Chapter 24: Recognition

16 4 0
                                    

27 November 2013, Pukul 19:28 KST.

Min Joon akhirnya tiba di rumah mewah yang telah ditinggalinya selama 30 tahun. Ragu, tapi dirinya harus memastikan sesuatu. Min Joon segera masuk dan menjumpai sang ayah yang tengah duduk sendirian di ruang keluarga. Lama tidak datang ke rumah ini, semuanya tampak sama. Yang berbeda hanya wajah angkuh lelaki tua yang tak tampak lagi.

“Ayah!” panggil Min Joon tiba-tiba, membuat ayahnya yang sedang melamun kaget dan mencari arah suara.
“Min Joon?” ucapnya berlari ke arah Min Joon dan memeluknya penuh kerinduan.
“Ada apa? Kenapa kau lakukan ini?” tanya Min Joon dingin melepaskan pelukan itu.
“Tidak mengapa,” lanjutnya menahan rasa pilu.
“Ayah, aku ingin bertanya sesuatu padamu.”
“Maafkan aku …,” seru ayahnya terisak menguji hati seorang Park Min Joon, dengan sedikit memaksa Min Joon meraih pundak tua itu dan membagi pelukan. “Aku tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik, aku tidak bisa jaga istriku sendiri …,” lanjutnya terdengar sedih.
“Apa maksudmu?” tanya Min Joon melepaskan tubuh yang mulai renta itu.
“Sejujurnya—”
“Suamiku!” teriak seseorang memotong pembicaraan.

Ibu Min Joon kini berdiri di tangga menuju lantai dua. Wajahnya kaku.
“Ibu?” kata Min Joon bingung melihat Ibu yang sangat berantakan. “Ibu apa kau sakit?”
“Anakku, kau kembali?” ucapnya menangis.
“Apa yang sudah kau lakukan kepada Ibu?” tuduh Min Joon pada Ayahnya.
“Ibumu hanya sedang merasa bersalah,” jawab Ayahnya mulai mencoba untuk tenang.
“Suamiku? Apa kau mau membunuhku? Kau mau membuat Min Joon membenciku? Hah?” teriak Ibunya tak keruan. Mendadak situasi menjadi tak terkendali.
“Istriku!” panggil ayah Min Joon menenangkannya.
“Baiklah lakukan, lebih baik aku mati. Aku tidak ingin kehilangan puteraku, lebih baik aku yang pergi!” ucapnya sambil mengeluarkan sebilah pisau dari balik punggungnya.
“Ibu-Istriku!!!” teriak keduanya bersamaan.
“Kau ingin menceritakannya? Ceritakan saja, aku sudah siap!”
“Istriku, maafkan aku! Maaf …,” ucapnya berlutut di lantai, menambah kebingungan bagi Min Joon.
“Lanjutkan saja pertengkaran kalian aku tidak akan pernah kembali ke sini!” seru Min Joon kecewa melangkah pergi tanpa mencoba melerai keduanya.
“Min Joon, maafkan Ibu!” tahannya, Min Joon berbalik dan menghampiri.
“Apa Ibu ingin memberitahukan sesuatu padaku?” tanya Min Joon membujuk.
“Kau benar! Sebenarnya, akulah yang mengirim Jin Hee keluar negeri dan akulah penyebab kematian orang tuanya!” ungkapnya tiba-tiba. Min Joon terkejut. Entah apa yang dimaksudkan Ibunya.
“Apa?” ucap Min Joon melemah saat mendengar pengakuan itu.
“Aku yang merekayasa semuanya, aku yang memisahkanmu dengan wanita-wanita yang pernah kau sukai dulu, akulah pelakunya. Aku hampir membunuh Sun Woo, Itu semua salahkuuu …,” ungkap Ibunya dengan tangis dan hanya bisa membuat Min Joon terdiam membisu.
“Min Joon jangan dengarkan ibumu, dia hanya sedang tertekan!” sela Ayahnya mencoba meralat ucapan Ibunya.
“Akulah pelakunya …. Aku yang melakukan semuanya …,” serunya menggenggam pisau erat-erat.
“Ibu …,” panggil Min Joon menatap Ibu yang terlihat lebih berantakan, “Lepaskan pisaunya! Aku mohon!” pinta Min Joon mendekat dan melepaskan pisau kecil itu perlahan dari tangannya.
“Min Joon?” panggil Ibunya memegang wajah Min Joon yang berpeluh.
“Ibu! Jangan lakukan semua ini …,” ucapnya memeluk ibu, “Kenapa kau melakukannya?” lanjut Min Joon berbisik lemas.
“Maaf …,” katanya perlahan.
“Ini semua salahku!” timpal ayahnya memeluk keduanya dengan tangisan yang tertahan satu sama lain, menyisakan sebuah kepiluan di hati ketiganya.
***

Apa yang terjadi saat ini telah membuat sebuah kesedihan masa lalu terbuka kembali dan akan membuka kesedihan masa depan yang mungkin tak akan sanggup ditanggung oleh keluarga Min Joon. Hanya sedikit penyelesaian yang dibutuhkan saat ini, sebuah pengakuan dan sedikit maaf dari orang-orang tercinta. Apa yang disembunyikan tak akan pernah bisa tersimpan selamanya, semua akan terjadi pada waktu yang tepat.

“Jin Hee, ini yang coba kau katakan padaku?” batin Min Joon menjerit, “Ayah, apa yang sebenarnya terjadi?” lanjut batinnya melirik Ayah yang masih menangis pilu.

Min Joon mengangkat kepalanya, “Ibu, apa yang sebenarnya sudah kau lakukan? Apa semua yang kau katakan adalah kebenaran?” Hatinya meragu dan mulai takut.
Takut akan hal apa yang akan terjadi di masa depan, sebuah masalah yang datang dari masa lalu.
***

Malam yang sangat dingin, terasa begitu menusuk bahkan sangat membekukan bagi Jin Hee dan Min Joon yang keduanya seakan akan dapat merasakan pilu satu sama lain.

Jin Hee duduk merenung di tempat tidur dalam kesendirian yang menerpa, dengan lampu yang tak menyala semua, membuat kamar itu terlihat sedikit gelap terkesan suram. Ditemani butiran salju yang kembali jatuh terlihat dari balik jendela kamar hotelnya membuat siapapun yang tengah merenung dapat memikirkan semua hal menyakitkan.

Suara detikan jam yang terdengar menggema dalam ruangan mengikuti detakan nadinya yang melemah semua itu tak mengganggunya dalam khayal yang pedih.
***

28 November 2013, Pukul 01.10 KST

Min Joon duduk bersama ayah di balkon kamar. Sang ayah telah menceritakan semua yang terjadi. Semua ini hanya untuk melindungi wanita yang mengidap gangguan psikologis itu.
“Aku mendapatkan tanggung jawab dari mendiang Kakekmu. Dia meminta untuk menyayangi puterinya sepenuh hati …,” ungkapnya mengingat. “Saat itu, Ayahku jatuh bangkrut dan aku menikahi ibumu dengan semua keterbatasan. Tapi, dengan gigihnya aku berhasil bangkit dan menjalankan kembali bisnis keluarga,” lanjutnya terhenti sejenak menatap Min Joon.
“Lalu?”

Diceritakannya bahwa sebelum menikah, perusaahaan keluarga Ayah Min Joon mengalami krisis besar-besaran. Park Seung Joo menikahi gadis yang kehidupannya sangat makmur. Song Hye Sun memilih tetap di sisi suami yang sedang bangkrut itu. Dia lebih memilih bersama, menemani, dan menyemangatinya.

Sepuluh tahun kemudian. Saat usianya baru 29 tahun. Kakak perempuan Min Joon yang bernama Min Ah, sakit keras. Song Hye Sun tengah mengandung Min Joon dan sang kakak Min Ho baru berusia sembilan tahun. Min Ah sendiri baru berusia lima tahun. Perusahaan mereka kembali hancur dan masalah finansial mulai menghantui. Hingga pada akhirnya mereka kehilangan gadis lucu itu.

Merasa terpukul atas kepergian Min Ah, Ibunya menjadi begitu membenci Ayah Min Joon. Untuk pertama kali dalam hidupnya, berkata bahwa Park Seung Joo adalah suami terburuk. Song Hye Sun bukan hanya pengidap Bipolar, sikap tenangnya sangat meresahkan. Tertangkap hampir bunuh diri, dia malah hampir membunuh sang Suami.

Song Hye Sun pada akhrinya menjaga Min Joon dan kakaknya seperti barang berharga, bahkan belakangan dia mulai mencoba untuk menjaga sistem kerja Ayah Min Joon di perusahaan dengan alasan dia tak ingin miskin lagi. Karena menurutnya, jika dia miskin, putera-puteranya takkan bahagia.

“Aku bisa mengerti jika memang begitulah keadaannya,” sela Min Joon menghentikan cerita.
“Terima kasih, maaf sudah merahasiakan semua itu darimu!”
“Aku ingin bertanya satu hal, kenapa ibu membunuh orang tua Jin Hee?”
“Dia tidak pernah bermaksud untuk membunuh!”

Semua hanya kecelakaan. Itu yang coba diyakinkan Ayah Min Joon. Namun Min Joon terlalu sulit memercayai hal-hal ringan seperti itu. apalagi dirinyalah yang tertuduh sebagai pelaku. Ayah Min Joon pada akhirnya bicara.

~~~~~♪♪♪~~~~~

To be continued.
Thanks buat yang sudah mampir ya...

Love Sign [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang