#part6

104 40 12
                                    

kenangan adalah sesuatu yang bisa menjelma menjadi pisau,dan menusuk jantung paling dalam.
namun tak jarang adalah hal yang sangat mendatangkan rindu.

____________


"Bangun lo, woy!" teriak Bryan disamping telinga cathy.

"Hm, emang udah sampai ya?" tanya Cathy dengan tampang bingungnya.

"Ya menurut lo? Yaudah turun sana!" sambung Bryan.

Kemudian Cathy mengikuti perintah Bryan untuk turun dari mobilnya tetapi sebelum itu Cathy bertanya, "eh lo gak apa-apain gue, kan?"

"Menurut lo?" jawab Bryan dengan khas cueknya.

"Ngeselin banget sih lo jadi orang. Gue masuk dulu. Makasih buat tumpangan nya, hati-hati dijalan." jawab Cathy dengan nada kesal.

Kemudian dia berlalu meninggalkan Bryan yang masih setia menunggu di dalam mobil sambil fokus menatap Cathy yang sudah hampir tak terlihat lagi.

"Cantik juga sih dia , tapi gue harus tetap fokus sama misi awal gue." sambung Bryan dalam hati, kemudian dia pergi meninggalkan pekarangan rumah Cathy.

***


"Akhirnya sampai juga di kamar tercinta ini, capek banget gue, ah," ucapnya, sembari merentangkan tubuhnya di kasur. "Duh, gerah banget, sih. Mandi dulu, ah."

Cathy bangkit dari kasurnya, mengambil handuk, tak lupa sebelum masuk ke kamar mandi ia menyalakan musik untuk menemaninya selama mandi agar tidak terasa sepi. Kenapa? Dia selalu berpikir, kalau hening, setan akan datang menganggunya.

Yap, dia memang orang yang sangat penakut. Apalagi soal mandi. Otomatis kalau hari libur, kebiasaannya untuk tidak mandi semakin besar. Gila, bukan? Ya, begitulah dirinya.

Ketika sedang mandi tiba-tiba ponselnya berbunyi, tanda ada pesan masuk. Tanpa aba-aba, Cathy yang masih mandi di dalam kamar mandi langsung mengecek ponselnya, dan ada pesan masuk dari whatsapp dengan nomor tidak dikenal.

'Mba tolong utang yang di rumah sakit dibayar secepatnya!'

Cathy tertawa terbahak-bahak. "Gila banget ni orang, ya? Emang gue pernah masuk rumah sakit? Emang gue tukang utang ya? Eh, atau jangan-jangan dia salah nomor kali, ya? Atau tukang tipu yang mau porotin gue? Ah, bodo amat deh."

Tanpa membalas pesan tersebut, Cathy menutup ponselnya dan kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda karena pesan tadi.

***


Setelah selesai mandi, Cathy turun ke bawah untuk mencari papanya untuk mengajak makan malam.

"Pa, Papa? Papa di mana?" teriak Cathy sembari mencari papanya. "Ih, mana sih Papa? Belum pulang kerja kali, ya? Hm, ya udah deh gue makan duluan aja."

Cathy beringsut menuju ruang makan untuk memberi makan cacing-cacing dalam perutnya yang sudah mulai kelaparan meminta jatah makan. Dia yang memang sudah sangat  lapar sejak tadi, hingga membuatnya kini memakan makanannya dengan sangat lahap, seperti orang yang tidak makan seminggu. Tidak ada feminimnya sedikit pun sebagai cewek.

Selesai acara makan-makannya, Cathy mengelus perutnya, kekenyangan, sembari kembali naik, masuk ke kamarnya.

"Belajar aja, deh," gumamnya kepada dirinya sendiri.

Dengan semangat yang penuh, Cathy mengerjakan soal-soal latihan di bukunya, membaca materi yang ingin dipelajarinya besok di sekolah, dan mengulangi beberapa materi yang telah dipelajari tadi. Rajin, bukan? Ini yang namanya anak limited edition. Hahaha.

Faux SourireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang