7

67.4K 614 11
                                    

BRAAAKK!!!

"Bodoh! Untuk membujuk seorang kontraktor kelas teri saja Kau tidak mampu!" Hardik Bupati Rauf sambil menggebrak meja kantornya. Anton, pria yang dimarahinya itu hanya berdiri tenang nyaris  tanpa menunjukkan raut khawatir atau ketakutan sama sekali.

"Aku tidak mau tau, pokoknya dalam satu minggu masalah ini harus segera beres ! Apapun resikonya Kau harus bisa membereskannya !"

"Baik Pak." Jawab Anton singkat.

"Apa rencanamu untuk bisa merubah keputusan Herman?"

"Setau Saya ada beberapa proyek Pemda yang dikerjakan oleh Herman, Kita bisa menggunakan itu untuk menekan Herman."

"Hmmm, bagus, Kau hubungi Surapto untuk membantumu, dia pasti tau banyak tentang detail-detail kontrak pekerjaan proyek itu."

"Baik Pak."

"Bagaimana keadaan Raka?" 

"Sudah ada orang dalam yang menjaganya Pak, Kapolsek juga telah menjamin keselamatan Raka selama berada di tahanan, tidak akan ada yang berani macam-macam."

"Bagus kalau begitu, sekarang Kau segera hubungi Surapto. Bilang ke dia jika Aku yang menyuruhmu, pastikan masalah ini segera terselesaikan, Aku tidak mau masa kampanyeku terganggu." Perintah Bupati Rauf kemudian.

"Baik Pak, Saya pamit kalau begitu." Anton keluar dari ruang kerja Bupati Rauf, pria gagah itu masih tanpa ekspresi, langkahnya tenang seperti tanpa tekanan. Sudah hampir 5 tahun Anton mengabdikan dirinya kepada Bupati Rauf, pria yang sebelumnya bekerja sebagai debt collector ini begitu patuh terhadap semua perintah Bupati Rauf. Anton merasa bahwa Bupati Rauf sangat berjasa terhadap jalan hidupnya selama ini, bagaimana tidak, 5 tahun lalu saat Anton berada dalam titik terendah sosok Bupati Rauf tiba-tiba datang untuk memberikannya sebuah pekerjaan prestisius. Orang kepercayaan Bupati. Maka tak heran jika sampai sekarang meskipun perangai Bupati Rauf yang emosional, Anton sama sekali tak mengurangi rasa hormatnya terhadap pejabat publik tersebut.

*****

HERMAN POV

Mobilku berhenti tepat di depan gerbang sekolah Karin, setelah beberapa saat beristirahat di rumah akhirnya mulai hari ini putri tiriku itu kembali ke bangku sekolah. Aku dan Marcella bersepakat untuk lebih protektif kepada Karin, bagaimanapun kejadian tempo hari cukup menyadarkan Kami jika keselamatan keluarga adalah yang paling utama. Meskipun hari ini jadwalku cukup padat, tapi Aku tidak mau kecolongan lagi, sebisa mungkin Aku sisihkan waktu hanya untuk menjemput Karin dan mengantarkannya kembali ke rumah dengan selamat. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Karin keluar dari dalam sekolah, langkahnya ringan berjalan menuju mobil, beberapa kawan-kawannya tampak melambai ke arah Karin, Aku pikir Karin sudah bisa melupakan kejadian tempo hari dan kembali bisa bergaul seperti semula dengan lingkungannya. Aku cukup mensyukuri hal itu.

" Sudah lama Pah?" Tanya Karin setelah masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi.

"Baru juga nyampek, langsung pulang ?" 

"Iya Pah." Aku langsung meyalakan mobil kembali, dan melaju perlahan menembus lalu lintas kota. Disepanjang perjalanan Kami berdua terlibat obrolan asyik dan ringan, Karin sudah berubah, sikap jutek dan judesnya terhadapku nyaris tak berbekas. Sekarang dia lebih terbuka, lebih tepatnya dia mulai bisa menerima kehadiranku sebagai Ayahnya. Karin begitu lepas menceritakan harinya di sekolah, beberapa kali dia tertawa riang saat Aku menimpali semua celotehnya dengan candaan, saking asyiknya bercerita perjalanan terasa cukup singkat, hingga akhirnya mobilku sudah berada di garasi rumah.

"Mamamu masih belum pulang sepertinya." Kataku saat melihat keadaan rumah sepi melompong.

"Ya udah nggak apa-apa Pah, Aku di rumah sendirian aja, Papa balik ke kantor lagi." Ucap Karin, Aku masih belum tega meninggalkan Karin sendirian di rumah.

PAPA HERMAN ~ CINTA TERLARANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang