5

78.7K 614 16
                                    

KARIN POV

Badanku terasa begitu lelah, hampir dua jam lebih Aku diinterogasi Polisi perihal kejadian beberapa saat lalu. Awalnya Aku begitu takut, melihat polisi lalu lintas saja Aku sudah begidik ngeri terkadang saat terjaring operasi lalu lintas, apalagi berada di dalam ruangan seorang diri berhadapan dengan seorang penyidik kepolisian. Beruntung penyidik polisi yang kumaksud tak seseram yang Aku bayangkan. Bripda Yanuar, begitu dia bisa dipanggil, bersikap sangat sopan dan kalem kepadaku. Beliau hanya menanyakan beberapa detail kejadian yang menimpaku beberapa saat lalu. Jauh dari kesan kasar dan menyeramkan seperti yang sering Aku lihat di film-film action.

Hampir 2 jam lamanya Aku memberikan keterangan pada Bripda Yanuar. Tiap detail kejadian dari mulai saat Raka menjemputku di rumah, hingga sampai terjadinya perkelahian antara Herman dan Raka, Aku ceritakan secara lengkap tanpa ada yang Aku kurangi maupun lebihkan. Dadaku terasa sesak saat mengingat perlakuan Raka padaku, Aku sama sekali tak mengira jika dia bisa bertindak seperti itu kepadaku. Dari awal Aku mengenalnya sama sekali tak terlintas akan mendapat perlakuan seperti ini. Raka tidak pernah menunjukkan gelagat aneh saat dekat denganku, tapi entah kenapa tiba-tiba hari ini dia berubah 180 derajat, bahkan sudah sangat keterlaluan sikapnya kepadaku. Herman, beruntung dia bisa tiba-tiba berada di sana waktu itu. Meskipun Aku tak mengetahui cara Herman menemukanku, tapi kehadirannya hari ini sungguh sangat Aku syukuri. Mungkin akan lain ceritanya jika Herman tak berada di sana saat itu, bisa saja hal yang sangat buruk akan menimpaku. Apa yang dilakukan Herman hari ini serta merta merubah pandanganku terhadapnya, orang yang dulu sangat Aku benci karena menggantikan peran Papaku justru sekarang menjadi penyelamatku.

"Oke Karin, sepertinya keterangannya sudah cukup. Kamu bisa pulang, setelah hasil visum dari rumah sakit Kami terima maka berkas penyelidikan ini akan berlanjut kle proses selanjutnya. Saran Saya, setelah ini Kamu istirahat dulu di rumah, ambil liburan secukupnya kemudian baru masuk sekolah seperti biasa. Kamu tidak perlu takut atau khawatir lagi, Kami akan meyelesaikan kasus ini sebaik mungkin." Ucap Bripda Yanuar.

"Baik Pak, terima kasih." 

"Oke, Kamu bisa meninggalkan ruangan, kedua orang tuamu sudah menunggu di luar." Aku beranjak dari tempat duduk kemudian berjalan keluar ruangan. Mamaku langsung menghamburkan tubuhnya padaku saat melihatku keluar ruangan. Tangisnya pecah, tangiskupun demikian, rasa haru langsung pecah dalam dadaku. Kami berpelukan sambil saling terisak tangis.

"Kamu tidak apa-apa Nak? Maafkan Mama Karin." Ucap Mamaku di sela-sela isak tangisnya.

"Nggak apa-apa Ma, Karin baik-baik saja, maafkan Karin juga." Seketika Aku kembali teringat sikap burukku pada Mama akhir-akhir ini, apalagi setelah Mama menikah dengan Herman. Aku benar-benar merasa bersalah membenci Mamaku sendiri, apalagi membenci Herman, orang yang menyelamatkanku hari ini. 

*****

2 HARI KEMUDIAN

"Bagaimana keadaanmu Karin ?" Suara berat Herman sedikit mengaggetkan Karin yang duduk sendirian di bangku taman belakang rumah.

"Boleh ?" Tanya Herman kembali, menunjuk sisi lain bangku yang diduduki Karin.

"Silahkan." Jawab Karin mempersilahkan Ayaj tirinya itu untul dudul di sampingnya.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah mendingan?"

"Hmmm, lumayan, sudah nggak terasa pusing lagi." Jawab Karin singkat, dia masih canggung jika ngobrol berdua dengan Herman.

"Syukurlah, besok udah bisa masuk sekolah lagi dong ?"

"Belum tau juga, Aku masih ngrasa nggak nyaman ketemu orang." Bayangan sosok Raka langsung terlintas di kepala Karin.

PAPA HERMAN ~ CINTA TERLARANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang