4

75.1K 596 7
                                    

"Kok berhenti di sini?" Tanya Karin saat Raka menghentikan mobilnya di utara stadion kota, jauh dari mall, tempat dimana mereka akan menonton bioskop. Raka tersenyum, pemuda tampan itu menatap lekat mata Karin yang duduk di sebelahnya.

"Kamu kenapa?" Karin tampak kebingungan dengan sikap Raka.

"Kamu cantik sekali Karin hari ini, jauh lebih cantik dari hari-hari biasanya." Ucap Raka sambil mengusap bahu Karin, tindakan yang membuat Karin semakin bingung dan risih.

"Kamu kenapa sih?" Tanya sekali lagi, sikap Raka membuatnya merasa tidak nyaman. Raka masih saja tersenyum, kali ini sambil kedua matanya mengamati lekuk tubuh Karin, bukan seperti tatapan seorang pria pada kekasihnya,tapi menyerupai tatapan seekor serigala yang siap menerkam mangsanya mentah-mentah.

"Karin..." Raka semakin merapatkan tubuhnya pada Karin, bibirnya mendekati wajah Karin.

PLAK !!!

"Apa-apaan ini ! Jangan kurang ajar ya Kamu !" Sebuah tamparan keras mendarat telak pada pipi Raka. Karin buru-buru melepas sabuk pengaman dari tubuhnya, gadis cantik itu ingin segera pergi dari dalam mobil.

"Brengsek !" Tanpa diduga, Raka mencengkram bagian belakang leher Karin, kasar dan keras, Karin mencoba memberontak tapi usahanya kalah besar dengan tenaga Raka.

"Lepasin! Tolong!! Tolong! Hemmmmpphhhff!!" Teriakan Karin tertahan, kali ini telapak tangan Raka sudah menutup rapat mulut gadis cantik itu.

"Diam ! Atau Aku bertindak lebih kasar lagi !" Ancam Raka serius.

"Raka, Kamu kenapa? Apa salahku?" Ucap Karin setelah tangan Raka menyingkir dari mulutnya, gadis cantik itu terisak, bukan hanya karena tindakan kasar Raka pada tubuhnya,tapi juga karena perubahan sikap pria yang dia cintai begitu menyakiti perasaannya.

"Salahmu karena Kamu begitu cantik." Jawab Raka sambil tersenyum tipis, telunjuknya menyusuri leher jenjang Karin, tatapan matanya berubah menjadi binal.

"Raka, please, biarin Aku pergi." Isak Karin, airmatanya mulai menetes. Perasaan takut menyeruak. Suasana sepi di sekitar stadion semakin membuat Karin ketakutan, dia yakin jikapun dia berteriak sekencang mungkin meminta tolong seperti tadi pasti tidak ada yang akan mendengarnya.

"Kamu jangan takut sayang, Aku tidak akan menyakitimu kalo Kamu mau menuruti kemauanku." Raka melepas sabuk pengamannya, tubuhnya kini bisa leluasa bergerak.

"Raka, please jangan seperti ini. Aku mohon Raka, biarkan Aku pergi." Karin terus memohon agar dibiarkan pergi dan kembali pulang, tapi Raka bergeming, kini tangannya justru mulai menggeranyangi tubuh Karin, menyentuh daerah sensitif gadis cantik itu.

"Mmmmpphhff!!!" Karin berusaha sekuat tenaga menutup rapat bibirnya saat bibir Raka berusaha menciuminya.

"Raka ! Please stop! Mmmmppffhhh!!!" Karin kembali berontak, kedua tangannya berusaha menjauhkan tubuh Raka yang semakin mendekat. Raka tak tinggal diam usahanya semakin keras untuk terus mendekap tubuh Karin.

PRAAAKK!!!! BYAAARRRR!!!

Kaca samping mobil Raka pecah berserakan karena pukulan benda keras dari luar. Belum sempat Raka melihat apa yang terjadi, pintu mobilnya sudah terbuka paksa dari luar, tubuhnya kemudian diseret kasar keluar dari mobil. Karin semakin shock, dia buru-buru melepas sabuk pengamannya dan langsung keluar dari dalam mobil.

BUUUGGHHHTT !!! BUUUGGHHTT!!!

"Bajingan !" Herman melayangkan pukulan bertubi-tubi ke arah wajah dan tubuh Raka, pemuda itu mencoba untuk melawan atau sekedar menangkis pukulan itu tapi usahanya sia-sia. Tubuh dan tenaga Ayah tiri Karin tersebut jauh lebih besar, pukulannya terus menghantam tubuh dan wajah Raka tanpa bisa dielakkan.

PAPA HERMAN ~ CINTA TERLARANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang