Keesokan harinya, Semuanya bersiap ingin berkeliling kota Bali. Sebelum mereka masuk ke Mobil, Vira mengatakan sesuatu pada Rakha.
"Rakha, lo percaya gak sih kalau Nenek Yanti itu sakti?" Bisiknya.
"Lo tahu dari mana?" Tanya Rakha.
"Dari Ariska, Tapi gue gak percaya,"
Sebelum Rakha menjawab, Khasyim datang dan mengajak Rakha masuk ke Mobil. Ini kembar tapi beda sifat. "Udahlah Rak, nggak usah di tanggepin. Mungkin dia lagi ngayal,"
Khasyim benar - benar membuat Vira kesal. Jujur ya, Vira lebih enak ngobrol sama Rakha. Bukan sama kembarannya!
•=•
Diperjalanan Vira masih saja memikirkan Nenek Yanti.
"Vir, lo kenapa sih ngelamun mulu gua perhatiin. Naber lo?" Kata Robby sambil mengunyah wafer.
"Gue serius penasaran deh sama nenek Yanti,"
"Vir, masih dipikirin? Ngapain?" Tanya Fiona.
"Gue ngerasa diawasin sama dia soalnya,"
"Mungkin cuman perasaan lo aja kali," Sahut Rakha yang sedang menyetir.
"Rakh---Awas eh Berhenti!" Tiba - tiba Vira menyuruh Rakha untuk menghentikan mobilnya secara mendadak.
"Aduuh wafer gue tumpah tuh kan," Keluh Robby.
"Maaf tadi soalnya gue lihat ada kucing mau nyebrang,"
"Tapi gue gak lihat ada kucing tadi," Kata Khasyim.
"Lo kan di depan, masa gak lihat sih," Protes Vira.
"Serius gak. Kata my Father Rasyid, Berbohong itu dosa, jadi ngapain gue bohong,"
"Sudah lanjut," Ucap Fiona. Mereka melanjutkan perjalanan.
•=•
Sampailah mereka ditempat makan, mereka cukup terkejut dengan banyak sekali turis disana. Meski mereka tahu Bali memang destinasi wisata, tapi karena mereka melihatnya secara langsung jadi feel nya beda. Untungnya mereka masih kebagian tempat duduk.
Tak lama pelayan datang membawakan buku menu. Mereka terkejut melihat harganya yang bagi usia pelajar itu cukup mahal. Mereka diberikan selembar kertas until menulis sendiri menu yang dipesan. Sudah 2 sampai 3 kali mereka membaca menu tapi kertas itu masih kosong.
"Oke kita pindah restoran," Kata Khasyim sambil meletakkan buku menunya.
"Lah kenapa?" Tanya Robby. "Makanannya enak enak kok,"
"Harganya yang gaenak," Celetuk kembarannya Khasyim, si Rakha.
"Kita bisa kehabisan ongkos buat balik kalau begini," Tambah Fiona.
"Baru juga sampai, sudah mikirin pulang aja," Kata Robby.
"Kak!" Vira memanggil pelayannya.
"Kenapa? Sudah Ada pesanannya?"
"Maaf kita mau pindah restoran. Terimakasih atas pelayanannya,"
"Oh iya baik tidak apa-apa,"
Mereka meninggalkan restoran itu. Dan berdiskusi di mobil soal makanan.
"Di hotel kita dapat makan gak?" Tanya Fiona memulai topik pembicaraan.
"Kayaknya sih dapat," Jawab Vira.
"Yaudah makan di hotel aja lah," Kata Rakha.
"Kalau Ada yang gratis, kenapa harus bayar?" Perkataan bijak Khasyim keluar lagi.
"Yoi lah," Dan selalu didukung sama Rakha.
"Baru pengen ngerasain makanan harga bintang lima gue tuh malah gak jadi kan," Sahut Robby. Pemikiran Robby selalu beda sendiri dari yang lainnya. Maka dari itulah yang lain harus super extra sabar menghadapinya.
•=•
Sesampainya di hotel, mereka sudah ditunggu Ariska untuk makan.
"Kalian Kalau mau makan langsung ke restoran aja ya. Dari sini mentok belok kiri, dekat kolam renang," Katanya.
"Oke makasih," Hampir semua berkata demikian.
Mereka mengikuti petunjuk Ariska.
"Wooooowwww!!" Robby shock melihat banyak sekali hidangan yang disajikan. Dan makanannya ada makanan yang ada di buku menu tadi.
"Syim, benar kata lo tadi," Lanjutnya sambil menepuk bangga pundak Khasyim.
"Serius sebanyak ini?" Fiona heran masih tidak percaya.
Rakha dengan kebijakannya berkata, "My Mother Rachel pernah bilang, Rezeki jangan ditolak,"
"Yasudah dinikmati saja," Ucap Vira. Mereka makan dengan senang. Apalagi Robby.
•=Bersambung=•
Menurut kalian, kucing tadi beneran ada gak?
Oke, Next Part
Jangan lupa Vote and Comment yaa...
Biar Author Fast Update.
KAMU SEDANG MEMBACA
6 : The Number Of Death
HorrorSequel Lorong Lantai Tiga . . Silvi yang sudah bertahun - tahun memiliki kemampuan Indera ke - 6 memutuskan untuk menutupnya dan akhirnya ia menikah dengan Wira. Dari hasil pernikahannya mereka dikaruniai satu anak perempuan yang diberi nama Vira. ...