Sudah seminggu sejak Salma keluar dari rumah sakit, ia semakin menjaga jarak dengan Reza, entah apa alasanya, yang jelas Salma memang tak ingin ada perasaan yang lebih pada Reza.
Salma mengaduk-aduk nasi gorengnya tak minat. Sekarang ia sedang berada di meja makan bersama Bara, pasalnya orang tua Salma sedang tidak ada dirumah. Bara memutar bola mata malas melihat sikap Salma akhir-akhir ini, ia juga tidak mau menyalahkan Salma begitu saja karna terlalu berharap lebih pada Reza.
"Hari ini lo temenin gue keluar bentar,ya" pinta Bara "mau ketemu sama temen gue bentar"
Salma mendongak menatap Bara. Sebenarnya ia tidak mau kemana-mana sekarang, tapi ia kasihan juga pada Bara kalau harus keluar malam-malam sendiri "iya. Tapi ada syaratnya" ujar Salma
Bara mendengkus kesal "syarat apa?"
"Janji lo bakal mau beliin gue eskrim,gimana??" Kata Salma sembari menampilkan senyum manisnya
"Kaya anak kecil tau gak" Bara beranjak dari duduknya dan membereskan piring bekas makan malamnya dengan Salma, sedangkan Salma sendiri hanya duduk karna tidak di perbolehkan membantu Bara.
"Gue kekamar,ya Bara" Salma berjalan menaiki anak tangga setelah mendapat anggukan dari Bara.
Sesampainya di dalam kamar ia meraih ponselnya di atas nakas dan terlihat banyak sekali panggilan tak terjawab dari Reza. Ia membuang asal ponselnya dan merebahkan diri menatap langit-langit kamarnya. Ia seperti menerawang kejadian beberapa hari lalu.
"Kok lo jadi ngehindar dari gue gini sih,sal" kata Reza menarik bahu Salma pelan
Salma diam menatap manik Reza dalam. Ia benci keadaan seperti ini. Dimana ia yang harus banyak mengalah, sedangkan Reza ia hanya bisa mempermainkan perasaan Salma. Seharusnya Salma menolak saat Reza meminta untuk membantunya melupakan Diny.
"Gue cuma gak mau terlalu jauh buat ngerasain perasaan,ini" ujar Salma. Ia menahan mati-matian air matanya agar tidak jatuh membasahi pipi mulusnya "berhenti buat mainin hati lo sendiri"
Setelah mengucap kan kalimat itu, Salma pergi meninggalkan Reza di ujung koridor kelasnya. Ia benar-benar tak tahan jika harus memendam perasaan ini terus menerus, Salma mengakui kalau hatinya telah terpikat oleh Reza.
Salma menarik bantal untuk menutupi wajahnya. Ia tidak menyangka kalau kemarin ia berani untuk mengungkapkan perasaannya pada Reza, walau ia tidak yakin seratus persen pada Reza.
Ia merubah posisi menjadi duduk sembari memangku bantal "gue kira selama ini lo punya perasaan lebih ke gue, ternyata selama ini lo cuma mau ngehargain gue dan sekarang lo udah punya pilihan hati lo sendiri" gumam Salma.
*******
Reza melempar asal bola basket di halaman rumahnya, benar-benar hari sial bagi dirinya sekarang. Bagaimana tidak, orang tuanya kini tak pernah pulang kerumah, pipinya babak belur akibat terkena pukulan Dika, dan sudah seminggu ini Salma menghindar dari dirinya. Ia sudah mencoba menelfon Salma tapi tak pernah di angkat, terakhir kali Salma mengangkat telfon darinya malah Bara yang berbicara bukan Salma.
"Apa Salma beneran suka sama sama gue" Tanya Reza pada dirinya sendiri "arrghh" Reza menggaruk rambutnya kasar
Ponselnya bergetar menandakan ada satu panggilan masuk. Ia merogoh benda pipih itu di sakunya, dilihatnya nama Diny yang tertera di layar ponselnya,bukan Salma. Padahal, Reza berharap kalau yang menelfonnya sekarang adalah Salma.
Ia menggeser ikon hijau dengan malas-malasan "kenapa?" Tanyanya langsung
Terdengar helaan nafas dari sebrang sana. Reza berfikir mungkin Diny ingin meminta maaf padanya akibat kejadian tadi siang, lagi-lagi tebakannya salah. Justru kini Diny memintanya untuk bertemu di taman dekat sekolah.
![](https://img.wattpad.com/cover/124743217-288-k664420.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta (I Hate You I Love You)
Teen Fiction(Part 23 di private. Silahkan follow terlebih dahulu jika ingin membaca) Aku menyesal telah membencimu,kini aku menanggung resiko untuk jatuh cinta dengan mu. Benar kata orang, jangan terlalu membenci seseorang nanti kau bisa jatuh cinta dengan nya...