Dari tadi lo 'kan tidur bukan ngedengerin Bu Cecil ngejelasin!" Serin menjitak kepala Kyla dengan gemas. "Lihat nih gue dari tadi selalu fokus tapi tetap nggak ngerti, sih, soalnya gue ngelamunin mantan."
Cathy tertawa mendengar celetukan teman-teman barunya. "Yaelah, sama aja boong bego!"
"Eh, lo bertiga dengerin, ya! Jadi, kita harus meneladani sikap hukum newton 1 yaitu 'f' sama dengan nol. Dari rumus di atas, diajarkan jika dalam hidup, kita hanya diam atau melakukan hal yang nggak berguna, maka hasilnya sama dengan nol. Jadi, hal yang lo bertiga lakuin itu adalah hal percuma," kata Bryan tiba-tiba, berhasil membuat Cathy- yang duduk di sebelahnya, Kyla, dan Serin terlonjak kaget.
Bagaimana laki-laki itu bisa berkata bijak dalam waktu semenit? Kemasukan roh apa dia? Ya ampun, ganteng-ganteng kok misterius gitu, sih? Cathy dan kedua temannya menggeleng-geleng kepala tak habis pikir, sementara laki-laki yang kemasukan roh itu, langsung pergi meninggalkan kelas. Melihat kepergian Bryan, mereka bertiga yang sedari tadi menahan napas, kini menghela napas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faux Sourire
Teen FictionRasa sesak dan lupa akan sadar pernah menunas didalamnya. Diam, terbenam, dan berotasi dalam tempat yang seharusnya cinta ada di situ. Huh, tertawa pernah hanya jadi topeng dalam hidupnya. Dia tertawa bukan karna larut dalam cerita lucu yg dia denga...