1

168K 1.2K 27
                                    

Aku bersungut-sungut setelah turun dari mobil grab, sang sopir pun tampak heran dengan perangaiku yang sedari tadi bermuka masam dan cemberut. Aku melangkah menuju pintu rumah masih dengan perasaan kesal, terlebih ketika Kulihat di garasi mobil, sedan Eropa berwarna merah terparkir gagah, kendaraan yang biasa digunakan oleh Herman, orang yang seharusnya sore ini menjemputku dari tempat bimbingan belajar.

"Maahh !!" Teriakku ketika memasuki rumah,  Aku ingin mengadukan kelalaian Herman yang tidak menjemputku dan membiarkan Aku menunggu selama hampir 2 jam di tempat bimbel.

"Maaah!!! " Sekali lagi Aku memanggil Mamaku tapi tak ada sahutan,  suasana rumah juga tampak sepi seperti tak ada orang sama sekali meskipun di garasi mobil Herman dan mobil Mamaku terparkir rapi.

"Kemana ni orang-orang? " Gumamku seorang diri.

Aku melangkahkan kaki menuju teras belakang rumah karena biasanya di jam seperti ini Mama akan menghabiskan waktu di sana sambil membaca novel sambil minum kopi.  Teras belakang rumahku dibatasi sekat pemisah ruang dapur dan taman belakang,  tak begitu luas tapi cukup nyaman untuk melepas penat di sore hari meskipun hanya terdapat kursi panjang kecil dari kayu jati Jawa. 

Samar terdengar "kegaduhan" di taman belakang rumah,  terdengar seperti orang yang merintih. Aku mempercepat langkah kakiku,  rasa penasaran dalam dadaku yang mendorong untuk segera tau apa yang terjadi di sana. Perlahan Aku menyibak tirai korden putih yang bertengger di atas sekat pintu dapur.

DEG..!!!

Jantungku nyaris berhenti berdetak,  tak jauh dari tempatku berdiri Aku melihat tubuh Mamaku sudah telanjang bulat bersama Herman.  Mereka berdua tengah mahsyuk bersetubuh di atas kursi kayu taman belakang. Tubuh Mamaku menungging membelakangi tubuh Herman yang terus menerus menggerakkan pinggulnya maju mundur sambil menjambak rambut Mamaku.  Seolah tak mengenal tempat dan waktu keduanya terus meluapkan birahi satu sama lain,  erangan dan rintihan tak berhenti bersahutan dari mulut mereka berdua.  Aku sendiri seperti terhipnotis,  alih-alih segera menyingkir dari tempatku berdiri tapi malah tubuhku betah terpaku di balik pintu,  mengintip adegan dewasa secara live,  bukan lewat smartphone atau layar laptop seperti yang kadang Aku lakukan saat berada di dalam kamar sendirian.

Tiba-tiba Herman menoleh ke arahku,  pria itu seperti tau ada orang lain yang mengamati gerak geriknya dari kejauhan.  Belum sempat Aku memalingkan wajah dan berbalik badan,  Herman lebih dulu memergokiku.  Untuk kedua kalinya jantungku seolah berhenti berdetak,  kali ini karena tatapan mata Herman.  Pria itu memberi respon yang tak lazim, bukannya menyudahi "kegilaanya" bersama Mamaku tapi dia justru tersenyum kepadaku dan terus menggenjot tubuh Mamaku dari belakang,  seolah sedang memamerkan "keahliannya" sebagai seorang pria.

Saat kesadaranku kembali normal buru-buru Aku berbalik badan, melangkah cepat menuju kamarku.  Kejadian barusan telah cukup membuatku merasa "hina", tapi respon Herman lah yang membuatku benar-benar tak nyaman.  Ah,  pria itu memang benar-benar brengsek! Jika saja Aku punya keberanian untuk memakinya.

******
3 BULAN SEBELUMNYA

"Apa??!!  Menikah lagi??! " Suaraku langsung meninggi,  sendok dan garpu tersingkir dari genggaman tanganku.

" Dengerin Mama dulu Karin... " Ucap Mamaku mencoba menenangkan emosiku,  duduk di dekatnya seorang pria yang sebulan lalu diperkenalkan sebagai rekan bisnisnya bernama Herman.

"Nggak Mah!!!  Pokoknya Karin nggak setuju kalo Mama nikah lagi!!! " Bantahku masih dengan nada tinggi,  kedua mataku pun menyorot tajam sosok Mama.

"Karin.. Om tau ini nggak mudah buat kamu,  tapi tolong dengerin dulu apa yang mau dijelasin sama Mama. " Kata Herman,  ucapannya tak membuat emosiku mereda tapi malah justru sebaliknya,  amarahku semakin memuncak.

PAPA HERMAN ~ CINTA TERLARANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang